Banyak fakfor-faktor yang bisa menyebabkan
konflik. Menurut Saiman Pakpahan, faktor penyebab konflik dapat
diklasifikasikan menjadi dua hal. Pertama, ada penyebab identitas yang dapat
dilihat berdasarkan perbedaan ideologi, ras, etnik (kultur). Kedua, perbedaan
yang dapat dilihat berdasarkan distribusi sumber daya ekonomi, politik, social,
dan hokum beserta derivasinya. Secara penjelasan baik bersifat teori dan
informasi hasil kajian menunjukkan bahwa faktor penyebab konflik adalah karena
perbedaan identitas dan distribusi sumber daya. Kemudian, dalam hubungan dengan
potensi, sumber konflik tersebut merupakan temuan utama menunjukkan bahwa
antara isu perbedaan identitas dan sumber daya saling berinteraksi dan saling
mempengaruhi. Umumnya, tidak disadari bahwa konflik yang disebabkan perbedaan
sumber daya, khususnya ekonomi, politik atau hukum dibelokkan menjadi konflik
yang bertendensi ideologi dan etnik.
Untuk menyelesaikan konflik yang terjadi
dalam masyarakat, tentu kita harus mengetahui apa yang menjadi penyebab konflik
itu dapat terjadi. Dalam pandangan sosiologi, masyarakat itu selalu dalam
perubahan dan setiap elemen dalam masyarakat selalu memberikan sumbangan bagi
terjadinya konflik. Collins mengetakan bahwa konflik berakar pada masalah
individual karena akar teoritisnya lebih pada fenomenologis. Menurut Collins,
konflik sebagai fokus berdasarkan landasan yang realiktik dan konflik adalah
proses sentral dalam kehidupan sosial.
Salah satu penyebab terjadinya konflik adalah
karena ketidakseimbangan antara hubungan-hubungan manusia seperti aspek social,
ekonomi dan kekuasaan. Contohnya kurang meratanya kemakmuran dan akses yang
tidak seimbang terhadp sumber daya yang kemudian akan menimbulkan
masalah-masalah dalam masyarakat. Konflik dapat juga terjadi karena adanya
mobilisasi social yang memupuk keinginan yang sama. Menurut perspektif
sosiologi ( Soekanto, 2002), konflik di dalam masyarakat terjadi karena pribadi
maupun kelompok menyadari adanya perbedaan-perbedaan badaniah, emosi,
unsure-unsur kebudayaan pola perilaku dengan pihak lain. Konflik atau
pertentangan adalah suatu proses dimana individu atau kelompok berusaha untuk
memenuhi tujuannya dengan menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman
atau kekerasan.
Adapun
yang menjadi faktor penyebab konflik, antara lain yaitu:
- Adanya perbedan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan, karena setiap manusia unik, dan mempunyai perbedaan pendirian, perasaan satu sama lain. Perbedaan pendirian dan perasaan ini akan menjadi satu faktor penyebab konflik social, sebab dalam menjalani hubungan social seorang individu tidak selalu sejalan dengan individu atau kelompoknya.
- Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda-beda, individu sedikit banyak akan terpengaruh oleh pola pemikiran dan pendirian kelompoknya, dan itu akan menghasilkan suatu perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
- Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok, individu memiliki latar perasaan, pendirian dan latar belakang budaya yang berbeda. Ketika dalam waktu yang bersamaan masing-masing individu atau kelompok memilki kepentingan yang berbeda. Kadang, orang dapat melakukan kegiatan yang sama, tetapi tujuannya berbeda. Sebagai contoh, misalnya perbedaan kepentingan dalam hal pemanfaatan hutan. Para tokoh masyarakat menganggap hutan sebagai kekayaan budaya yang mnejadi bagian dari kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan tidak boleh ditebang. Para petani menebang pohon-pohon karena dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk membuat kebun atau ladang. Bagi para pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang dan kemudian kayu nya di ekspor guna mendapatkan uang dan membuka pekerjaan. Sedangkan bagi pencinta lingkungan, hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga harus dijaga dan dilestarikan. Disini jelas terlihat ada perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya sehingga akan mendatangkan konflik social di masyarakat. Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula menyengkut bidang politik, ekonomi, social, dan budaya. Begitu pula dapat terjadi antar kelompok atau antar kelompok dengan individu, misalnya konflik antar kelompok buruh dengan pengusaha yang terjadi karena perbedaan kepentingan diantara keduanya. Para buruh menginginkan upah yang memadai, sedangkan pengusaha menginginkan pendapatan yang besar untuk dinikmati sendiri serta memperbesar bidang serta volume usaha mereka.
- Faktor terjadinya konflik juga dapat disebabkan karena perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat. Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesan yang mengalami industrialisai yang mendadak akan memunculkan konflik social sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai kegotong royongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pamanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini jika terjadi secara cepat dan mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial dalam masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehidupan masyarakat yang sudah ada.
Tags
Psikologi Gender