Hormon-hormon
yang dominan pada saat kehamilan yaitu:
Estrogen
Estrogen berfungsi untuk meningkatkan
sensivitas otot rahim dan memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan
oksitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanis.
Progesteron
Progesteron berfungsi menurunkan
sensivitas otot rahim, menyulitkan penerimaan rangsangan dari luar seperti
oksitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanis, dan menyebabkan otot
rahim dan otot polos relaksasi.
Pada kehamilan kedua hormon tersebut
berada dalam keadaan yang seimbang, sehingga kehamilan bisa dipertahankan.
Perubahan keseimbangan kedua hormon tersebut menyebabkan oksitosin yang
dikeluarkan oleh hipofise parst posterior dapat menimbulkan kontraksi dalam
bentuk Braxton Hicks. Kontraksi ini akan menjadi kekuatan yang dominan pada
saat persalinan dimulai, oleh karena itu makin tua kehamilan maka frekuensi
kontraksi semakin sering. Oksitosin diduga bekerja bersama atau melalui
prostaglandin yang makin meningkat mulai umur kehamilan minggu ke-15 sampai
aterm lebih-lebih sewaktu partus atau persalinan. Disamping faktor gizi ibu
hamil dan keregangan otot rahim dapat memberikan pengaruh penting untuk
mulainya kontraksi rahim.
Dengan demikian dapat dikemukakan
beberapa teori yang memungkinkan terjadinya proses persalinan:
- Teori Keregangan --- Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Setelah melewati batas waktu tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat mulai. Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang mengakibatkan iskemia otot-otot uterus. Hal ini mungkin merupakan faktor yang dapat mengganggu sirkulasi uteroplasenter sehingga plasenta mengalami degenerasi. Pada kehamilan ganda seringkali terjadi kontraksi setelah keregangan tertentu, sehingga menimbulkan proses persalinan.
- Teori penurunan progesterone --- Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu. Villi koriales mengalami perubahan-perubahan dan produksi progesteron mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitif terhadap oksitosin. Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesteron tertentu.
- Teori oksitosin internal --- Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofise parst posterior. Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi braxton hicks. Menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan aktivitas, sehingga persalinan dimulai.
- Teori prostaglandin --- Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu, yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostaglandin pada saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga terjadi persalinan. Prostaglandin dianggap dapat memicu terjadinya persalinan.
- Teori hipotalamus-pituitari dan glandula suprarenalis --- Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anensefalus sering terjadi keterlambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus. Teori ini dikemukakan oleh Linggin (1973). Malpar tahun 1933 mengangkat otak kelinci percobaan, hasilnya kehamilan kelinci menjadi lebih lama. Pemberian kortikosteroid yang dapat menyebabkan maturitas janin, induksi persalinan. Dari beberapa percobaan tersebut disimpulkan ada hubungan antara hipotalamus-pituitari dengan mulainya persalinan. Glandula suprarenal merupakan pemicu terjadinya persalinan.
- Teori berkurangnya nutrisi --- Berkurangnya nutrisi pada janin dikemukakan oleh Hippokrates untuk pertama kalinya. Bila nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan segera dikeluarkan.
- Faktor lain --- Tekanan pada ganglion servikale dari pleksus frankenhauser yang terletak dibelakang serviks. Bila ganglion ini tertekan, maka kontraksi uterus dapat dibangkitkan. Bagaimana terjadinya persalinan masih tetap belum dapat dipastikan, besar kemungkinan semua faktor bekerja bersama-sama, sehingga pemicu persalinan menjadi multifaktor.
Tags
Psikologi Gender