Pola pemberian makanan anak autis yang baik sangat menentukan keadaan gizi pada seorang anak. Pemberian makanan yang sehat, beragam dan sesuai kebutuhan dapat mendorong seorang anak autis untuk dapat hidup sehat.
Pada anak autisme terdapat beberapa jenis makanan yang tidak boleh dikonsumsi, hal ini disebabkan karena adanya gangguan pada sistem pencernaan anak. Makanan yang mengandung zat-zat gizi tinggi tidak selamanya dapat dicerna dan diterima oleh anak penyandang autisme dimana gangguan saluran cerna yang dialami oleh anak autisme antara lain seperti alergi makanan, intoleransi makanan, intoleransi gluten, intoleransi casein dan sebagainya (Judarwanto 2009).
Oleh karena itu anak autisme memerlukan diet khusus sebagai terapi penyembuhan dan menghindari masalah kekurangan gizi yang berdampak pada pertumbuhannya secara fisik dan perkembangannya.
Menurut Soenarti dan Soetardjo dalam Yanti (2009) Adapun beberapa gangguan gizi yang sering ditemukan pada penyandang autisme adalah sebagai berikut:
- Kekurangan seng yang ditemui hampir 90% pada anak autisme. Seng antara lain diperlukan untuk perkembangan sistem imun yang sempurna.
- Kekurangan kalsium dan magnesium. Kalsium bermanfaat untuk pembentukan tulang dan gigi sedangkan magnesium berfungsi sebagai katalisator reaksi yang berkaitan dengan metabolisme.
- Kekurangan asam lemak omega 3, serat makanan, antioksidan dan vitamin lain hampir terlihat pada semua anak autisme.
- Hampir 90% anak autisme kelebihan zat tembaga (cooper). Zat tembaga yang belebihan dapat berperan sebagai prooksidan yang dapat meningkatkan penghancuran asam lemak dalam sel, terutama pada sel otak.
Konsekuensi gangguan gizi tersebut dapat berdampak pada otak, sistem imun, dan saluran cerna anak autisme. Pengaturan makanan sesuai dengan kondisi anak sangat membantu memperbaiki keadaan kurang gizi (Wijayakusuma, 2004). Makanan anak autis harus diatur sedemikian rupa agar kebutuhan gizi terpenuhi juga tidak ada penolakan/gangguan yang timbul karena pengaruh makanan.
Tags
Autisme