Bagi rakyat Indonesia, tindakan kekerasan bukan lagi hal yang harus takutkan. Bukan karena kekerasan itu tidak ada, tetapi kekerasan itu sudah menjadi konsumsi tiap hari. Kita tinggal memilih peran apakah menjadi korban, menjadi pelaku ataupun sebagai penonton (pendengar).
Bentuk kekerasan pun semakin beragam dan canggih. Jika kekerasan sebelumnya lebih banyak dilakukan secara individual, sekarang tindak kekerasan sudah terorganisir baik dalam bentuk organisasi. Jika motif kekerasan sebelumnya adalah untuk mempertahankan hak individual, sekarang tindak kekerasan berubah menjadi represif untuk mempertahankan nilai-nilai suatu kelompok. Hal ini semakin di perlihatkan jika suatu kelompok mengganggap sebuah nilai bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut kelompoknya.
Tidak ketinggalan kekerasan di perlihatkan oleh organisasi dalam bentuk “da’wah”. Mungkin ini adalah sebuah ironi, dimana da’wah sendiri untuk mengajak orang ke jalan yang benar, menjauhi perbuatan-perbuatan mungkar. Apakah tindakan kekerasan bahkan aksi premanisme bisa mencapai tujuan da’wah itu sendiri? anda sendiri yang harus menjawabnya.
Tindakan kekerasan suatu kelompok biasanya akan semakin brutal jika nilai-nilai yang dipertahankan suatu kelompok berbeda secara ekstrem, bahkan bertentangan seperti perbedaan timur dan barat. Apakah dengan tindakan kekerasan, perbedaan itu dapat lebur menjadi persatuan atau malah semakin memperlebar kesenjangan perbedaan tersebut?
Sebenarnya, jika kita menganalisis sebuah tindak kekerasan, apalagi tindak kekerasan yang dilakukan atas nama kelompok (organisasi), biasanya kekerasan itu tidak muncul begitu saja. Tetapi banyak faktor penyebab aksi kekerasan tersebut. Diataranya adalah terhambatnya diskusi/perundingan, ketidakmampuan pemegang otoritas memegang kendali sehingga menimbulkan kekecewaan pada kelompok tertentu. Hal ini pulalah yang mengakibatkan aksi kekerasan atas nama “da’wah” terjadi di Indonesia.
Penyebab kekerasan lainnya bahkan lebih kompleks, mulai dari kepentingan kelompok, sebuah skanario kekerasan yang di bentuk pihak lain, hingga motif agama, ekonomi dan motif-motif lainnya.
Tags
Psikologi Sosial