Mekanisme kerja probiotik sangat penting
diketahui untuk menunjang kesehatan tubuh. Dibawah ini dijelaskan mekanisem
kerja probiotik secara lengkap.
Adhesi pada mukosa usus dan
epitel oleh bakteri probiotik
Adhesi pada mukosa usus dapat mencegah sel
probiotik dari dicuci keluar, dan karena itu, memungkinkan kolonisasi
sementara, modulasi kekebalan tubuh, dan pengecualian pathogen secara
kompetitif. Meskipun bukti adhesi probiotik untuk lendir in vivo masih
terbatas, penelitian baru menunjukkan bahwa adhesi tersebut memang dapat
terjadi dan mungkin berfungsi sebagai mekanisme untuk tindakan probiotik.
Sejumlah metode yang berbeda telah digunakan
dalam tes adhesi probiotik (Vesterlund, et al., 2005). Yang paling umum adalah
tes yang menilai adhesi ke sel-sel epitel dan lendir usus. Beberapa komponen
bakteri, termasuk dinding sel protein, karbohidrat, dan asam lipoteichoic,
telah disarankan terlibat dalam adhesi probiotik untuk isi usus. Sifat adhesi
probiotik adalah berbeda mengikut strain tertentu, dan faktor-faktor seperti
sifat dinding sel dan komposisi dan mungkin juga kekhususan host adalah penentu
paling penting dari sifat adhesi. Namun, beberapa faktor lain juga dilaporkan
mempengaruhi sifat adhesi.
Studi probiotik yang dilemahkan juga
menyarankan bahwa bakteri probiotik nonviable juga mampu beradhesi. Hal ini
karena sifat adhesi berkaitan dengan sifat permukaan sel tertentu, dan bukan
kegiatan metabolic mahupun inaktivasi sebahagian divisi sel. Metode yang
berbeda dapat menyebabkan perubahan strain-spesifik pada properti adhesi sel.
Sebagai contoh, pemanasan dapat meningkatkan adhesi strain probiotik tertentu,
namun mungkin merugikan terhadap sifat adhesif dari strain lainnya. (Gusils, et
al., 2002).
Adhesi dan aggregasi dari
gabungan bakteri probiotik dan pathogen
Adhesi sel adalah sebuah proses kompleks yang
melibatkan kontak antara sel bakteri membran dan berinteraksi dengan permukaan.
Kemampuan untuk menempel pada sel epitel dan permukaan mukosa telah diusulkan
untuk menjadi properti yang penting dari banyak strain bakteri yang digunakan
sebagai probiotik.
Banyak studi tentang kimiapermukaan sel
mikroba menunjukkan bahwa keberadaan (glikol-) materi protein pada hasil
permukaan sel di hidrofobik lebih tinggi, sedangkan pada hidrofilik
permukaannya berhubungan dengan adanya polisakarida. Agregasi bakteri
berhubungan dengan penempelan sel dengan sel antara bakteri strain yang sama
(autoaggregation) atau antara strain genetik yang berbeda (coaggregation) dan
merupakan hal penting dalam beberapa relung ekologi terutama di usus manusia
dimana probiotik harus aktif (Jankovic, et al., 2003).
Agregasi bakteri dianalisis terutama di
lingkungan mulut, gigi, dan biofilm tetapi hanya ada beberapa penelitian
menggunakan strain probiotik dengan patogen. Coaggregation dengan patogen usus
yang berpotensi dapat berkontribusi terhadap sifat probiotik yang berasal dari
strain probiotik tertentu. Secara umum, strain probiotik yang spesifik
menunjukkan kemampuan autoaggregasi lebih tinggi daripada strain patogen.
Hubungan positif kemampuan antara
autoaggregasi dan adhesi telah dilaporkan untuk beberapa spesies
bifidobacterial dan juga, ada korelasi antara kemampuan adhesi dan sifat
hidrofobik dalam beberapa spesies laktobasilus (Collado, Meriluoto, dan
Salminen, 2007).
Pengaruh imun dari bakteri
probiotik
Pengaruh probiotik terhadap T helper (Th) dan
T regulatory response spesies tertentu adalah spesifik. Beberapa strain
Lactobacillus telah ditunjukkan untuk merangsang produksi sitokin Th1 sementara
yang lain telah meningkatkan respon Th2 atau disebabkan campuran respon Th1/Th2
. Bakteri probiotik telah ditunjukkan untuk meningkatkan respon kekebalan IgA
terhadap vaksin parenteral dan oral. Satu campuran bakteri probiotik diberikan
kepada bayi untuk 6 bulan pertama kehidupannya, ia terbukti meningkatkan respon
IgG untuk Haemophilus influenzae type B (HIB) parenteral vaksin (Kukkonen, et
al., 2006).
Bakteri probiotik juga telah ditunjukkan
untuk mendorong regulasi produksi sitokin dan T regulatory cells in vitro pada
model binatang dan pada uji klinis manusia. Beberapa strain Lactobacillus telah
ditunjukkan untuk menghambat sel T proliferasi, menginduksi IL10 dan produksi
Transforming growth factor-(TGF), dan memodifikasi produksi in vitro sitokin
Th1 dan Th2 pada berbagai model penyakit inflamasi autoimun. Pada beberapa
model binatang dan uji klinis pada manusia, efek klinis menguntungkan yang
berhubungan dengan pengobatan probiotik telah dikaitkan dengan peningkatan
IL-10 dan atau produksi TGF-dan meningkatkan T regulatory cell yaitu cluster of
differentiation 4 (CD4) (Rautava, et al., 2002).
Tags
Gizi dan Nutrisi