Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi
kebahagiaan. Secara garis besar, faktor-faktor yang mempengaruhi kebahagiaan
dapat dibagi dua, yaitu faktor eksternal dan faktor internal.
FAKTOR EKSTERNAL
Seligman (2002) memberikan delapan faktor
eksternal yang mempengaruhi kebahagiaan seseorang, namun tidak semuanya
memiliki pengaruh yang besar. Selain itu, Carr (2004) juga mengemukakan
beberapa hal yang berkontribusi terhadap kebahagiaan.
Berikut ini adalah penjabaran dari
faktor-faktor eksternal yang berkontribusi terhadap kebahagiaan seseorang
menurut Seligman (2002) yang didukung oleh Carr (2004):
Uang
Keadaan keuangan yang dimiliki seseorang pada
saat tertentu menentukan kebahagiaan yang dirasakannya akibat peningkatan
kekayaan. Individu yang menempatkan uang di atas tujuan yang lainnya juga akan
cenderung menjadi kurang puas dengan pemasukan dan kehidupannya secara keseluruhan
(Seligman, 2002).
Pernikahan
Pernikahan memiliki dampak yang jauh lebih
besar dibanding uang dalam mempengaruhi kebahagiaan seseorang. Individu yang
menikah cenderung lebih bahagia daripada mereka yang tidak menikah (Seligman,
2002). Lebih bahagianya individu yang telah menikah bisa karena pernikahan
menyediakan keintiman psikologis dan fisik, konteks untuk memiliki anak,
membangun rumah tangga, dan mengafirmasi identitas serta peran sosial sebagai
pasangan dan orangtua (Carr, 2004).
Kehidupan Sosial
Individu yang memiliki tingkat kebahagiaan
yang lebih tinggi umumnya memiliki kehidupaan sosial yang memuaskan dan
menghabiskan banyak waktu bersosialisasi. Pertemanan yang terjalin juga
sebaiknya terbuka antar satu sama lain sehingga berkontribusi terhadap
kebahagiaan, karena pertemanan tersedia dukungan sosial dan terpenuhinya
kebutuhan akan affiliasi (Carr, 2004). Mempertahankan beberapa hubungan dekat
dipercayai telah ditemukan berkorelasi dengan kebahagiaan dan kesejahteraan
subjektif (Argyle, 2001, 2000 dalam Carr, 2004).
Kesehatan
Kesehatan yang dapat berpengaruh terhadap
kebahagiaan adalah kesehatan yang dipersepsikan oleh individu (kesehatan
subjektif), bukan kesehatan yang sebenarnya dimiliki (kesehatan obyektif)
(Seligman, 2002; Carr, 2004).
Agama
Penelitian menunjukkan bahwa individu yang
religius lebih bahagia dan lebih puas dengan kehidupannya dibandingkan individu
yang tidak religius. Hal ini disebabkan oleh tiga hal. Pertama, efek psikologis
yang ditimbulkan oleh religiusitas cenderung positif, mereka yang religius
memiliki tingkat penyalahgunaan obat-obatan, kejahatan, perceraian dan bunuh
diri yang rendah. Kedua, adanya keuntungan emosional dari agama berupa dukungan
sosial dari mereka yang bersama-sama membentuk kelompok agama yang simpatik.
Ketiga, agama sering dihubungkan dengan karakteristik gaya hidup sehat secara
fisik dan psikologis dalam kesetiaan perkawinan, perilaku prososial, makan dan
minum secara teratur, dan komitmen untuk bekerja keras (dalam Carr, 2004)
Emosi Positif
Melalui penelitian yang dilakukan oleh Norman
Bradburn (dalam Seligman, 2002) diketahui bahwa individu yang mengalami banyak
emosi negatif akan mengalami sedikit emosi positif, dan sebaliknya Lafreniere
(1999) menyatakan bahwa emosi positif merupakan emosi yang dikehendaki
seseorang, seperti :
Gembira
Kegembiraan, keriangan dan kesenangan timbul
akibat rangsangan seperti keadaan fisik yang sehat atau keberhasilan mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Ada berbagai macam ekspresi kegembiraan, dari
yang tenang sampai meluap-luap. Seiring dengan bertambahnya usia, lingkungan
sosial akan memaksa individu untuk mampu mengendalikan ekspresi kegembiraannya
agar dapat dikatakan dewasa atau matang (Lazarus dalam Lafreniere, 1999).
Rasa
ingin tahu
Rangsangan yang menimbulkan emosi ingin tahu
sangat banyak. Contohnya sesuatu hal yang aneh dan baru akan menyebabkan
seseorang berusaha mencari tahu hal tersebut (Izard dalam Lafreniere, 1999).
Cinta
Perasaan yang melibatkan rasa kasih sayang
baik terhadap benda maupun manusia (Lazarus dalam Lafreniere, 1999).
Bangga
Suatu perasaan yang dapat meningkatkan
identitas ego seseorang misalnya dengan cara berhasil mencapai sesuatu yang
bernilai atau dapat mewujudkan keinginan, seperti meraih prestasi (Lewis dalam
Lafreniere, 1999).
