Penyakit gonore merupakan semua penyakit yang
disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae yang bersifat purulen dan dapat
menyerang permukaan mukosa manapun di tubuh manusia (Behrman, 2009).
Epidemiologi Penyakit Gonore
Di dunia, penyakit gonore merupakan IMS yang
paling sering terjadi sepanjang abad ke 20, dengan perkiraan 200 juta kasus
baru yang terjadi tiap tahunnya (Behrman, 2009). Sejak tahun 2008, jumlah
penderita wanita dan pria sudah hampir sama yaitu sekitar 1,34 tiap 100.000
penduduk untuk wanita dan 1,03 tiap 100.000 penduduk untuk pria (CDC, 2009).
Sedangkan di Indonesia, dari data rumah sakit
yang beragam seperti RSU Mataram pada tahun 1989 dilaporkan gonore yang sangat
tinggi yaitu sebesar 52,87% dari seluruh penderita IMS. Sedangkan pada RS
Dr.Pirngadi Medan ditemukan 16% dari sebanyak 326 penderita IMS (Hakim, 2009).
Etiologi dan morfologi Gonore
Penyakit gonore disebabkan oleh gonokokus
yang ditemukan oleh Neisser pada tahun 1879. Kuman ini masuk dalam kelompok
Neisseria sebagai N.gonorrhoeae bersama dengan 3 spesies lainnya yaitu,
N.meningitidis, N.catarrhalis dan N.pharyngis sicca.
Gonokok termasuk golongan diplokokus
berbentuk biji kopi dengan lebar 0,8 u dan pajang 1,6 u. Kuman ini bersifat
tahan asam, gram negatif, dan dapat ditemui baik di dalam maupun di luar
leukosit. Kuman ini tidak dapat bertahan hidup pada suhu 39 derajat Celcius,
pada keadaan kering dan tidak tahan terhadap zat disinfektan. Gonokok terdiri
atas 4 tipe yaitu tipe 1, tipe 2, tipe 3 dan tipe 4. Namun, hanya gonokok tipe
1 dan tipe 2 yang bersifat virulen karena memiliki pili yang membantunya untuk
melekat pada mukosa epitel terutama yang bertipe kuboidal atau lapis gepeng
yang belum matur dan menimbulkan peradangan (Daili, 2009).
Gejala klinis Penyakit Gonore
Masa tunas penyakit gonore sangat singkat
yaitu sekitar 2 hingga 5 hari pada pria. Sedangkan pada wanita, masa tunas
sulit ditentukan akibat adanya kecenderungan untuk bersifat asimptomatis pada
wanita.
Keluhan subjektif yang paling sering timbul
adalah rasa gatal, disuria, polakisuria, keluar duh tubuh mukopurulen dari
ujung uretra yang kadang-kadang dapat disertai darah dan rasa nyeri pada saat
ereksi. Pada pemeriksaan orifisium uretra eksternum tampak kemerahan, edema,
ekstropion dan pasien merasa panas. Pada beberapa kasus didapati pula
pembesaran kelenjar getah bening inguinal unilateral maupun bilateral.
Gambaran klinis dan perjalanan penyakit pada
wanita berbeda dari pria. Pada wanita, gejala subjektif jarang ditemukan dan
hampir tidak pernah didapati kelainan objektif. Adapun gejala yang mungkin
dikeluhkan oleh penderita wanita adalah rasa nyeri pada panggul bawah, dan
dapat ditemukan serviks yang memerah dengan erosi dan sekret mukopurulen
(Daili, 2009).
Pemeriksaan Penyakit Gonore
- Pemeriksaan Gram dengan menggunakan sediaan langsung dari duh uretra memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi terutama pada duh uretra pria, sedangkan duh endoserviks memiliki sensitivitas yang tidak begitu tinggi. Pemeriksaan ini akan menunjukkan N.gonorrhoeae yang merupakan bakteri gram negatif dan dapat ditemukan baik di dalam maupun luar sel leukosit.
- Kultur untuk bakteri N.gonorrhoeae umumnya dilakukan pada media pertumbuhan Thayer-Martin yang mengandung vankomisin untuk menekan pertumbuhan kuman gram positif dan kolimestat untuk menekan pertumbuhan bakteri negatif-gram dan nistatin untuk menekan pertumbuhan jamur. Pemeriksaan kultur ini merupakan pemeriksaan dengan sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi, sehingga sangat dianjurkan dilakukan terutama pada pasien wanita.
- Tes defenitif: dimana pada tes oksidasi akan ditemukan semua Neisseria akan mengoksidasi dan mengubah warna koloni yang semula bening menjadi merah muda hingga merah lembayung. Sedangkan dengan tes fermentasi dapat dibedakan N.gonorrhoeae yang hanya dapat meragikan glukosa saja.
- Tes beta-laktamase: tes ini menggunakan cefinase TM disc dan akan tampak perubahan warna koloni dari kuning menjadi merah.
- Tes Thomson: tes ini dilakukan dengan menampung urine setelah bangun pagi ke dalam 2 gelas dan tidak boleh menahan kencing dari gelas pertama ke gelas kedua. Hasil dinyatakan positif jika gelas pertama tampak keruh sedangkan gelas kedua tampak jernih (Daili, 2009).
Komplikasi Penyakit Gonore
Komplikasi penyakit gonore sangat erat
hubungannya dengan susunan anatomi dan faal genitalia (Daili, 2009). Komplikasi
lokal pada pria dapat berupa tisonitis, parauretritis, littritis, dan
cowperitis. Selain itu dapat pula terjadi prostatitis, vesikulitis,
funikulitis, epididimitis yang dapat menimbulkan infertilitas. Sementara pada
wanita dapat terjadi servisitis gonore yang dapat menimbulkan komplikasi
salpingitis ataupun penyakit radang panggul dan radang tuba yang dapat
mengakibatkan infertilitas atau kehamilan ektopik. Dapat pula terjadi
komplikasi diseminata seperti artritis, miokarditis, endokarditis,
perikarditis, meningitis dan dermatitis. Infeksi gonore pada mata dapat
menyebabkan konjungtivitis hingga kebutaan (Behrman, 2009 ).
Tags
Patologi