Eritropoetin adalah faktor utama yang dapat
merangsang peningkatan produksi eritrosit, yaitu suatu hormon glikoprotein
dengan berat molekul 34.000 yang dihasilkan oleh sel endotel kapiler
peritubuler ginjal dan pembentukannya merupakan respon terhadap hipoksia
jaringan. Pada orang normal sekitar 90% eritropoetin dibentuk di ginjal dan
sisanya terutama dibentuk di sentrilobuler hepatosit hati. Namun dibanding hati, ginjal lebih sensitif
terhadap rangsangan hipoksia dalam pembentukan eritropoetin. Ikatan
eritropoetin dengan reseptornya di sumsum tulang akan merangsang proliferasi
dan maturasi stem sel untuk menghasilkan eritrosit matur yang baru. Respon
eritropoetin sebanding dengan beratnya anemia dan tingginya proliferasi sel di
sumsum tulang.
Selain itu diperlukan juga suplai zat besi
yang adekuat. Zat besi ini berasal dari cadangan besi retikuloendotelial sistem
(RES) dan zat besi dari pemecahan sel eritrosit. Dari eritrosit yang telah
melampaui masa hidupnya dan hancur, hemoglobin akan dilepaskan dari sel,
dicerna dan terjadi pelepasan besi bebas. Hanya sebagian kecil yang berasal
dari makanan yang di konsumsi. Zat besi ini dibawa oleh transferin dan bila
jumlahnya menurun (lebih rendah daripada zat besi serum normal), pembentukan
hemoglobin dan respon proliferasi precursor eritroid terhadap eritropoetin
terhalang. Selain itu, produksi eritropoetin, suplai zat besi, proliferasi
precursor eritroid juga dipengaruhi produksi sitokin selama proses inflamasi
(TNF-α, interleukin dan interferon).
Jumlah total zat besi dalam tubuh rata-rata
4-5 gram. Sekitar 65% dijumpai dalam bentuk hemoglobin, 4% dalam bentuk
mioglobin dan 15-30% terutama disimpan dalam sistem RES dan parenkim hati, khususnya
dalam bentuk feritin. Ketika besi diabsorbsi dari usus besar, besi tersebut
dalam plasma darah membentuk transferin. Besi ini berikatan secara longgar dan
dapat dilepaskan ke setiap sel jaringan pada setiap tempat di tubuh. Kelebihan
besi dalam darah disimpan dalam seluruh tubuh tapi terutama di hepatosit hati
dan sedikit di sel RES sumsum tulang. Dalam sitoplasma sel, besi terutama
bergabung dengan apoferitin membentuk feritin. Berbagai jumlah besi dapat
bergabung dalam bentuk kelompok radikal besi dengan molekul besar ini. Oleh
karena itu feritin mungkin hanya mengandung sedikit zat besi atau bahkan banyak
sekali. Besi yang disimpan sebagai feritin ini disebut besi cadangan. Di tempat
penyimpanan, ada sedikit besi yang tersimpan dalam bentuk yang sama sekali
tidak larut yang disebut hemosiderin. Hal ini terjadi bila jumlah total besi
dalam tubuh melebihi yang dapat di tampung oleh tempat penyimpanan apoferitin.
Bila tubuh menjadi jenuh dengan besi sehingga
seluruh apoferitin dalam tempat cadangan besi sudah terikat besi, maka
kecepatan absorbsi besi dari traktus intestinal menjadi sangat menurun. Sebaliknya,
bila tempat penyimpanan besi itu sampai kehabisan besi maka kecepatan
absorbsinya menjadi sangat cepat, dapat sampai lima kali lipat atau lebih
dibandingkan bila tempat penyimpanan besi dalam keadaan jenuh. Jadi jumlah
total besi dalam tubuh sebagian besar diatur dengan mengatur kecepatan absorbsinya.
Pada penyakit ginjal berat hampir selalu
dijumpai kegagalan respon eritropoetin normal. Gambaran dari anemia pada
penyakitl ginjal kronik berupa normositik, normokrom, Mean Corpuscular Volume
(MCV) normal, retikulosit count yang rendah dan tidak di jumpai polikromasi pada
pemeriksaan darah tepi.
Tags
Patologi