Banyak faktor-faktor resiko hipertensi. Faktor-faktor
resiko hipertensi merupakan faktor-faktor yang dapat mengakibatkan timbulnya
hipertensi.
Secara umum, faktor resiko hipertensi dapat
dibagi menjadi dua, yaitu faktor yang dapat di ubah dan faktor yang tidak dapat
diubah.
Faktor Risiko Hipertensi
yang Tidak Dapat Diubah
Umur
Penderita hipertensi esensial sebagian besar
timbul pada usia 24-45 tahun hanya 20% yang menimbulkan kenaikan tekanan darah
di bawah usia 20 tahun dan di atas 50 tahun. Menurut Kaplan (1991) prevalensi
penderita hipertensi umumnya paling tinggi dijumpai pada usia > 40 tahun.
Penderita kemungkinan mendapat komplikasi (kelainan) pembuluh darah otak 6-10
kali lebih besar pada usia 30-40 tahun.
Jenis Kelamin
Prevalensi penderita hipertensi lebih sering
ditemukan pada kaum pria daripada kaum wanita, hal ini disebabkan secara
hormonal laki-laki lebih berisiko terjadi hipertensi. Pada saat mengatasi
masalah pria cenderung emosi dan mencari jalan pintas seperti merokok, mabuk
minum-minuman alkohol, dan pola makan yang tidak baik sehingga tekanan darahnya
dapat meningkat.
Sedangkan pada wanita dalam mengatasi masalah
atau stres, masih dapat mengatasinya dengan tenang dan lebih stabil. Sugiri
(1990) dalam penelitiannya menemukan di Sumatera Barat lebih banyak penderita
hipertensi pada pria (18,6%) daripada wanita (17,4%)11 Dari umur 55 s/d 74
tahun, perempuan lebih banyak menderita hipertensi dibanding laki-laki. Tekanan
darah cenderung meningkat pada wanita setelah menopause daripada sebelum
menopause, hal ini disebabkan oleh faktor psikologis dan adanya perubahan dalam
diri wanita tersebut.
Genetika
Faktor-faktor genetika telah lama dikatakan
penting dalam genesis dari hipertensi. Salah satu tindakan penyelidikan yang
dilakukan adalah menilai korelasi tekanan darah dalam keluarga (familial
aggregation) individu dengan orang tua yang menderita hipertensi. Beevers dan
O’Brien (1994) menyatakan bahwa faktor keturunan akan menyumbang sebesar 60%
untuk terjadinya hipertensi. Lebih jauh diutarakan bahwa apabila salah satu
saudaranya hipertensi maka resiko hipertensi sebesar 30%.
Ras atau suku bangsa
Orang berkulit hitam dari semua umur lebih
besar peluang terjadi hipertensi daripada orang berkulit putih. Perbedaan ini
paling besar terjadi pada umur 55-64 tahun. Pada kelompok umur ini prevalensi
dari hipertensi pada orang berkulit hitam dua kali lebih besar daripada orang
berkulit putih. Pada umur ≥ 75 tahun 54% orang berkulit hitam terjadi
hipertensi, berbeda halnya hanya 38% kejadian hipertensi pada orang berkulit
putih.
Faktor Risiko Hipertensi
yang Dapat Dihindarkan atau Diubah
Lemak
dan kolesterol
Pola makan penduduk yang tinggal di kota-kota
besar berubah dimana fastfood dan makanan yang kaya kolesterol menjadi bagian
yang dikonsumsi sehari-hari. Mengurangi diet lemak dapat menurunkan tekanan
darah 6/3 mmHg dan bila dikombinasikan dengan meningkatkan konsumsi buah dan
sayuran dapat menurunkan tekanan darah sebesar 11/6 mmHg. Makan ikan secara teratur
sebagai cara mengurangi berat badan akan meningkatkan penurunan tekanan darah
pada penderita gemuk dan memperbaiki profil lemak.
