Gejala-gejala depresi dapat dilihat dari perubahan fungsi fisik, psikologis, sosial bahkan fisiologis. Gejala depresi sangat menggangu kehidupan seseorang, apalagi jika gejala tersebutsangat berat dan melibatkan malfungsi pada beberapa aspek kehidupan sehari-hari. Pada dasarnya, semua orang dapat mendeteksi gejala-gejala depresi yang dialaminya, hanya terkadang penilaian terhadap gejala depresi pada diri sendiri terkadang subjektif.
Pada DSM-IV TR, di jelaskan secara rinci gejala-gejala depresi. Dalam DSM-IV-TR (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder fourth edition Text Revision) (American Psychiatric Association, 2000) dituliskan kriteria depresi mayor yang ditetapkan apabila sedikitnya lima dari gejala di bawah ini telah ditemukan dalam jangka waktu dua minggu yang sama dan merupakan satu perubahan pola fungsi dari sebelumnya, paling tidak satu gejalanya ialah salah satu dari mood tertekan atau hilangnya minat atau kesenangan (tidak termasuk gejala-gejala yang jelas yang disebabkan kondisi medis umum atau mood delusi atau halusinasi yang tidak kongruen).
Gejala Depresi Menurut DSM-IV TR
- Mood tertekan hampir sepanjang hari, hampir setiap hari, sebagaimana ditunjukkan oleh laporan subjektif atau pengamatan dari orang lain.
- Ditandai dengan berkurangnya minat dan kesenangan dalam semua, atau hampir semua aktivitas hampir sepanjang hari, hampir setiap hari (ditunjukkan oleh pertimbangan subjektif atau pengamatan dari orang lain).
- Berkurangnya berat badan secara signifikan tanpa diet atau bertambahnya berat badan (seperti perubahan lebih dari 5% berat badan dalam sebulan), atau berkurangnya atau bertambahnya nafsu makan hampir setiap hari (pada kanak-kanak, pertimbangkan juga kegagalan untuk mendapatkan tambahan berat badan).
- Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari.
- Agitasi atau retardasi psikomotor hampir setiap hari (dapat diamati oleh orang lain, tidak hanya perasaan subjektif tentang kegelisahan atau rasa terhambat)
- Lelah atau kehilangan tenaga hampir setiap hari
- Perasaan tidak berharga atau rasa bersalah yang berlebihan atau tidak sesuai (yang mencapai taraf delusional) hampir setiap hari (tidak hanya menyalahkan diri sendiri atau rasa bersalah karena sakitnya).
- Menurunnya kemampuan berpikir atau konsentrasi, atau ragu-ragu hamper setiap hari (baik atas pertimbangan subjektif atau pengamatan dari orang lain)
- Pikiran tentang kematian yang berulang (tidak hanya takut akan kematian), atau usaha bunuh diri atau adanya suatu rencana spesifik untuk bunuh diri.
Pada umumnya penelitian-penelitian mengenai depresi akan mendeteksi depresi melalui simtom-simtomnya. Salah satu alat ukur yang umum dikenal adalah CES-D (The Center for Epidemiological Studies-Depression Scale) yang dikembangkan oleh Radloff (1977) melalui National Institute of Mental Health.
Komponen utama simtomatologi depresif yang digunakan dalam skala CES-D diidentifikasi dari literatur klinis dan studi faktor analisis. CES-D terdiri dari 20 aitem dan disusun berdasarkan 4 faktor:
- Depressed effect/negative affect merupakan perasaan-perasaan, emosi, atau suasana hati yang dirasakan negatif seperti perasaan sedih (blues), tertekan (depressed), kesepian (lonely), dan menangis (cry sad).
- Somatic symptoms merupakan gejala psikologis yang dirasakan berkaitan dengan keadaan tubuh seperti merasa terganggu, berkurang atau bertambahnya nafsu makan, membutuhkan usaha dalam melakukan sesuatu, kesulitan tidur, dan sulit memulai sesuatu.
- Positive affect merupakan perasaan, emosi, suasana hati yang dirasakan positif bagi individu dan memiliki harapan yang merupakan kebalikan dari perasaan negatif.
- Interpersonal relation merupakan perasan negatif yang dirasakan individu berkaitan dengan perilaku orang lain seperti tidak bersahabat dan merasa tidak disukai.
