Tiap kehamilan harus ada spermatozoon, ovum,
pembuahan ovum (konsepsi), dan nidasi (Prawirohardjo, 2008). Proses kehamilan
merupakan mata rantai yang berkesinambungan, terdiri atas (1) ovulasi; (2)
migrasi spermatozoa dan ovum; (3) nidasi (implantasi) pada uterus; (4)
pembentukan plasenta; (5) pertumbuhan dan perkembangan hasil konsepsi sampai
aterm (Hidayati, 2009).
Pembuahan (konsepsi/fertilasi) adalah
penyatuan sperma dari laki-laki dengan ovum dari perempuan. Spermatozoa
merupakan sel yang sangat kecil dengan ekor yang panjang sehingga
memungkinkannya untuk bergerak dalam media cair. Sel-sel benih ini diyakini
dapat mempertahankan kemampuan fertilisasinya selama 2-4 hari. Sel telur (ovum)
akan hidup selama maksimal 48 jam setelah ovulasi sehingga agar fertilisasi
berhasil, senggama harus dilakukan dalam waktu 5 hari di sekitar ovulasi.
Selama senggama akan terdapat sebanyak 300 juta spermatozoa di dalam 3 ml
cairan seminalis (air mani). Sejumlah besar sperma akan hancur akibat keasaman
vagina, dan beberapa di antaranya mati dalam perjalanan menuju tuba fallopii.
Sel-sel benih ini berjalan dengan menggerakkan ekornya memakai energinya
sendiri dan pada saat ovulasi, gerakannya dibantu oleh mukus serviks yang mudah
ditembus. Perjalanan sperma lewat serviks serta korpus uteri dan ke dalam tuba
fallopii diperkirakan berlangsung selama sekitar 20 menit (Farrer, 2001).
Pada saat ovulasi, ovum akan didorong keluar
dari folikel de Graaf dan kemudian ditangkap oleh fimbria yang memeluk tuba
fallopii pada sisi tersebut. Spermatozoa bertemu dengan ovum di dekat ujung
tuba yang memiliki fimbria. Hanya satu sperma yang akan membuahi ovum, namun
beberapa (juta) sperma lainnya diperlukan untuk memasok enzim hialuronidase
yang akan melunakkan korona radiata (sel-sel yang mengelilingi ovum).
Spermatozoa menembus ovum dengan membenamkan kepalanya lewat dinding ovum
tersebut yang dengan
Segera menjadi tidak permeabel lagi bagi
semua sperma lainnya. Kedua sel benih itu menyatu dan membentuk satu sel
tunggal. Sel tunggal ini merupakan individu yang baru dan unik karena mampu
berkembang menjadi bayi dengan jenis kelamin serta karakteristik yang sudah
ditentukan selain membentuk plasenta serta selaput ketuban (Farrer, 2001).
Ovum yang sudah dibuahi (zigot) memerlukan
waktu 6-8 hari untuk berjalan ke dalam uterus. Perjalanannya di sepanjang tuba
fallopii dibantu oleh kerja peristaltik tuba, gerakan mendorong zigot yang
dilakukan oleh silia pada dinding tuba dan cairan yang dihasilkan oleh
epitelium bersilia. Selama perjalanannya ke dalam uterus, zigot berkembang
melalui pembelahan sel yang sederhana setiap 12-15 jam sekali, namun ukurannya
tidak bertambah. Ketika mencapai uterus, zigot merupakan massa sel dan disebut
morula. Kemudian morula terpisah menjadi dua lapisan, cairan terbentuk dan
mengisi ruangan di antara kedua lapisan massa sel tersebut. Struktur ini
disebut blastokist. Massa sel luar disebut trofoblast; trofoblast ini akan
melekatkan ovum pada desidua dan berkembang menjadi plasenta serta membran
(korion) luar. Dinding massa sel dalam akan berkembang menjadi embrio, tali
pusat dan membran (amnion) dalam (Farrer, 2001).
Sekitar 10 hari setelah terjadi fertilisasi
ovum, blastokist akan menanamkan dirinya dalam endometrium. Implantasi (yang
juga disebut penanaman atau nidasi) biasanya terjadi pada pars superior korpus
uteri. Sel-sel blastokist sebelah luar akan mensekresikan suatu substansi,
yaitu enzim proteolitik, untuk memecah permukaan endometrium sehingga
blastokist dapat menanamkan dirinya. Aktivitas muskuler uterus pada saat ini
adalah rendah karena kadar progesteron yang relatif tinggi dalam aliran darah.
Begitu implantasi terjadi, lapisan uterus akan menyelimuti blastokist dan
kehamilan terbentuk. Saat ini dan seterusnya sampai akhir kehamilan, lapisan
uterus disebut desidua. Sel-sel trofoblast kemudian dapat menyerap nutrien dari
desidua dan mensekresikan hormonnya sendiri, yaitu human chorionic gonadotropin
(HCG) ke dalam aliran darah ibu yang hamil tersebut. Gonadotropin korionik ini
mempertahankan korpus luteum dan dengan demikian mempertahankan desidua. Sekresi
gonadotropin korionik meningkat dengan cepat dan mencapai puncaknya pada
sekitar 70 hari sesudah konsepsi. Kemudian sekresi hormon ini menurun karena
plasenta mengambil alih produksi estrogen dan progesteron dari korpus luteum.
Pengukuran HCG dalam urin biasanya merupakan pemeriksaan pertama yang dilakukan
untuk menegakkan kehamilan (Farrer, 2001).
Tags
Psikologi Gender