Pewarisan Kekerasan Antar
Generasi (intergenerational transmission of violance)
Banyak anak belajar perilaku kekerasan dari
orangtuanya dan ketika tumbuh menjadi dewasa mereka melakuakan tindakan
kekerasan kepada anaknya. Dengan demikian, perilaku kekerasan diwarisi
(transmitted) dari generasi ke generasi. Studi-studi menunjukkan bahwa lebih
kurang 30% anak-anak yang diperlakukan dengan kekerasan menjadi orangtua yang
bertindak keras kepada anak-anaknya.
Sementara itu, hanya 2 sampai 3 persen dari
semua individu menjadi orangtua yang memperlakukan kekerasan kepada
anak-anaknya. Anak-anak yang mengalami perlakuan salah dan kekerasan mungkin
menerima perilaku ini sebagai model perilaku mereka sendiri sebagai orangtua. Tetapi,
sebagian besar anak-anak yang diperlakukan dengan kekerasan tidak menjadi orang
dewasa yang memperlakukan kekerasan kepada anak-anaknya.
Stres Sosial (social stress)
Stres yang ditimbulkan oleh berbagai kondisi
sosial meningkatkan risiko kekerasan terhadap anak dalam keluarga.
Kondisi-kondisi sosial ini mencakup: pengangguran (unemployment), penyakit
(illness), kondisi perumahan buruk (poor housing conditions), ukuran keluarga
besar dari rata-rata (a larger than average family size), kelahiran bayi baru
(the presence of a new baby), orang cacat (disabled person) di rumah, dan
kematian (the death) seorang anggota keluarga. Sebagian besar kasus dilaporkan
tentang tindakan kekerasan terhadap anak berasal dari keluarga yang hidup dalam
kemiskinan.
Tindakan kekerasan terhadap anak juga terjadi
dalam keluarga kelas menengah dan kaya, tetapi tindakan yang dilaporkan lebih
banyak di antara keluarga miskin karena beberapa alasan.
Isolasi Sosial dan
Keterlibatan Masyarakat Bawah
Orangtua dan pengganti orangtua yang
melakukan tindakan kekerasan terhadap anak cenderung terisolasi secara sosial.
Sedikit sekali orangtua yang bertindak keras ikut serta dalam suatu organisasi
masyarakat dan kebanyakan mempunyai hubungan yang sedikit dengan teman atau
kerabat.
Struktur Keluarga
Tipe-tipe keluarga tertentu memiliki risiko
yang meningkat untuk melakukan tindakan kekerasan dan pengabaian kepada anak.
Misalnya, orangtua tunggal lebih memungkinkan melakukan tindakan kekerasan
terhadap anak dibandingkan dengan orangtua utuh. Selain itu, keluarga-keluarga
di mana baik suami atau istri mendominasi di dalam membuat keputusan penting,
seperti: di mana bertempat tinggal, pekerjaan apa yang mau diambil, bilamana
mempunyai anak, dan beberapa keputusan lainnya, mempunyai tingkat kekerasan
terhadap anak yang lebih tinggi dibandingkan dengan keluarga-keluarga yang suami-istri
sama-sama bertanggung jawab atas keputusan-keputusan tersebut.
Tags
Perkembangan Anak