Banyak faktor penyebab kehamilan yang
tidak diinginkan. Penyebab kehamilan yang tidak diinginkan adalah sebagai
berikut:
- Kurang pengetahuan yang lengkap dan benar mengenai proses terjadinya kehamilan, dan metode–metode pencegahan kehamilan. Ketidak tahuan atau minimnya pengetehuan tentang perilaku sex yang tidak menyebabkan kehamilan.
- Penundaan atau peningkatan usia kawin atau semakin dininya usia menstruasi (menarche) ini menyebabkan masa masa rawan semakin panjanghal initerbukti dengan semakin banyaknya kasus hamil luar nikah.
- Akibat terjadinya tindak perkosaan Perkosaan merupakan peristiwa yang traumatis dan meninggalkan aib pada perempuan yang diperkosa. Dampak psikologis dari perkosaan ini cukup dalam dan akan menetap seumur hidup perempuan itu. Paham tentang kesucian perempuan akan membuat perempuan dan keluarganya mengalami stigma dari masyarakat sekitarnya. Perempuan korban perkosaan acap kali dicap “tidak s uci lagi“, sehingga akan sulit memperoleh jodohnya, sementara laki-laki yang memperkosanya tidak banyak mengalami kutukan sosial seperti itu.
- Kegagalan alat kontrasepsi.
- Kehamilan tersebut akan membahayakan jiwa ibu.
- Bayi dalam kandungan ternyata menderita cacat majemuk yang berat. Teknologi kedokteran mutakhir yang digunakan untuk mendeteksi adanya kelainan atau cacat pada janin yaitu: aminiosintesis, biopsy plasenta, ultrasonografi, kadar alfa-fetoprotein serum, pemeriksaan unsur sel janin yang terbawa dalam darah ibu, DNA screening.
- Kehamilan yang terjadi akibat hubungan seksual di luar nikah. Dalam masyarakat yang lebih modern, hubungan seks diluar nikah dianggap buruk, juga kehamilan yang diakibatkannya. Meskipun demikian, selalu terdapat kesenjangan antara pandangan sosial dengan perilaku individu dalam masyarakat untuk masalah ini.
- Karena sosio ekonomi.
- Anak sudah cukup banyak. Kesenjangan antara sikap yang menabukan hubungan seks di luar nikah dan terus berlangsungnya perbuatan semacam itu membuat kehamilan yang terjadi sebenarnya bukan merupakan kehamilan yang diinginkan (Maryanti & Septikasari, 2009).
Tags
Psikologi Gender