Terdapat gejala
penyakit diare yang dapat diamati. Diare dapat menyebabkan hilangnya sejumlah
besar air dan elektrolit, terutama natrium dan kalium dan sering disertai
dengan asidosis metabolik. Dehidrasi dapat diklasifikasikan berdasarkan defisit
air dan atau keseimbangan serum elektrolit. Setiap kehilangan berat badan yang
melampaui 1% dalam sehari merupakan hilangnya air dari tubuh. Kehidupan bayi
jarang dapat dipertahankan apabila defisit melampaui 15% (Soegijanto, 2002).
Gejala penyakit
diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi empat kali atau
lebih dalam sehari, yang kadang disertai: muntah, badan lesu atau lemah, panas,
tidak nafsu makan, darah dan lendir dalam kotoran, rasa mual dan muntah-muntah
dapat mendahului diare yang disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi bisa secara
tiba-tiba menyebabkan diare, muntah, tinja berdarah, demam, penurunan nafsu
makan atau kelesuan. Selain itu, dapat pula mengalami sakit perut dan kejang
perut, serta gejala- gejala lain seperti flu misalnya agak demam, nyeri otot
atau kejang, dan sakit kepala. Gangguan bakteri dan parasit kadang- kadang
menyebabkan tinja mengandung darah atau demam tinggi (Amiruddin, 2007).
Menurut
Ngastisyah (2005) gejala penyakit diare yang sering ditemukan mula-mula pasien
cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang, tinja mungkin
disertai lendir atau darah, gejala muntah dapat timbul sebelum dan sesudah
diare. Bila penderita benyak kehilangan cairan dan elektrolit, gejala dehidrasi
mulai nampak, yaitu berat badan menurun, turgor berkurang, mata dan ubun-ubun
besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.
Dehidrasi
merupakan gejala yang segera terjadi akibat pengeluaran cairan tinja yang
berulang-ulang. Dehidrasi terjadi akibat kehilangan air dan elektrolit yang
melebihi pemasukannya (Suharyono, 1986). Kehilangan cairan akibat diare
menyebabkan dehidrasi yang dapat bersifat ringan, sedang atau berat.
Tags
Patologi