Cacing
gelang atau Ascaris lumbricoides merupakan salah satu jenis cacing yang masuk
kelompok cacing nematode. Cacing gelang merupakan salah satu jenis cacing yang
banyak ditemukan di Indonesia.
Hospes dan Nama Penyakit
Satu-satunya
hospes definitif Nematoda ini adalah manusia. Penyakit yang disebabkan Nematoda
ini disebut Ascariasis atau cacing gelang.
Distribusi Geografis
Karena
parasit ini terdapat di seluruh dunia, maka bersifat kosmopolitan. Penyebaran
parasit ini terutama berada di daerah tropis yang tingkat kelembabannya cukup
tinggi (Hart, 1997).
Morfologi dan Daur Hidup
Cacing gelang
betina panjangnya sampai 20 sampai 35 cm, sedangkan yang jantan panjangnya 15
sampai 31 cm. Pada cacing gelang jantan ujung posteriornya lancip dan
melengkung ke arah ventral dilengkapi pepil kecil dan dua buah speculum
berukuran 2 mm, sedangkan pada cacing betina bagian posteriornya membulat dan
lurus, dan anteriornya tubuhnya terdapat cincin kopulasi, tubuhnya berwarna
putih sampai kuning kecoklatan dan diselubungi oleh lapisan kutikula yang
bergaris halus. Telur yang dibuahi besarnya 60 x 45 mikron, telur yang tidak dibuahi
besarnya 90 x 45 mikron, telur matang berisi larva (embrio), menjadi infektif
setelah berada di tanah kurang lebih 3 minggu (Gandahusada, 1998).
Telur
yang infektif bila tertelan manusia menetas menjadi larva di usus halus. Larva
menembus di dinding usus halus menuju pembuluh darah atau saluran limfe
kemudian terbawa oleh darah sampai ke jantung menuju paru-paru. Larva di
paru-paru menembus dinding alveolus masuk ke rongga alveolus dan naik ke
trakea, dari trakea larva menuju faring dan menimbulkan iritasi yang
menyebabkan penderita akan batuk karena adanya rangsangan dari larva ini. Larva
di faring tertelan dan terbawa ke esofagus, terakhir sampai di usus halus dan
menjadi dewasa. Proses mulai dari telur sampai menjadi cacing dewasa
membutuhkan waktu kurang lebih 2 bulan (Onggowaluyo, 2001).
Aspek Klinis
Cairan
tubuh cacing dewasa dapat menimbulkan reaksi toksik sehingga terjadi gejala
mirip demam tifoid yang disertai alergi seperti urtikaria, udema di wajah,
konjungtivitas, dan iritasi pada alat pernafasan bagian atas. Apabila jumlahnya
banyak cacing dewasa dalam usus dapat menimbulkan gangguan gizi, kadang-kadang
cacing dewasa juga bermigrasi karena adanya rangsangan, efek dari migrasi ini
dapat menimbulkan obstruksi usus, kemudian masuk ke dalam saluran empedu,
saluran pankreas dan organ-organ lainnya. Migrasi sering juga menyebabkan
cacing dewasa keluar spontan melalui anus, mulut dan hidung (Onggowaluyo,
2001).
Menurut
Harian Sriwijaya Post (10 Januari 2003) setiap ekor cacing gelang yang ada di
tubuh manusia menghisap 0,04 gram karbohidrat setiap harinya dan bila jumlah
cacing ini terlalu banyak maka dapat menyumbat usus dan saluran empedu.
Diagnosis
Diagnosis
dapat dibuat dengan menemukan telur dan cacing dewasa dalam tinja. Telur cacing
ini dapat ditemukan dengan mudah pada sediaan basah langsung atau sediaan basah
dari sedimen yang sudah dikonsentrasikan. Cacing dewasa dapat ditemukan dengan
pemberian antelmintik atau keluar dengan sendirinya melalui mulut karena muntah
atau melalui anus bersama tinja (Adam, 1995).
Pencegahan
Karena
penularan Ascariasis (cacing gelang) terutama tergantung dari kontaminasi tanah
dengan tinja, penggunaan sanitasi yang baik merupakan tindakan pencegahan yang
terpenting. Belum ada cara yang praktis untuk membunuh telur cacing yang
terdapat di tanah liat dan lingkungan yang sesuai (Garcia, 1996).
Tags
Patologi
nice post gan..
BalasHapusmusim hujan sudah datang..antisipasi dini terhadap penyakit cacingan pada anak-anak perlu dilakukan.