Konsumsi
Garam
Diet tinggi garam dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah dan prevalensi hipertensi. Efek diperkuat dengan diet
kalium yang rendah. Penurunan diet natrium dari 180 mmol (10,5 gr) perhari
menjadi 80-100 mmol (4,7-5,8 perhari) menurunkan tekanan darah sistolik 4-6
mmHg. Tetapi pengaruh lebih kuat pada orang kulit hitam, obesitas dan umur tua.
WHO-ISH (1999) membuat tujuan diet rendah natrium ialah sampai < 100 mmol
(5,8 gr) perhari atau < 6 gr NaCl perhari.
Minuman
beralkohol
Terdapat hubungan linier antara konsumsi
alkohol, tingkat tekanan darah dan prevalensi hipertensi pada masyarakat.
Alkohol menurunkan efek obat antihipertensi, tetapi efek presor ini menghilang
dalam 1-2 minggu dengan mengurangi minum alkohol sampai 80%. Pada penderita
hipertensi konsumsi alkohol dibatasi 20-30 gr etanol perhari untuk pria dan
10-20 gr etanol perhari pada wanita.
Kelebihan
Berat Badan (Overweight)
Dari data observasional WHO tahun 1996,
regresi multivariat dari tekanan darah menunjukkan sebuah peningkatan 2-3 mmHg
tekanan darah sistolik dan 1-3 mmHg tekanan darah diastolik pada setiap 10 kg
kenaikan berat badan. Mereka yang memiliki lemak yang bertumpuk di daerah
sekitar pinggang dan perut (bentuk buah apel) lebih mungkin terkena tekanan
darah tinggi bila dibandingkan dengan mereka yang memiliki kelebihan lemak di
paha dan panggul.
Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah kombinasi
antara tinggi dan berat badan untuk mengukur kadar kegemukan yang melibatkan
seluruh berat badan. Perhitungannya adalah sebagai berikut:
Indeks Massa Tubuh (IMT) = Berat
Badan/Tinggi badan (m) X Tinggi badan
Dimana dikatakan kurus bila IMT ≤ 20, berat
badan sehat bila IMT 20-25, kawasan peringatan bila IMT 25-27 dan obesitas bila
IMT ≥ 27.
Rokok
dan Kopi
Berhenti merokok merupakan perubahan gaya
hidup yang paling kuat untuk mencegah penyakit kardiovaskuler dan
nonkardiovaskuler pada penderita hipertensi. Merokok dapat menghapuskan
efektifitas beberapa obat antihipertensi, misalnya pengobatan hipertensi yang
menggunakan terapi beta blocker dapat menurunkan risiko penyakit jantung dan stroke
hanya bila pemakainya tidak merokok.20 Kopi juga berakibat buruk pada jantung.
Kopi mengandung kafein yang meningkatkan debar jantung dan naiknya tekanan
darah. Meminum kopi lebih dari empat cangkir kopi sehari dapat meningkatkan
tekanan darah sistolik sekitar 10 mmHg dan tekanan darah diastolik sekitar 8
mmHg.
Stres
Hubungan antara stres dengan hipertensi
diduga melalui aktivitas saraf simpatik yang dapat meningkatkan tekanan darah
secara intermitten. Apabila stres menjadi berkepanjangan dapat berakibat
tekanan darah menetap tinggi. Hal ini secara pasti belum terbukti, akan tetapi
pada binatang percobaan dibuktikan bahwa pemaparan terhadap stres membuat
binatang menjadi hipertensi.
Olahraga
Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan
hipertensi karena olahraga isotonik (seperti bersepeda, jogging, aerobik) yang
teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan dapat menurunkan tekanan
darah. Olahraga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada hipertensi. Dengan
kurangnya olahraga kemungkinan timbulnya obesitas akan meningkat dan apabila
asupan garam bertambah akan mudah timbul hipertensi.
Tags
Patologi