Berikut ini hal-hal tindakan pencegahan
osteoporosis, yaitu:
Asupan kalsium cukup
Mempertahankan
atau meningkatkan kepadatan tulang dapat dilakukan dengan mengkonsumsi kalsium
yang cukup. Minum 2 gelas susu dan vitamin D setiap hari, bisa meningkatkan
kepadatan tulang pada wanita setengah baya yang sebelumya tidak mendapatkan
cukup kalsium. Sebaiknya konsumsi kalsium setiap hari. Dosis yang dianjurkan
untuk usia produktif adalah 1000 mg kalsium per hari, sedangkan untuk lansia
1200 mg per hari. Kebutuhan kalsium dapat terpenuhi dari makanan sehari-hari
yang kaya kalsium seperti ikan teri, brokoli, tempe, tahu, keju dan kacang-kacangan.
Paparan sinar matahari
Sinar
matahari terutama UVB membantu tubuh menghasilkan vitamin D yang dibutuhkan
oleh tubuh dalam pembentukan massa tulang. Berjemurlah dibawah sinar matahari
selama 20-30 menit, 3x/minggu. Sebaiknya berjemur dilakukan pada pagi hari sebelum jam 9 dan sore hari
sesudah jam 4. Sinar matahari membantu tubuh menghasilkan vitamin D yang
dibutuhkan oleh tubuh dalam pembentukan massa tulang (Ernawati, 2008).
Melakukan olahraga dengan beban
Selain
olahraga menggunakan alat beban, berat badan sendiri juga dapat berfungsi
sebagai beban yang dapat meningkatkan kepadatan tulang. Olahraga beban misalnya
senam aerobik, berjalan dan menaiki tangga. Olahraga yang teratur merupakan
upaya pencegahan yang penting. Tinggalkan gaya hidup santai, mulailah
berolahraga beban yang ringan, kemudian tingkatkan intensitasnya. Yang penting
adalah melakukannya dengan teratur dan benar. Latihan fisik atau olahraga untuk
penderita osteoporosis berbeda dengan olahraga untuk mencegah osteoporosis.
Latihan yang tidak boleh dilakukan oleh
penderita osteoporosis adalah sebagai berikut:
- Latihan atau aktivitas fisik yang berisiko terjadi benturan dan pembebanan pada tulang punggung. Hal ini akan menambah risiko patah tulang punggung karena ruas tulang punggung yang lemah tidak mampu menahan beban tersebut. Hindari latihan berupa lompatan, senam aerobik dan joging.
- Latihan atau aktivitas fisik yang mengharuskan membungkuk kedepn dengan punggung melengkung. Hal ini berbahaya karena dapat mengakibatkan cedera ruas tulang belakang. Juga tidak boleh melakukan sit up, meraih jari kaki, dan lain-lain.
- Latihan atau aktivitas fisik yang mengharuskan menggerakkan kaki kesamping atau menyilangkan dengan badan, juga meningkatkan risiko patah tulang, karena tulang panggul dalam kondisi lemah.
Berikut ini latihan olahraga yang boleh
dilakukan oleh penderita osteoporosis:
- Jalan kaki secara teratur, karena memungkinkan sekitar 4,5 km/jam selama 50 menit, lima kali dalam seminggu. Ini diperlukan untuk mempertahankan kekuatan tulang. Jalan kaki lebih cepat (6 km/jam) akan bermanfaat untuk jantung dan paru-paru.
- Latihan beban untuk kekuatan otot, yaitu dengan mengangkat ”dumbble” kecil untuk menguatkan pinggul, paha, punggung, lengan dan bahu.
- Latihan untuk meningkatkan keseimbangan dan kesigapan.
- Latihan untuk melengkungkan punggung ke belakang, dapat dilakukan dengan duduk dikursi, dengan atau tanpa penahan. Hal ini dapat menguatkan otot-otot yang menahan punggung agar tetap tegak, mengurangi kemungkinan bengkok, sekaligus memperkuat punggung.
Untuk
pencegahan osteoporosis, latihan fisik yang dianjurkan adalah latihan fisik
yang bersifat pembebanan, terutama pada daerah yang mempunyai risiko tinggi
terjadi osteoporosis dan patah tulang. Jangan lakukan senam segera sesudah
makan. Beri waktu kira-kira 1 jam perut kosong sebelum mulai dan sesudah senam.
Dianjurkan
untuk berlatih senam tiga kali seminggu, minimal 20 menit dan maksimal 60
menit. Sebaiknya senam dikombinasikan dengan olahraga jalan secara bergantian,
misalnya hari pertama senam, hari kedua jalan kaki, hari ketiga senam, hari
keempat jalan kaki, hari kelima senam, hari keenam dan hari ketujuh istirahat.
Jalan
kaki merupakan olahraga yang paling mudah, murah dan aman, serta sangat
bermanfaat. Gerakannya sangat mudah dilakukan, melangkahkan salah satu kaki
kedepan kaki yang lain secara bergantian. Lakukanlah jalan kaki 20-30 menit,
paling sedikit tiga kali seminggu.dianjurkan berjalan lebih cepat dari biasa,
disertai ayunan lengan.
Setiap latihan fisik harus diawali dengan
pemanasan untuk:
- Menyiapkan otot dan urat agar meregang secara perlahan dan mantap sehingg mencegah terjadinya cedera.
- Meningkatkan denyut nadi, pernapasan, dan suhu tubuh sedikit demi sedikit.
- Menyelaraskan koordinasi gerakan tubuh dengan keseimbangan gerak dan
- Menimbulkan rasa santai.
Lakukan
selama 10 menit dengan jalan ditempat, gerakan kepala, bahu, siku dan tangan,
kaki, lutut dan pinggul. Kemudian lakukan peregangan selama kira-kira 5 menit.
