Pengertian budaya Jawa adalah salah satu
budaya tradisonal di Indonesia yang sudah cukup tua, dianut secara turun
temurun oleh penduduk di sepanjang wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Meskipun
banyak orang Jawa menganggap bahwa budaya Jawa itu hanya satu dan tidak
terbagi-bagi, akan tetapi dalam kenyataannya terdapat berbagai perbedaan sikap
dan perilaku masyarakatnya di dalam memahami budaya Jawa tersebut (Sedyawati,
2003). Perbedaan tersebut antara lain disebabkan oleh kondisi geografis yang
menjadikan budaya Jawa terbagi ke dalam beberapa wilayah kebudayaan, dimana
setiap wilayah kebudayaan memiliki karakteristik khas tersendiri dalam
mengimplementasikan falsafah-falsafah budaya Jawa ke dalam kehidupan keseharian
(Sujamto, 1997 dalam Sedyawati, 2003).
Salah satu unsur sistem budaya yang tetap
dipertahankan dan diajarkan dari generasi ke generasi berikutnya oleh
masyarakat Jawa adalah falsafah hidup. Falsafah hidup merupakan anggapan,
gagasan, dan sikap batin yang paling umum yang dimiliki oleh seseorang atau
sekelompok masyarakat. Falsafah hidup menjadi landasan dan memberi makna pada
sikap hidup suatu masyarakat yang biasanya tercermin dalam berbagai ungkapan
yang dikenal dalam masyarakat (Sedyawati, 2003).
Endraswara (2003) mengatakan bahwa watak
dasar orang Jawa adalah sikap nrima. Nrima adalah menerima segala sesuatu
dengan kesadaran spiritual-psikologis, tanpa merasa nggrundel (menggerutu
karena kecewa di belakang).
Apapun yang diterima dianggap sebagai karunia
Tuhan. Mereka cenderung menerima dengan kesungguhan hati apapun hasilnya
asalkan ada usaha yang lebih dulu dilakukan. Jika usaha yang dilakukan gagal,
orang Jawa cenderung menerimanya sebagai sebuah pelajaran. Nrima bukan berarti
tanpa upaya yang gigih, namun hanya sebagai sandaran psikologis. Hal ini
berarti orang Jawa mempunyai kewajiban moral untuk menghormati tata kehidupan
yang ada di dunia ini. Mereka harus menerima kehidupan sebagaimana adanya
sambil berusaha sebaik-baiknya dan menumbuhkan kedamaian jiwa serta ketenangan
emosi.
Ketika orang Jawa dihadapkan dengan suatu
konflik, mereka cenderung menghadapinya dengan memilih untuk diam dan tidak
rewel (melawan) karena prinsip dasar dari kebanyakan orang Jawa adalah “lebih
baik hidup rukun daripada harus berulah dengan orang lain”. Artinya orang Jawa
begitu menjunjung tinggi sifat keramahtamahan dan nilai kerukunan antar sesama
sehingga begitu menghindari konflik demi mencapai kedamaian dalam hidup
(Suseno, 2001). Lebih lanjut Bratawijaya (1997) mengatakan bahwa orang Jawa
dikenal memiliki sikap yang lamban, tidak mau tergesa-gesa dalam melakukan
pekerjaan, sopan santun, lemah lembut, ramah dan sabar.
Tags
Psikologi Sosial
semoga pengembang kabudayan Jawa terus dikembangkan, jangan sampai berhenti dan jati diri budaya Jawa adalah uniqu untuk orang2 Jawa. Rahayu Lestari.....
BalasHapus