Jenis kelamin membedakan dalam kemampuan belajar, walaupun ada beberapa teori menolak tentang ini. Perbedaan jenis kelamin dalam kemampuan belajar, setidaknya terlihat pada beberapa aspek pembelajaran.
Pria dan wanita memiliki nilai yang kira-kira sama pada tes inteligensia. (seperti Stanford-Binet dan Wechsler Intelligence Scales). Sebagian besar tes inteligensia disusun untuk meminimalkan perbedaan jenis kelamin dengan menghapus soal yang menunjukkan perbedaan jenis kelamin atau dengan menyeimbangkan soal yang menguntungkan pria dengan yang menguntungkan wanita.
Tetapi, sampai sekarang, tes kemampuan spesifik telah menunjukkan suatu perbedaan antara pria dan wanita. Wanita rata-ratanya memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan pria pada kemampuan verbal. Pria rata-ratanya memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan wanita pada penalaran kecakapan matematika dan visual-spasial. Kecakapan visual spasial diperlukan untuk tugas seperti mengkonseptualisasikan bagaimana suatu benda di dalam ruang terlihat dari sudut pandang yang berbeda dan membaca peta atau cetak biru.
Perbedaan jenis kelamin dalam kemampuan kognitif itu, yang telah diamati hampir sejak awal pengujian sistematik, tampaknya semakin menghilang. Analisis selama lebih dari 3 dasawarsa (dari 1947 sampai 1980) terhadap nilai tes kemampuan spesifik yang diberikan kepada siswa sekolah lanjutan di seluruh Amerika menemukan bahwa perbedaan antara anak pria dan wanita menurun secara progresif selama periode tersebut.
Analisis terakhir yang meninjau ratusan penelitian perbedaan jenis kelamin pada kemampuan yang dilakukan selama 20 tahun terakhir mencapai kesimpulan yang sama: kecakapan verbal pria semakin meningkat dari tahun ke tahun sehingga menyamai wanita, sedangkan kecakapan wanita pada tes penalaran matematika telah meningkat sehingga menyamai pria. Satu-satunya tes yang terus menunjukkan perbedaan pada kemampuan tersebut adalah SAT (Scholastic Aptitude Test); pria dan wanita memiliki nilai yang kira-kira sama pada bagian verbal tetapi pria memiliki nilai yang lebih tinggi secara bermakna pada bagian matematika.
Fakta bahwa perbedaan jenis kelamin telah menurun selama tahun demi tahun menyatakan bahwa perbedaan nilai tes dahulu mencerminkan perbedaan latihan dan harapan sosial: sampai belum lama ini, anak perempuan didorong untuk mengembangkan minat dalam puisi dan literatur; anak laki-laki diharapkan lebih memperhatikan hal-hal ilmiah dan mekanika. Walaupun masyarakat semakin mengakui kesederajatan antara pria dan wanita, dan orangtua serta guru semakin tidak stereotipe terhadap kemampuan yang mereka dorongkan, masih terdapat perbedaan dalam cara bagaimana anak laki-laki dan perempuan diperlakukan sehingga banyak anak perempuan kurang percaya diri dalam bidang matematika.
Orangtua masih percaya ilmu pengetahuan dan matematika kurang penting bagi anak perempuan dibandingkan bagi anak laki-laki; mereka cenderung membesar-besarkan kemampuan anak laki-laki mereka di dalam bidang tersebut dan meremehkan kemampuan anak perempuannya. Dan mereka lebih sering membeli komputer dan permainan ilmiah untuk anak laki-laki dibandingkan anak untuk perempuan. Guru pelajaran ilmiah dan matematika juga cenderung memberikan lebih banyak dorongan dan penguatan bagi anak laki-laki dibandingkan untuk anak perempuan.
Jadi, perbedaan pada tes matematika SAT mungkin mencerminkan perbedaan percaya diri pada laki-laki dan perempuan. Tampaknya pula pertanyaan matematika menunjukkan bias ke arah pria. Sebagai contohnya, soal mengambil situasi dari olahraga di mana laki-laki lebih mengenalnya.
Satu bidang kemampuan kognitif yang terus menunjukkan perbedaan jenis kelamin yang konsisten adalah hubungan visual-spasial. Tes masih menunjukkan nilai yang lebih tinggi untuk pria, terutama jika tugas itu ditentukan waktunya dan mengharuskan rotasi mental terhadap objek. Perbedaan jenis kelamin pada kemampuan spasial mungkin turut menyebabkan perbedaan jenis kelamin dalam kemampuan matematika, karena visualisasi spasial adalah salah satu strategi untuk memecahkan soal matematika.
Akan menarik mencari tahu apakah perbedaan jenis kelamin di kemampuan spasial akan berkurang tahun demi tahun kemudian, saat lingkungan untuk wanita berubah. Sebagian peneliti berpendapat hal itu akan terjadi. Peneliti lain berpendapat bahwa perbedaan jenis kelamin dalam kemampuan visual-spasial berakar dari pengaruh hormon seks pada perkembangan otak selama periode janin. Mereka menyatakan bahwa kemampuan memvisualisasikan objek secara mental berhubungan dengan kecepatan pertumbuhan kedua hemisfer serebral; hormon pria, testosteron, mungkin memperlambat perkembangan hemisfer kiri, yang menyebabkan hemisfer kanan yang sangat terspesialisasi pada pria.
Tags
Psikologi Pendidikan