Kusta merupakan penyakit infeksi yang kronik
dan penyebabnya ialah Mycobacterium leprae yang bersifat intraselular obligat.
Saraf perifer sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktus
respiratorius bagian atas, kemudian dapat ke organ lain kecuali susunan saraf
pusat (Djuanda, 2008).
Penyebab Penyakit Kusta
Sebagian penyakit menular disebabkan oleh
bakteri. Bakteri penyebab penyakit kusta disebut Mycobakterium Leprae. Belum
secara pasti bagaimana penyebaran atau
perpindahan penyakit kusta, yang jelas seseorang penderita tidak dapat menular
ke orang lain kecuali mycobacterium leprae yang hidup keluar dari tubuh
penderita kemudian masuk ke tubuh orang lain. Jenis bakteri ini juga dikenal
dengan nama Hansen’s bacillus, lantaran ditemukan oleh seorang ahli fisika
Norwegia bernama Gerhard Armauer Hansen, pada tahun 1873 (Depkes RI, 2002).
Tipe Penyakit Kusta
Secara
garis besar, penyakit kusta dibagi menjadi dua, yaitu:
- Tipe PB (Pausi Basiler) yaitu penderita kusta yang mempunyai kelainan dengan jumlah lesi 1-5, penebalan syaraf hanya 1 disertai dengan gangguan fungsi dan pemeriksaan Basil Tahan Asam (BTA) negatif.
- Tipe MB (Multi Basiler) yaitu kelainan kulit dengan jumlah lesi lebih dari 5, penebalan syaraf lebih dari 2 disertai gangguan fungsi dan pemeriksaan Basil Tahan Asam (BTA) positif.
Tanda-Tanda Penyakit Kusta
Tanda-tanda dari penyakit kusta
bermacam-macam tergantung dari tingkat atau tipe dari penyakit tersebut.
Adapun
tanda-tanda yang mudah untuk dikenal yaitu:
- Adanya bercak putih tipis seperti panu yang mati rasa pada tubuh manusia.
- Adanya binti-bintik kemerahan yang tersebar pada kulit.
- Adanya penebalan saraf tepi.
- Muka berbenjol dan tegang yang disebut facies leomina (muka singa).
Pengobatan Penyakit Kusta
Dilihat dari sejarahnya pengobatan kusta
telah melalui beberapa tahap perkembangannya. Meskipun obat yang ditemukan
memberikan harapan yang lebih cerah namun masih dalam evaluasi uji klinis, maka
regimen MDT (Multi Drug Therapi) masih dianjurkan pada program pemberantasan
kusta diseluruh dunia.
Program MDT (Multi Drug Therapi) dimulai pada
tahun 1981, yaitu ketika kelompok studi kemoterapi WHO secara resmi
mengeluarkan rekomendasi pengobatan kusta regimen kombinasi yang dikenal
sebagai regimen kombinasi yang dikenal sebagai regimen MDT WHO yaitu DDS
(diamino difenil sulfon), Rifampisin dan Klofazimin. Selain untuk mengatasi
resisten dapsone dan rifampicin yang semakin meningkat, penggunaan MDT
dimaksudkan untuk mengurangi ketidaktaantan penderita dan menurunkan angka
putus obat (drop out rate) yang cukup tinggi pada masa terapi. WHO telah
menyediakan obat MDT dalam kemasan blister pack PB dan MB untuk penderita
kusta. Lamanya pengobatan penyakit kusta yaitu, PB selama 6-9 bulan sedangkan
MB selama 12-18 bulan (Linuwin, 1997).
Cara Penularan Penyakit Kusta
Meskipun cara penularannya yang pasti belum
diketahui dengan jelas, penularan di dalam rumah tangga dan kontak/hubungan
dekat dalam waktu yang lama tampaknya sangat berperan dalam penularan kusta
(Djuanda, 2008).
Kusta mempunyai masa inkubasi 2-5 tahun, akan
tetapi dapat juga beberapa bulan sampai beberapa tahun. Penularan terjadi
apabila mycobacterium leprae yang solid (hidup) keluar dari tubuh penderita dan
masuk ke dalam tubuh orang lain. Secara teoritis, penularan ini dapat terjadi
dengan cara kontak yang lama dengan penderita. Yang jelas seorang penderita
yang sudah minum obat sesuai dengan regimen WHO tidak menjadi sumber penularan
kepada orang lain (Depkes, 2005). Cara-cara penularan penyakit kusta sampai
saat ini masih merupakan tanda tanya. Yang diketahui hanya pintu keluar kuman
kusta dari tubuh si penderita, yakni selaput lendir hidung.
Tetapi
ada yang mengatakan bahwa penularan penyakit kusta adalah:
- Melalui sekresi hidung, basil yang berasal dari sekresi hidung penderita yang sudah mengering, diluar masih dapat hidup 2–7 x 24 jam.
- Kontak kulit dengan kulit yang lama dan berulang-ulang dalam jangka 40 hari sampai 40 tahun tetapi umumnya beberapa tahun, rata-rata 2-5 tahun (Djuanda, 2008).
Pencegahan Penyakit Kusta
Hingga saat ini tidak ada vaksinasi untuk
penyakit kusta. Faktor pengobatan adalah amat penting dimana kusta dapat
dihancurkan, sehingga penularan dapat dicegah. Pengobatan kepada penderita
kusta merupakan salah satu cara pemutusan mata rantai penularan. Kuman kusta
diluar tubuh manusia dapat hidup 24-48 jam dan ada yang berpendapat sampai 7
hari, ini tergantung dari suhu dan cuaca diluar tubuh manusia tersebut. Makin
panas cuaca makin cepatlah kuman kusta mati. Jadi dalam hal ini pentingnya
sinar matahari masuk ke dalam rumah dan hindarkan terjadinya tempat-tempat yang
lembab (Linuwin, 1997).
Penting
sekali kita mengetahui atau mengerti beberapa hal tentang penyakit kusta ini,
yaitu:
- Ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit kusta.
- Sekurang-kurangnya 80 % dari semua orang tidak mungkin terkena kusta.
- Enam dari tujuh kasus kusta tidaklah menular pada orang lain.
- Kasus-kasus menular tidak akan menular setelah diobati kira-kira 6 bulan secara teratur.
Tags
Patologi