Sejauh
ini ada empat pendekatan dasar pencegahan anemia defisiensi besi, yaitu
(Arisman, 2008):
Pemberian
tablet atau suntikan zat besi
Pemberian
tablet tambah darah pada pekerja atau lama suplementasi selama 3- 4 bulan untuk
meningkatkan kadar hemoglobin, karena kehidupan sel darah merah hanya sekitar 3
bulan atau kehidupan eritrosit hanya berlangsung selama 120 hari, maka 1/20 sel
eritrosit harus diganti setiap hari atau tubuh memerlukan 20 mg zat besi
perhari. Tubuh tidak dapat menyerap zat besi (Fe) dari makanan sebanyak itu
setiap hari, maka suplementasi zat besi tablet tambah darah sangat penting
dilakukan.
Suplementasi
dijalankan dengan memberikan zat gizi yang dapat menolong untuk mengoreksi
keadaan anemia gizi. Karena menurut hasil penelitian anemia gizi di Indonesia
sebagian besar disebabkan karena kekurangan zat besi.
Pendidikan dan upaya yang ada kaitannya
dengan peningkatan asupan zat besi melalui makanan
Konsumsi
tablet zat besi dapat menimbulkan efek samping yang mengganggu sehingga orang
cenderung menolak tablet yang diberikan. Agar mengerti, harus diberikan
pendidikan yang tepat misalnya tentang bahaya yang mungkin terjadi akibat
anemia, dan harus pula diyakinkan bahwa salah satu penyebab anemia adalah
defisiensi zat besi.
Asupan zat besi dari makanan dapat
ditingkatkan melalui dua cara:
- Pemastian konsumsi makanan yang cukup mengandung kalori sebesar yang semestinya dikonsumsi.
- Meningkatkan ketersediaan hayati zat besi yang dimakan, yaitu dengan jalan mempromosikan makanan yang dapat memacu dan menghindarkan pangan yang bisa mereduksi penyerapan zat besi.
Pengawasan penyakit infeksi
Pengobatan
yang efektif dan tepat waktu dapat mengurangi dampak gizi yang tidak diingini.
Meskipun, jumlah episode penyakit tidak berhasil dikurangi, pelayanan
pengobatan yang tepat telah terbukti dapat menyusutkan lama serta beratnya
infeksi.
Tindakan
yang penting sekali dilakukan selama penyakit berlangsung adalah mendidik
keluarga penderita tentang cara makan yang sehat selama dan sesudah sakit.
Pengawasan penyakit infeksi memerlukan upaya kesehatan seperti penyediaan air
bersih, perbaikan sanitasi lingkungan dan kebersihan perorangan.
Jika
terjadi infeksi parasit, tidak bisa disangkal lagi, bahwa cacing tambang
(Ancylostoma dan Necator) serta Schistosoma yang menjadi penyebabnya. Sementara
peran parasit usus yang lain terbukti sangat kecil. Ada banyak bukti tertulis,
bahwa parasit parasit dalam jumlah besar dapat menggaggu penyerapan berbagai
zat gizi. Karena itu, parasit harus dimusnahkan secara rutin.
Bagaimanapun
juga, jika pemusnahan parasit usus tidak dibarengi dengan langkah pelenyapan
sumber infeksi, reinfeksi dapat terjadi sehingga memerlukan obat lebih banyak.
Pemusnahan cacing itu sendiri dapat efektif dalam hal menurunkan parasit,
tetapi manfaatnya di tingkat hemoglobin sangat sedikit. Jika asupan zat besi
bertambah, baik melalui pemberian suplementasi maupun fortifikasi makanan,
kadar hemoglobin akan bertambah meskipun parasitnya sendiri belum tereliminasi.
Fortifikasi makanan pokok dengan zat
besi
Fortifikasi
makanan yang banyak dikonsumsi dan yang diproses secara terpusat merupakan inti
pengawasan anemia di berbagai negara. Fortifikasi makanan merupakan salah satu cara terampuh dalam
pencegahan defisiensi zat besi.
Di negara
industri, produk makana fortifikasi yang lazim adalah tepung gandum serta roti
makanan yang terbuat dari jagung dan bubur jagung. Di negara sedang berkembang
lain telah dipertimbangkan untuk memfortifikasi garam, gula, beras dan saus
ikan.
Tags
Patologi