Penyebab tunanetra dapat diakibatkan oleh
berbagai faktor, apakah itu faktor dalam diri individu (internal) ataupun
faktor dari luar individu (eksternal).
Hal-hal yang termasuk faktor internal yaitu
faktor-faktor yang erat hubungannya dengan keadaan bayi selama masih dalam
kandungan. Kemungkinannya karena faktor gen (sifat pembawa keturunan), kondisi
psikis ibu, kekurangan gizi, keracunan obat, dan sebagainya. Sedangkan hal-hal
yang termasuk faktor eksternal diantaranya faktor-faktor yang terjadi pada saat
atau sesudah bayi dilahirkan. Misalnya kecelakaan, terkena penyakit siphilis
yang mengenai matanya saat dilahirkan, pengaruh alat bantu medis (tang) saat melahirkan
sehingga sistem persyarafannya rusak, kurang gizi atau vitamin, terkena racun,
virus trachoma, panas badan yang terlalu tinggi, serta peradangan mata karena
penyakit, bakteri, ataupun virus.
Dampak Ketunanetraan bagi
Masyarakat
Mengenai bagaimana dampak ketunanetraan
terhadap masyarakat, dalam buku Somantri yang berjudul Psikologi Anak Luar
biasa (2005) dikatakan bahwa terdapat beberapa hasil penelitian dari para ahli
yang cukup menarik.
Hasil penelitian para ahli itu mengenai
pandangan dan sikap orang berpenglihatan normal terhadap penyandang tunanetra.
Dari beberapa hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan, antara lain bahwa
dalam pandangan orang berpenglihatan normal, penyandang tunanetra memiliki
beberapa karakteristik, baik yang sifatnya positif maupun negatif. Beberapa
penilaian yang termasuk negatif menyatakan bahwa penyandang tunanetra pada
umumnya memiliki sikap tidak berdaya, sifat ketergantungan, memiliki tingkat
kemampuan rendah dalam orientasi waktu, tak suka berenang, menikmati suara dari
televisi, tidak pernah merasakan kebahagiaan, memiliki sifat kepribadian yang penuh
dengan frustrasi-frustrasi, kaku, resisten terhadap perubahanperubahan, cenderung
kaku dan cepat menarik tangan dari lawannya pada saat bersalaman, serta mudah
mengalami kebingungan ketika memasuki lingkungan yang tidak familiar yang
ditunjukkan dengan perilaku-perilaku yang tidak tepat.
Dalam hal faktor penyebab, sebagian besar
orang awam percaya bahwa ketunanetraan disebabkan oleh hukuman atas dosa-dosa
orang tuanya, namun kalangan yang lebih profesional memandang bahwa hal tersebut
disebabkan oleh faktor keturunan atau terjadinya infeksi beberapa penyakit
tertentu.
Pada umumnya orang berpenglihatan normal juga
berpendapat bahwa kelompok penyandang tunanetra merupakan suatu kelompok
minoritas, seperti halnya kelompok orang negro dengan kulit putih. Pada
kalangan penyandang tunanetra yang baru ditemukan, mereka cenderung menunjukkan
perilakuperilaku yang tidak sesuai atau selaras dalam menghadapi berbagai
situasi dan seringkali menunjukkan reaksi-reaksi yang tidak masuk akal. Mereka
yang memiliki penglihatan tak sempurna cenderung patuh atau tunduk dalam hubungan
intrapersonal dengan orang berpenglihatan normal.
Namun demikian dalam pandangan orang
berpenglihatan normal, orang tunanetra juga sering memiliki kelebihan yang
sifatnya positif seperti kepekaan terhadap suara, perabaan, ingatan,
keterampilan dalam memainkan alat musik, serta ketertarikan yang tinggi
terhadap nilai-nilai moral dan agama. Penyandang tunanetra seringkali dipandang
sebagai individu yang memiliki ciri khas, diantaranya secara fisik penyandang
tunanetra dapat dicirikan dengan tongkat, dog guide (anjing penuntun),
menggunakan kacamata gelap, dan ekspresi wajah tertentu yang datar.
Secara sosiologis penyandang tunanetra juga
sering dicirikan dengan mengikuti sekolah-sekolah khusus, jarang bekerja di
lingkungan industri, dan secara ekonomis memiliki sifat ketergantungan yang
tinggi. Sedangkan secara psikologis mereka sering dicirikan dengan pemilikan
indera yang superior terutama dalam hal perabaan, pendengaran, dan daya
ingatannya. Secara umum orang berpenglihatan normal juga berpendapat bahwa
penyandang tunanetra memiliki masalahmasalah pribadi dan sosial yang lebih
besar dibandingkan dengan orang berpenglihatan normal.