Latihan peregangan akan menghasilkan selama kira-kira 5 menit. Latihan
peregangan akan menghasilkan kelenturan otot dan kemudahan gerakan sendi.
Latihan ini dilakukan secara berhati-hati dan bertahap, jangan sampai
menyebabkan cedera. Biasanya dimulai dengan peregangan otot-otot lengan, dada,
punggung, tungkai atas dan bawah, serta otot-otot kaki.
Latihan
inti, kira-kira 20 menit, merupakan kumpulan gerak yang bersifat ritmis atau
berirama agak cepat sehingga mempunyai nilai latihan yang bermanfaat. Utamakan
gerakan, tarikan dan tekanan pada daerah tulang yang sering mengalami
osteoporosis, yaitu tulang punggung, tulang paha, tulang panggul dan tulang
pergelangan tangan.
Kemudian
lakukan juga latihan beban. Dapat dibantu dengan bantal pasir, dumbble, atau
apa saja yang dapat digenggam dengan berat 300-1000 gram untuk 1 tangan, mulai
dengan beban ringan untuk pemula, dan jangan melebihi 1000 gram. Beban untuk
tulang belakang dan tungkai sudah cukup memdai dengan beban dari tubuh itu
sendiri.
Setelah
latihan inti harus dilakukan pendinginan dengan memulai gerakan peregangan
seperti awal pemanasan dan lakukan gerakan menarik napas atau ambil napas dan
buang napas secara teratur. Jika masih memungkinkan. Lakukan senam lantai
kira-kira 10 menit. Latihan ini merupakan gabungan peregangan, penguatan dan
koordinasi. Lakukan dengan lembut dan perlahan dalam posisi nyaman, rileks dan
napas yang teratur (Santoso, 2009).
Hindari rokok dan minuman beralkohol
Menghentikan
kebiasaan merokok merupakan upaya penting dalam mengurangi faktor risiko
terjadinya osteoporosis. Terlalu banyak minum alkohol juga bisa merusak tulang.
Deteksi dini osteoporosis
Karena
osteoporosis merupakan suatu penyakit yang biasanya tidak diawali dengan
gejala, maka langkah yang paling penting dalam mencegah dan mengobati osteoporosis
adalah pemeriksaan secara dini untuk mengetahui apakah kita sudah terkena
osteoporosis atau belum, sehingga dari pemeriksaan ini kita akan tahu langkah
selanjutnya.
Beberapa teknik yang dapat digunakan
untuk mengukur kepadatan mineral tulang adalah sebagai berikut (Nissl, 2004):
- Dual-energy X-ray absorptiometry (DEXA), menggunakan dua sinar-X berbeda, dapat digunakan untuk mengukur kepadatan tulang belakang dan pangkal paha. Sejumlah sinar-X dipancarkan pada bagian tulang dan jaringan lunak yang dibandingkan dengan bagian yang lain. Tulang yang mempunyai kepadatan tulang tertinggi hanya mengizinkan sedikit sinar-X yang melewatinya. DEXA merupakan metode yang paling akurat untuk mengukur kepadatan mineral tulang. DEXA dapat mengukur sampai 2% mineral tulang yang hilang tiap tahun. Penggunaan alat ini sangat cepat dan hanya menggunakan radiasi dengan dosis yang rendah tetapi lebih mahal dibandingan dengan metode ultrasounds.
- Peripheral dual-energy X-ray absorptiometry (P-DEXA), merupakan hasil modifikasi dari DEXA. Alat ini mengukur kepadatan tulang anggota badan seperti pergelangan tangan, tetapi tidak dapat mengukur kepadatan tulang yang berisiko patah tulang seperti tulang belakang atau pangkal paha. Jika kepadatan tulang belakang dan pangkal paha sudah diukur maka pengukuran dengan P- DEXA tidak diperlukan. Mesin P-DEXA mudah dibawa, menggunakan radiasi sinar-X dengan dosis yang sangat kecil, dan hasilnya lebih cepat dan konvensional dibandingkan DEXA.
- Dual photon absorptiometry (DPA), menggunakan zat radioaktif untuk menghasilkan radiasi. Dapat mengukur kepadatan mineral tulang belakang dan pangkal paha, juga menggunakan radiasi sinar dengan dosis yang sangat rendah tetapi memerlukan waktu yang cukup lama.
- Ultrasounds, pada umumnya digunakan untuk tes pendahuluan. Jika hasilnya mengindikasikan kepadatan mineral tulang rendah maka dianjurkan untuk tes menggunakan DEXA. Ultrasounds menggunakan gelombang suara untuk mengukur kepadatan mineral tulang, biasanya pada telapak kaki. Sebagian mesin melewatkan gelombang suara melalui udara dan sebagian lagi melalui air. Ultrasounds dalam penggunaannya cepat, mudah dan tidak menggunakan radiasi seperti sinar-X. Salah satu kelemahan Ultrasounds tidak dapat menunjukkan kepadatan mineral tulang yang berisiko patah tulang karena osteoporosis. Penggunaan Ultrasounds juga lebih terbatas dibandingkan DEXA.
- Quantitative computed tomography (QTC), adalah suatu model dari CT-scan yang dapat mengukur kepadatan tulang belakang. Salah satu model dari QTC disebut peripheral QCT (pQCT) yang dapat mengukur kepadatan tulang anggota badan seperti pergelangan tangan. Pada umumnya pengukuran dengan QCT jarang dianjurkan karena sangat mahal, menggunakan radiasi dengan dosis tinggi, dan kurang akurat dibandingkan dengan DEXA, PDEXA,atau DPA (Kosnayani,2007).