Obat indometasin
mulai dikenal pada tahun 1963 dimana lebih efektif daripada aspirin atau AINS
lainnya dan di laboratorium merupakan penghambat sintesis prostaglandin yang
terkuat. Indometasin diabsorbsi dengan baik setelah pemberian per oral, waktu
paruh dalam plasma selama 4–5 jam. Dosis antiinflamasi yang dianjurkan adalah
50-70 mg tiga kali sehari.
Efek
samping obat indometasin pada dosis terapi meliputi gangguan saluran cerna
berupa nyeri abdomen, diare ulser, pendarahan lambung dan pankreatitis. Juga
menyebabkan pusing, depresi, rasa binggung, halusinasi, agranulositosis, anemia
aplastik dan trombositopenia. Karena toksisitasnya, indometasin tidak
dianjurkan diberikan pada anak-anak, wanita hamil, penderita gangguan psikiatri
dan penderita penyakit lambung (Wilmana, 1995; Singh dkk., 1996).
Pada
dosis yang lebih tinggi, paling sedikit sepertiga dari pasien bereaksi terhadap
obat indometasin dan memerlukan penghentian pengobatan. Efek-efek samping
gastrointestinal bisa meliputi nyeri perut, diare, pendarahan gastrointestinal
dan pankreatitis. Sakit kepala dialami oleh 15-25% pasien dan bisa dikaitkan
dengan pusing, kebingungan dan depresi.
Pemakaian
obat indometasin harus dihindari pada pasien dengan polip hidung atau
angioedema, pada pasien- pasien ini asma bisa terpicu (Katzung, 2002).
Tags
Gizi dan Nutrisi