Perkembangan motorik halus anak usia 4-5 tahun berbeda-beda untuk setiap anak. Perkembangan motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terorganisasi (Hurlock, 1991). Perkembangan motorik ada 2, yaitu Perkembangan gerakan motorik kasar dan perkembangan motorik halus.
Perkembangan Motorik Kasar
Perkembangan motorik kasar merupakan aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh dan biasanya memerlukan tenaga, karena dilakukan oleh otot-otot yang lebih besar.
Contohnya: berdiri diatas satu kaki selama 10 detik, melompat ke belakang sekali, melempar bola dengan memutar badan, mengayun tanpa bantuan, dsb.
Perkembangan gerakan motorik halus
Menurut Silawati (2008), tahap perkembangan motorik halus anak usia 4-5 tahun yaitu:
Anak Usia 4 Tahun
Anak usia 4 tahun mempunyai kemampuan pada aspek motorik halus yang terdiri dari:
- Membangun menara setinggi 11 kotak
- Menggambar sesuatu yang berarti bagi ank tersebut dan dapat dikenali oleh orang lain
- Mempergunakan gerakan-gerakan jemari selama permainan jari
- Menjiplak gambar kotak
- Menulis beberapa huruf.
Anak usia 5
Anak usia 5 tahun mempunyai kemampuan pada aspek motorik halus yang terdiri dari:
- Menulis nama depan; membangun menara setinggi 12 kotak; mewarnai dengan garis-garis
- Memegang pensil dengan benar antara ibu jari dan dua jari
- Menggambar orang beserta rambut hidung
- Menjiplak persegi panjang dan segitiga
- Memotong bentuk-bentuk sederhana.
Suherman (2000), menyebutkan bahwa ketrampilan yang harus dicapai anak usia 4-5 tahun pada aspek motorik kasar adalah berdiri dengan satu kaki, sedangkan ketrampilan yang harus dicapai anak usia 4-5 tahun pada aspek motorik halus adalah dapat mengancingkan baju. Ketrampilan anak pada aspek motorik perlu dilatih agar dapat berkembang dengan baik (Silawati, 2008).
Perkembangan motorik anak berhubungan erat dengan kondisi fisik dan intelektual anak serta berlangsung secara bertahap tetapi memiliki alur kecepatan perkembangan yang berbeda pada setiap anak (Silawati, 2008).