Secara statistik pubertas yang mengalami
keterlambatan sebanyak 2,5% dari normal populasi remaja pada kedua jenis
kelamin, lebih banyak pada laki-laki yang mengalami keterlambatan pubertas
daripada perempuan. Kebanyakan keterlambatan pada remaja masih normal atau
disebut dengan constitutional delay in growth and puberty (CDGP). Hal ini perlu
dibedakan dengan penderita yang mengalami kelainan hormonal. Klasifikasi yang
digunakan pada pubertas yang terlambat didasarkan pada sekresi gonadotropin
yang dihubungkan dengan stadium diferensiasi seksual bukan berdasarkan umur
kronologis.
Berdasarkan kadar gonadotropin dapat dibagi
menjadi hypergonadotropic hypogonadism dan hypogonadotropin hypogonadism. Pada
hypergonadotropic hypogonadism, ditemukan kadar hormon gonadotropin (FSH dan
LH) meningkat namun kadar hormon seks steroid seperti testosteron dan estrogen
tetap rendah, hal ini menandakan kerusakan tidak pada aksis hipotalamus hipofise.
Sedangkan pada hypogonadotropin hypogonadism, ditemukan penurunan kadar hormone
gonadotropin (Suryawan, 2004).