Penyakit skabies adalah penyakit kulit yang
disebabkan oleh tungau (mite) Sarcoptes scabei, yang termasuk dalam kelas
Arachnida. Tungau ini berukuran sangat kecil dan hanya bisa dilihat dengan
mikroskop atau bersifat mikroskopis. Penyakit skabies sering disebut kutu
badan. Penyakit ini juga mudah menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke
manusia dan sebaliknya. Skabies mudah menyebar baik secara langsung atau
melalui sentuhan langsung dengan penderita maupun secara tak langsung melalui
baju, seprai, handuk, bantal, air, atau sisir yang pernah dipergunakan
penderita dan belum dibersihkan dan masih terdapat tungau sarcoptesnya. Skabies
menyebabkan rasa gatal pada bagian kulit seperti disela-sela jari, siku,
selangkangan. Skabies identik dengan penyakit anak pondok pesantren,
penyebabnya adalah kondisi kebersihan yang kurang terajaga, sanitasi yang
buruk, kurang gizi dan kondisi ruangan
terlalu lembab dan kurang mendapat sinar matahari secara langsung. Penyakit
kulit skabies menular dengan cepat pada suatu komunitas yang tinggal bersama
sehingga dalam pengobatannya harus dilakukan secara serentak dan menyeluruh
pada semua orang dan lingkungan pada komunitas yang terserang skabies, karena
apabila dilakukan pengobatan secara individual maka akan mudah tertular kembali
penyakit skabies (Yosefw, 2007).
Etiologi penyakit skabies
Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthopoda ,
kelas Arachnida, ordo Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut
Sarcoptes scabiei var. hominis. Secara morfologik merupakan tungau kecil,
berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini
transient, berwarna putih, kotor, dan tidak bermata. Ukurannya yang betina
berkisar antara 330 – 450 mikron x 250 – 350 mikron, sedangkan yang jantan
lebih kecil, yakni 200 – 240 mikron x 150 – 200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai
4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat alat untuk melekat dan 2
pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang
jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan
alat perekat.
Siklus hidup tungau ini sebagai berikut,
setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan
mati, kadang-kadang masih dapat hidup dalam terowongan yang digali oleh yang
betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum
korneum, dengan kecepatan 2 -3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya
2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50 . Bentuk betina yang
telah dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telurnya akan menetas, biasanya
dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini
dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2 -3 hari
larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4
pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa
memerlukan waktu antara 8 – 12 hari (Handoko, 2001).
Patogenesis penyakit skabies
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya
oleh tungau skabies, tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan
karena bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi kontak kulit yang kuat,
menyebabkan kulit timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan
oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu
kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai
dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan
garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Kelainan
kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau (Handoko,2001)
Cara penularan penyakit skabies
Penyakit skabies dapat ditularkan melalui
kontak langsung maupun kontak tak langsung. Yang paling sering adalah kontak
langsung yang saling bersentuhan atau dapat pula melalui alat-alat seperti
tempat tidur, handuk, dan pakaian. Bahkan penyakit ini dapat pula ditularkan
melalui hubungan seksual antara penderita dengan orang yang sehat. Di Amerika
Serikat dilaporkan, bahwa skabies dapat ditularkan melalui hubungan seksual
meskipun bukan merupakan akibat utama (Brown, 1999).
Penyakit skabies sangat erat kaitannya dengan
kebersihan perseorangan dan lingkungan, atau apabila banyak orang yang tinggal
secara bersama-sama disatu tempat yang relative sempit. Apabila tingkat
kesadaran yang dimiliki oleh banyak kalangan masyarakat masih cukup rendah,
derajat keterlibatan penduduk dalam melayani kebutuhan akan kesehatan yang
masih kurang, kurangnya pemantauan kesehatan oleh pemerintah, faktor lingkungan
terutama masalah penyediaan air bersih, serta kegagalan pelaksanaan program
kesehatan yang masih sering kita jumpai, akan menambah panjang permasalahan
kesehatan lingkungan yang telah ada (Benneth, 1997).
