Gangguan kecemasan dan depresi adalah sebuah gangguan yang mengalami peningkatan dari jumlah penderita akhir-akhir ini. Kecemasan dianggap tidak normal apabila berlebihan dan menghambat fungsi akademik dan soaial atau menjadi menyusahkan atau persisten. Beberapa gangguan kecemasan yang dapat dialami oleh anak dan remaja antara lain fobia spesifik, fobia sosial, gangguan kecemasan menyeluruh, PTSD, dan gangguan mood, termasuk depresi mayor dan gangguan bipolar. Diperkirakan 8%-9% anak-anak usia 10-13 tahun pernah mengalami depresi mayor selama setahun (Goleman, 1994). perbedaan gender yang jelas yampak setelah usia 15 tahun, dimana jumlah remaja perempuan yang mengalami depresi dua kali lebih banyak dari pada laki-laki (Hankin dkk.,1998;Lewinsohn, rohde, & Seeley, 1994).
Gangguan Kecemasan akan Perpisahan
Gangguan kecemasan akan perpisahan ditandai oleh ketakutan yang berlebihan akan perpisahannya dari orang tua atau pengasuh lainnya. Anak-anak dengan gangguan ini cenderung terikat pada orang tua dan mengikuti kemana pun mereka berada di lingkungan rumahnya. Anak tersebut dapat mengemukakan kecemasan tentang kematian dan memaksa seseorang untuk menemani saat mereka tidur. Mereka seringkali menglami mimpi buruk, salit perut, mual, dan muntah ketika mengantisipasi perpisahan. Gangguan ini terjadi sekitar 4% anak dan remaja awal, dapat berlangsung sampai dewasa, menyebabkan perhatian yang berlebihan pada keselamatan nak-anak dan pasangan serta kesulitan mentoleransi perpisahan apapun dari mereka. Perkembangan gangguan ini sering muncul setelah adanya kejadian hidup yang menekan, seperti kematian, kondisi sakit, perubahan sekolah atau rumah.
Perpektif tentang Gangguan Kecemasan di Masa Kanak-Kanak
Teoretikus psikoanalisis berpendapat bahwa kecemasan-kecemasan dan ketakutan pada masa kecil seperti yang terjadi pada orang dewasa, melambangkan konflik-konflik yang tidak disadari. Teoretikus kognitif memfokuskan pada peran bias-bias kognitif yang mendasari reaksi kecemasan, seperti meragukan kemampuandalam mengatasi masalah, menginterpretasikan situasi-situasi ambigu sebagai sesuatu yang mengancam, mengharapkan hasil yang negatif, melakukan self-talk yang negatif.
Teoretiokus belajar menyatakan bahwamunculnya kecemasan menyeluruh dapat menyentuh tema-tema yang luas, seperti ketakutan akan penolakan atau kegagalan yang dibawa pada berbagai situasi. Gaktor genetik dapat memegang peranan dalam kecemasan akan perpisahan dan gangguan kecemasan lain disamping masalah interaksi sosial (Coyle, 2001).
Depresi pada Masa Kanak-Kanak dan Remaja
Anak-anak dan remaja yang mengalami depresi dapat memiliki perasaan tidak berdaya, pola berpikir yang lebih terdistorsi, kecenderungan untuk menyalahkan diri sendiri sehubungan dengan kejadian-kejadian negatif, serta self-esteem. Self-confidence, dan depresi akan kompetensi yang lebih rendah dibandingkan dengan teman dsebaya yang tidak depresi (Lewinsohn dkk.,1994; Kovacs, 1996). Mereka sering melaporkan adanya episode kesdiahn danm menangis, merasa apatis, sulit tidur, lelah, dan kurang nafsu makan. Mereka memiliki keinginan untuk bunuh diri bahkan mencoba untuk bunuh diri.
Nak-anak dan remaja yang depresi mungkin gagal melabelk perasaan mereka sebagai depresi. Sebagian dari masalahnya adalah perkembangan kognitif. Anak biasanya tidak mampu mengenali perasaan internal sampai usia 7 tahun. Bahkan kadang samapi remaja, mereka tidak menyadari bahwa apa yang mereka alami adalah depresi.
Lamanya episode depresi mayor pada anak-anak dan remaja kira-kira 11 bulan, tetapi episode individual bisa mencapai 18 bulan pada beberapa kasus (Goleman, 1994a) dengan tingkat sedang dapat bertahan samapi beberapa tahun dan amat mempengaruhi prestasi sekolah dan fungsi sosial.
Anak-anak yang depresi juga kurang memiliki berbagai keterampilan, termasuk keterampilan akademik, atletik dan sosial. Mereka sulit berkonsentrasi di sekolah dan mengalami hendaya memori sehingga sulit meningkatkan nilai mereka. Depresi pada anak jarang terjadi dengan sendirinya. Mereka umumnya mengalami gangguan psikologis laian seperti CD atau ODD.
Korelasi dan Penanganan Depresi pada Masa Kanak-Kanak dan Remaja
Anak-anak dan remaja depresi cenderung mengadopsi gaya kognitif yang ditandai oleh sikap negatif terhadap diri sendiri dan masa depan. Secara keseluruhan, perubahan kognisi pada anak-anak yang depresi meliputi hal-hal berikut:
- Mengharapkan yang terburuk (pesimis)
- Membesar-besarkan konsekuaensi dari kejadian-kejadian yang negatif
- Mengasumsikan tanggung jawab pribadi untuk hasil yang negatif, walaupun tidak beralasan
- Secara selektif hanya memperhatikan aspek-aspek dari berbagai kejadian
Terapi kognitif behavioral yang digunakan untuk menangani anak dan remaja depresi biasanya melibatkan model keterampilan coping dimana anak-anak dan remaja memperoleh keterampilan sosial (misalnya belajar bagaimana memulai percakapan, atau berteman) untuk meningkatkan kemungkinan memperoleh reinforcement sosial. Terapi ini biasanya uga mencakup pelatihan dalam keterampilan pemecahan masalah dan cara-cara untuk meningkatkan frekuensi dari aktivitas yang menyenangkan serta mengubah gaya berpikir depresi.
Terapi keluarga dapat bermanfaat dalam membantu keluarga memecahkan konflik-konflik dan mengatur kembali hubungan mereka sehingga anggota keluarga dapat menjadi lebih suportif satu sama lain.
Antidepresan tipe SSRI, seperti prozac, cukup menjanjikan dalam mengatasi depresi anak-anak dan remaja. Litium juga digunakan dan umumnya memberikan hasil yang baik dalam mengatasi anak-anak dan remaja dengan gangguan bipolar.
Referensi:
Davison, Gerald C dkk. 2006. Psikologi Abnormal. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Nevid, Jeffrey S dkk. 2006. Psikologi Abnormal. Jakarta : Penerbit Erlangga.