Mekanisme
terjadinya radang merupakan mekanisme fisiologis tubuh. Radang atau Inflamasi
merupakan mekanisme pertahanan tubuh sebagai respon jaringan terhadap
pengaruh-pengaruh merusak baik bersifat lokal maupun yang masuk ke dalam tubuh.
Ketika proses peradangan (inflamasi) berlangsung, terjadi reaksi vascular dimana cairan elemen-elemen darah,
sel darah putih (leukosit) dan mediator kimia berkumpul pada tempat cedera
jaringan atau infeksi. Oleh tubuh melalui proses inflamasi berusaha untuk
menetralisir dan membasmi agen-agen yang berbahaya pada tempat cedera dan
mempersiapkan keadaan untuk perbaikan jaringan (Kee dan Evelyn, 1996).
Proses
terjadinya peradangan (inflamasi) dapat diamati secara makroskopis dari
tanda-tanda utama inflamasi yaitu:
Kemerahan (rubor)
Kemerahan
terjadi pada tahap pertama dari inflamasi, darah terkumpul pada daerah cedera
jaringan akibat pelepasan mediator kimia tubuh seperti kinin, prostaglandin dan
histamin.
Pembengkakan (tumor)
Pembengkakan
merupakan tahap kedua dari inflamasi. Plasma merembes ke dalam jaringan
interstial pada tempat cedera. Kinin mendilatasi arteriol, meningkatkan
permeabilitas kapiler.
Peningkatan panas (kalor)
Panas
pada tempat inflamasi dapat disebabkan oleh bertambahnya pengumpulan darah dan
mungkin juga karena pirogen (substansi yang menimbulkan demam) yang mengganggu
pusat pengatur panas pada hipotalamus.
Nyeri (dolor)
Nyeri
disebabkan oleh pembengkakan dan pelepasan mediator-mediator kimia tertentu
seperti histamin atau zat bioaktif lainnya dapat merangsang syaraf. Selain itu,
pembengkakan jaringan yang meradang mengakobatkan peningkatan tekanan lokal
yang juga dapat menimbulkan rasa nyeri. e. Gangguan fungsi jaringan (fungsio
laesa) Gangguan fungsi jaringan disebabkan karena penumpukan cairan pada tempat
cedera jaringan dan karena rasa nyeri yang mengurangi mobilitas pada daerah
cedera.
Gejala-gejala
ini merupakan akibat dari gangguan aliran darah yang terjadi akibat kerusakan
jaringan pembuluh darah, gangguan keluarnya plasma darah ke dalam ruang
ekstrasel akibat meningkatnya permeabilitas kapiler dan perangsangan reseptor
nyeri (Mutschler, 1999).
Proses dan
mekanismen terjadinya peradangan (inflamasi) dapat dibagi dalam dua fase:
Perubahan vaskular
Respon
vaskular pada tempat terjadinya cedera merupakan suatu yang mendasar untuk
reaksi inflamasi akut. Perubahan ini meliputi perubahan aliran darah dan
permeabilitas pembuluh darah. Perubahan aliran darah karena terjadi dilatasi
arteri lokal sehingga terjadi pertambahan aliran darah (hypermia) yang disusul
dengan perlambatan aliran darah. Akibatnya bagian tersebut menjadi merah dan
panas. Sel darah putih akan berkumpul di sepanjang dinding pembuluh darah
dengan cara menempel. Dinding pembuluh menjadi longgar susunannya sehingga
memungkinkan sel darah putih keluar melalui dinding pembuluh. Sel darah putih
bertindak sebagai sistem pertahanan untuk menghadapi serangan benda-benda asing
Mansjoer, 1999).
Pembentukan cairan inflamasi
Peningkatan
permeabilitas pembuluh darah disertai dengan keluarnya sel darah putih dan
protein plasma ke dalam jaringan disebut eksudasi. Cairan inilah yang menjadi
dasar terjadinya pembengkakan. Pembengkakan menyebabkan terjadinya tegangan dan
tekanan pada sel syaraf sehingga menimbulkan rasa sakit (Mansjoer, 1999).
Tags
Patologi