Penularan skabies terjadi ketika orang-orang
tidur bersama di satu tempat tidur yang sama di lingkungan rumah tangga,
sekolah-sekolah yang menyediakan fasilitas asrama dan pemondokan, serta
fasiltas-fasilitas kesehatan yang dipakai oleh masyarakat luas. Di Jerman
terjadi peningkatan insidensi, sebagai akibat kontak langsung maupun tak
langsung seperti tidur bersama. Faktor lainnya fasilitas umum yang dipakai
secara bersama-sama di lingkungan padat penduduk (Meyer, 2000).
Gejala klinis penyakit skabies
- Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
- Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, serta kehidupan di pondok pesantren, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya terkena, tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier).
- Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang bewarna putih keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang satu cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi, dan lain-lain). Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, aerola mame (wanita), umbilicus, bokong, genetalia eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.
- Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.
- Gejala yang ditunjukkan adalah warna merah, iritasi dan rasa gatal pada kulit yang umumnya muncul disela-sela jari, siku, selangkangan dan lipatan paha, dan muncul gelembung berair pada kulit (Mawali,2000).
Klasifikasi penyakit skabies
Adapun
bentuk-bentuk khusus skabies yang sering terjadi pada manusia adalah sebagai
berikut:
- Skabies pada orang bersih yang merupakan skabies pada orang dengan tingkat kebersihannya cukup, bisa salah didiagnosis karena kutu biasanya hilang akibat mandi secara teratur.
- Skabies pada bayi dan anak lesi skabies yang mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi terdapat di muka.
- Skabies yang ditularkan oleh hewan dapat menyerang manusia yang pekerjaannya berhubungan erat dengan hewan tersebut. Misalnya peternak dan gembala. Gejalanya ringan, rasa gatal kurang, tidak timbul terowongan, lesi terutama terdapat pada tempat-tempat kontak, dan akan sembuh sendiri bila menjauhi hewan tersebut dan mandi bersih-bersih.
- Skabies Nodular terjadi akibat reaksi hipersensitivitas. Tempat yang sering dikenai adalah genitalia pria, lipatan paha, dan aksila. Lesi ini dapat menetap beberapa minggu hingga beberapa bulan, bahkan hingga satu tahun walaupun telah mendapat pengobatan anti skabies.
- Skabies Inkognito, obat steroid topikal atau sistemik dapat menyamarkan gejala dan tanda scabies, sementara infestasi tetap ada. Sebaliknya, pengobatan dengan steroid topikal yang lama dapat pula menyebabkan lesi bertambah hebat. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena penurunan respons imun selular.
- Skabies terbaring di tempat tidur merupakan penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal di tempat tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas.
- Skabies krustosa (Norwegian Scabies), lesinya berupa gambaran eritodermi, yang disertai skuama generalisata, eritema, dan distrofi kuku. Krusta terdapat banyak sekali, dimana krusta ini melindungi sarcoptes scabiei di bawahnya. Bentuk ini mudah menular karena populasi sarcoptes scabiei sangat tinggi dan gatal tidak menonjol. Bentuk ini sering salah didiagnosis, malahan kadang diagnosisnya baru dapat ditegakkan setelah penderita menularkan penyakitnya ke orang banyak. Sering terdapat pada orang tua dan orang yang menderita retardasi mental (Down’s syndrome), sensasi kulit yang rendah (lepra, syringomelia dan tabes dorsalis), penderita penyakit sistemik yang berat (leukemia dan diabetes), dan penderita imunosupresif (Emier, 2007).
Pengobatan penyakit skabies
Pengobatan skabies dapat dilakukan dengan
delousing yakni shower dengan air yang telah dilarutkan bubuk DDT (Diclhoro
Diphenyl Trichloroetan). Pengobatan lain adalah dengan mengolesi salep yang
mempunyai daya miticid baik dari zat kimia organic maupun non organic pada
bagian kulit yang terasa gatal dan kemerahan dan didiamkan selama 10 jam. Alternatif
lain adalah mandi dengan sabun sulfur/belerang karena kandungan pada sulfur
bersifat antiseptik dan antiparasit, tetapi pemakaian sabun sulfur tidak boleh
berlebihan karena membuat kulit menjadi kering. Pengobatan skabies harus
dilakukan secara serentak pada daerah yang terserang skabies agar tidak
tertular kembali penyakit skabies (Sadana, 2007).
Prognosis penyakit skabies
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara
pemakaian obat serta syarat pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi, penyakit
skabies dapat di berantas dan memberikan prognosis yang baik (Harahap, 2000 ).
Tags
Patologi