Tidak
bisa dipungkiri bahwa seiring berjalannya waktu, kondisi fisik seseorang yang
telah memasuki masa lanjut usia mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat dari
beberapa perubahan:
- Perubahan penampilan pada bagian wajah, tangan, dan kulit
- Perubahan bagian dalam tubuh seperti sistem saraf, otak, isi perut, limpa, hati
- Perubahan panca indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa
- Perubahan motorik antara lain berkurangnya kekuatan, kecepatan dan belajar keterampilan baru. Perubahan-perubahan tersebut pada umumnya mengarah pada kemunduruan kesehatan fisik dan psikis yang akhirnya akan berpengaruh juga pada aktivitas ekonomi dan sosial mereka. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada aktivitas kehidupan sehari-hari (Rahayu, 2009).
Selain permasalahan di atas, lansia juga
memiliki tugas perkembangan yang lebih banyak berkaitan dengan kehidupan
pribadi mereka, Havighurst (dalam Hurlock, 1999) menyebutkan bahwa tugas
perkembangan lansia tersebut antara lain harus menyesuaikan diri dengan masa
pensiun dan berkurangnya income keluarga, menyesuaikan diri dengan kematian
pasangan hidup dan sebagainya. Kondisi ini tentunya akan sangat mempengaruhi kebahagiaan
para lansia, namun tidak semua lansia merasakan hal yang sama terhadap masalah
mereka, ada juga lansia yang mampu meminimalisir permasalahan yang mereka
rasakan dengan cara memiliki tingkat religiusitas yang tinggi.
Rohrbaugh & Jessor (dalam Sulistyarini,
2010) menyatakan bahwa religiusitas mengacu kepada pemahaman total terhadap
agama dalam kehidupaan sehari-hari, kehidupaan di dunia, seperti kehidupan
ritual agama. Berdasarkan pengertian yang lebih umum, religiusitas merupakan
kepercayaan terhadap adanya Tuhan serta mempercayai agama. Agama yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah agama Islam. Islam sebagai sebuah agama mengandung
nilai-nilai dan ajaran-ajaran yang bersifat universal dan sempurna yang harus
dipelajari dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari oleh umatnya. Terdapat
banyak ibadah yang harus diamalkan dalam Islam, diantaranya adalah shalat,
puasa dan zikir. Terdapat beberapa pendapat dan penelitian yang menyatakan
bahwa dengan sholat, puasa dan zikir berhubungan dengan kesehatan fisik dan
mental.
Ikhwanisifa (2008) dalam penelitiannya
menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara keteraturan shalat
lima waktu dengan regulasi emosi pada lansia penderita jantung koroner di kota
Medan. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Nur Hidayah (2008) berdasarkan
hasil penelitiannya dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang
sangat signifikan antara kekhusyukan menjalankan shalat dengan kebahagiaan.
Selain ibadah shalat, dalam Islam juga terdapat
pelaksanaan ibadah puasa. Dyayadi (2005) menyatakan bahwa menjalankan ibadah
puasa tidak hanya sekedar melaksanakan kewajiban terhadap Tuhan tetapi juga
membawa implikasi besar bagi sisi kejiwaan pelakunya. Puasa berbeda dengan
diet, karena puasa mencakup semua dimensi fisik, psikis, dan ruhani sedangkan
diet hanya pada dimensi fisik. Selanjutnya Ibnul Qoyim (dalam Syaqawi, 2010)
juga menyebutkan beberapa manfaat dari manfaat berzikir di antaranya, zikir
dapat mengusir kecemasan dan kesedihan dan mendatangkan kesenangan, kebahagiaan
dan kehidupan yang baik. Berdasarkan dari pernyataan diatas, dapat dikatakan
bahwa seorang lansia muslim yang benar-benar dalam melaksanakan kegiatan
keagamaanya (shalat, puasa, zikir) dapat meraih kesehatan fisik dan juga psikologisnya.
Pernyataan di atas sejalan dengan pernyataan
Hakim (2003) bahwa secara fisik lanjut usia mengalami penurunan, tetapi pada
aktivitas yang berkaitan dengan agama justru mengalami peningkatan, artinya
perhatian mereka terhadap agama semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya
usia. Lanjut usia lebih percaya bahwa selain dapat memberi jalan bagi pemecahan
masalah kehidupan, agama juga berfungsi sebagai pembimbing dalam kehidupannya,
dan menentramkan batinnya.
Hasil penelitian menunjukkan succesfull aging
pada lansia terjadi karena adanya beberapa faktor yang saling berkaitan, antara
lain: faktor fisik, aktivitas, psikologis, sosial dan religiusitas. Salah satu
yang terlihat disini adalah faktor religiusitas, dimana dengan masih rutinnya
lansia dalam menjalankan ibadah serta mengikuti kegiatan keagamaan merupakan
salah satu bentuk adanya keyakinan yang kuat akan campur tangan Tuhan atas apa
yang diperolehnya dalam menjalani hidup. Sebagai tambahan, agama dapat melepaskan
kecemasan tentang kematian dan kehidupan setelah mati. Disamping itu juga ada
bukti-bukti, seperti yang diungkapkan oleh Covalt bahwa, “kegiatan keagamaan
mempunyai kelompok rujukan yang memberi dorongan dan rasa aman kepada mereka,
sedang orang yang tidak masuk dalam kelompok agama manapun tampaknya kurang
mendapat dorongan sosial semacam itu” (dalam Hurlock, 1999).
Koenig (dalam Rakhmat, 2005) menambahkan
mengenai efek agama pada kesehatan fisik dan mental yaitu antara lain
penggunaan agama sebagai perilaku koping berkaitan dengan depresi yang lebih
rendah, kesejahteraan dan moril yang lebih tinggi, perkawinan yang lebih
bahagia, kepuasan hidup yang tinggi, serta kecemasan mati yang lebaih rendah.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas
dapat dikatakan bahwa dengan memiliki religiusitas yang baik dapat memberi
jalan untuk menuju kebahagiaan.
Tags
perkembangan lansia