Menurut Lumongga (2009) gejala depresi adalah sekumpulan peristiwa,perilaku, atau perasan yang sering (namun tidak selalu) muncul pada waktu yang bersamaan, gejala ini depresi dapat lihat dari tiga segi yaitu:
Gejala Fisik
Gejala fisik memiliki beberapa yang dapat dideteksi yaitu:
- Gangguan pola tidur, misalnya, sulit tidur, terlalu banyak atau terlalu sedikit tidur
- Menurunnya efesiensi kerja, orang yang terkena depresi akan sulit memfokuskan energi pada hal-hal prioritas. Kebanyakan yang dilakukan justru hal-hal yang tidak efisien dan tidak berguna, seperti memakan makanan kecil, melamun, merokok terus-menerus, sering menelepon yang tak perlu. Yang jelas orang terkena depresi akan terlihat dari metode kerjanya yang menjadi kurang terstruktur, sistematiknya kerjanya jadi kacau atau kerjaannya jadi lamban.
- Menurunnya tingkat aktivitas, pada umumnya, orang yang mengalami depresi menunjukan perilaku yang pasif, menyukai kegiatan yang tidak melibatkan orang lain seperti menonton televisi, makan, dan tidur.
- Menurunnya produktivitas kerja, orang yang terkena depresi akan kehilangan sebagian atau seluruh motivasi kerjanya. Sebabnya tidak lagi bisa menikmati dan merasakan kepuasan atas apa yang dilakukannya, kehilangan minat dan motivasi untuk melakukan kegiatannya seperti semula. Oleh karena itu, keharusan untuk tetap beraktivitas membuatnya kehilangan energi yang ada sudah banyak terpakai untuk mempertahankan diri agar tetap dapat berfungsi seperti biasanya. Mudah sekali lelah, capek padahal belum melakukan aktivitas yang berarti.
- Mudah merasa letih dan sakit, jika seseorang menyimpan perasaan negatif, maka jelas akan membuat letih karena membebani pikiran dan perasaan, dan harus memikulnya di mana saja dan kapan saja, suka tidak suka.
Gejala Psikologis
Gejala Psikologis yang muncul pada orang depresi adalah:
- Kehilangan rasa percaya diri. Penyebabnya, orang yang mengalami depresi cenderung memandang segala sesuatu dari segi negatif, termasuk menilai diri sendiri. Senang sekali membandingkan antara dirinya dengan orang lain. Orang lain lebih dinilai sukses, pandai, beruntung, kaya, lebih berpendidikan, lebih berpengalaman, lebih diperhatikan oleh atasan, dan pikiran negatifnya.
- Sensitif. Orang yang mengalami depresi senang sekali mengaitkan segala sesuatu dengan dirinya. Perasaannya sensitif sekali sehingga sering peristiwa yang netral jadi dipandang dari sudut pandang yang berbeda oleh merek, bahkan disalah artikan. Akibatnya mereka mudah tersinggung mudah marah, perasa, curiga akan maksud orang (yang sebenarnya tidak ada apa-apa), mudah sedih, murung dan lebih suka menyendiri.
- Merasa diri tidak berguna. Perasaan tidak berguna ini muncul karena mereka merasa menjadi orang yang gagal terutama di bidang atau lingkungan yang seharusnya mereka kuasai. Misalnya seorang manager mengalami depresi karena ia dimutasikan ke bagian lain. Dalam persepinya, pemutasian itu disebabkan ketidakmampuannya dalam bekerja dan pimpinan menilai dirinya tidak cukup memberikan kontribusi sesuai dengan yang diharapkan.
- Perasaan bersalah. Perasaan bersalah terkadang timbul dalam pemikiran orang yang mengalami depresi. Mereka memandang suatu kejadian yang menimpa dirinya sebagai suatu hukuman atau akibat dari kegagalan mereka melaksanakan tanggung jawab yang seharusnya dikerjakan. Banyak pula yang merasa dirinya menjadi beban orang lain dan menyalahan diri mereka atas situasi tersebut.
- Perasaan terbebani. Banyak orang yang menyalahkan orang lain atas kesusahan yang dialaminya. Mereka merasa terbeban berat karena merasa terlalu dibebani tanggung jawab yang berat.
Gejala Sosial
Problem social yang terjadi biasanya berkisar pada masalah interaksi dengan rekan kerja, atasan, atau bawahan. Masalah ini tidak hanya berbentuk konflik, namun lainnya juga seperti perasaan minder, malu, cemas jika berada di antara kelompok dan merasa tidak nyaman untuk berkomunikasi secara normal.