Usia
Sebuah studi mengenai kebahagiaan terhadap
60.000 orang dewasa di 40 negara membagi kebahagiaan ke dalam tiga komponen,
yaitu kepuasan hidup, afek menyenangkan, dan afek tidak menyenangkan. Kepuasan
hidup yang meningkat perlahan seiring dengan usia, afek menyenangkan menurun
sedikit, dan afek tidak menyenangkan tidak berubah (Seligman, 2002).
Pendidikan, Iklim, Ras dan
Jender
Keempat hal ini memiliki pengaruh yang tidak
cukup besar terhadap tingkat kebahagiaan seseorang. Pendidikan dapat sedikit
meningkatkan kebahagiaan pada mereka yang berpenghasilan rendah karena
pendidikan merupakan sarana untuk mencapai pendapatan yang lebih baik. Iklim di
daerah dimana seseorang tinggal dan ras juga tidak memiliki pengaruh terhadap
kebahagiaan. Sedangkan jender, antara pria dan wanita tidak terdapat perbedaan
pada keadaan emosinya, namun ini karena wanita cenderung lebih bahagia
sekaligus lebih sedih dibandingkan pria (Seligman, 2002)
Produktivitas Pekerjaan
Carr (2004) menyatakan bahwa individu yang
bekerja cenderung lebih bahagia daripada yang menganggur, terutama jika tujuan
yang dicapai merupakan tujuan yang memiliki nilai tinggi bagi individu. Hal ini
disebabkan oleh adanya stimulasi menyenangkan, terpuasnya rasa keingintahuan
dan pengembangan keterampilan, dukungan sosial, serta identitas diri yang
didapat dari pekerjaan (Carr, 2004).
FAKTOR INTERNAL
Menurut Seligman (2002), terdapat tiga faktor
internal yang berkontribusi terhadap kebahagiaan, yaitu kepuasan terhadap masa
lalu, optimisme terhadap masa depan, dan kebahagiaan pada masa sekarang. Ketiga
hal tersebut tidak selalu dirasakan secara bersamaan, seseorang bisa saja
bangga dan puas dengan masa lalunya namun merasa getir dan pesimis terhadap
masa sekarang dan yang akan datang.
Kepuasan Terhadap Masa Lalu
Kepuasan
terhadap masa lalu dapat dicapai melalui tiga cara:
- Melepaskan pandangan masa lalu sebagai penentu masa depan seseorang.
- Gratitude (bersyukur) terhadap hal-hal baik dalam hidup akan meningkatkan kenangan-kenangan positif.
- Forgiving dan forgetting (memaafkan dan melupakan)
Perasaan seseorang terhadap masa lalu
tergantung sepenuhnya pada ingatan yang dimilikinya. Salah satu cara untuk
menghilangkan emosi negatif mengenai masa lalu adalah dengan memaafkan.
Defenisi memaafkan menurut Affinito (dalam Seligman, 2002) adalah memutuskan
untuk tidak menghukum pihak yang menurut seseorang telah berlaku tidak adil
padanya, bertindak sesuai dengan keputusan tersebut dan mengalami kelegaan
emosi setelahnya. Memaafkan dapat menurunkan stress dan meningkatkan
kemungkinan terciptanya kepuasan hidup.
Optimisme Terhadap Masa
Depan
Optimisme didefinisikan sebagai ekspektasi
secara umum bahwa akan terjadi lebih banyak hal baik dibandingkan hal buruk di
masa yang akan datang (Carr, 2004).
Kebahagiaan Masa Sekarang
Kebahagiaan
masa sekarang melibatkan dua hal, yaitu:
- Pleasure yaitu kesenangan yang memiliki komponen sensori dan emosional yang kuat, sifatnya sementara dan melibatkan sedikit pemikiran. Pleasure terbagi menjadi dua, yaitu bodily pleasures yang didapat melalui indera dan sensori, dan higher pleasures yang didapat melalui aktivitas yang lebih kompleks. Ada tiga hal yang dapat meningkatkan kebahagiaan sementara, yaitu menghindari habituasi dengan cara memberi selang waktu cukup panjang antar kejadian menyenangkan; savoring (menikmati) yaitu menyadari dan dengan sengaja memperhatikan sebuah kenikmatan; serta mindfulness (kecermatan) yaitu mencermati dan menjalani segala pengalaman dengan tidak terburu–buru dan melalui perspektif yang berbeda.
- Gratification yaitu kegiatan yang sangat disukai oleh seseorang namun tidak selalu melibatkan perasaan tertentu, dan durasinya lebih lama dibandingkan pleasure, kegiatan yang memunculkan gratifikasi umumnya memiliki komponen seperti menantang, membutuhkan keterampilan dan konsentrasi, bertujuan, ada umpan balik langsung, pelaku tenggelam di dalamnya, ada pengendaian, kesadaran diri pupus, dan waktu seolah berhenti.