Sejumlah
ahli psikologi seperti Louis Thurstone, Rensis Likert, Charles Osgood
menyatakan bahwa sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan yang
mana dapat memihak (favorable) maupun tidak memihak (unfavorable) pada suatu
obyek tertentu. Sedangkan kelompok ahli psikologi sosial seperti Chave,
Bogardus, LaPierre, Mead, dan Gordon Allport menganggap sikap sebagai
kesiapan(kecenderungan potensial) untuk bereaksi pada suatu obyek dengan
cara-cara tertentu.
New Comb
(dalam Notoadmodjo, 2003) salah seorang ahli psikologi sosial mengatakan bahwa
sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan
merupakan pelaksanaan motif tertentu.
Sikap belum merupakan suatu tindakan
atau aktifitas akan tetapi merupakan
prodisposisi tindak suatu perilaku, sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang
terbuka, sikap merupakan kesiapan untuk
bereaksi terhadap obyek-obyek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan
terhadap obyek.
Selanjutnya
La Pierre mendefinisikan sikap sebagai suatu pola perilaku,tendensi atau
kesiapan antisipatif, dan predisposisi untuk menyesuaikan dengansituasi sosial,
atau secara sederhana sikap adalah respon terhadap stimuli sosialyang telah
terkondisikan (Azwar, 1995).
Kelompok
ahli lain yang berorientasi pada triadic scheme menganggap sikap sebagai
konstelasi komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi
dalam memahami dan merasakan suatu obyek. Secord dan Backman mendefinisikan
sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran
(kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek
tertentu. Komponen kognitif berkaitan dengan kepercayaan seseorang mengenai apa
yang berlaku atau apa yang benar bagi obyek sikap. Sesuatu yang telah diyakini
akan menjadi suatu stereotipe pada individu tersebut, sehingga pikirannya
selalu terpola. Misalnya, bila individu percaya bahwa mencuri adalah sesuatu
yang buruk maka kepercayaan tersebut akan selalu terpola pada pikirannya.
Komponen afektif menunjuk pada perasaan emosional subyektif seseorang terhadap
suatu obyek. Sedangkan komponen konatif merupakan struktur sikap yang
menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam
diri seseorang dikaitkan dengan obyek sikap yang dihadapinya (Azwar, 1995).
Muchielli
menggambarkan sikap sebagai suatu kecenderungan mental atau perasaan yang
relatif tetap terhadap suatu kategori obyek, orang, atau situasi tertentu.
Recht menyatakan bahwa sikap menggambarkan kumpulan kepercayaan yang selalu
memasukan aspek penilaian, artinya sikap selalu dapat ditafsirkan sebagai baik
dan buruk atau positif dan negatif (Green, 1980).
Tingkatan Sikap
Sikap juga terdiri dari berbagai tingkatan,
menurut Notoatmodjo (2003):
- Menerima (Receiving) --- Menerima diartikan bahwa orang (obyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan.
- Merespon (responding) --- Memberikan jawaban apabila ditanya mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena itu suatu usaha untuk menjawab suatu pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan itu benar atau salah, berarti orang menerima ide tersebut.
- Menghargai (Valuing) --- Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi bersikap. Misalnya seorang ibu yang mengajak ibu yang lain (tetangganya) untuk pergi menimbangkan anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi, adalah suatu bukti bahwa ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.
- Bertanggung Jawab (responsible) --- Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapat tantangan dari orang lain.
Sumber:
Gunarsa (2003).Psikologi Perkembangan
Anak dan Remaja. PT BPK GunungMulya: Jakarta.
Suryabrata, Sumadi (1989), Psikologi
Pendidikan, Edisi IV. Penerbit Rajawali: Jakarta.