Budaya adalah sekumpulan tingkah laku yang turun temurun yang mempengaruh tingkah laku individu. Budaya merupakan sebuah tingkah laku kolektif dalam masyarakat, yang dominan mempengaruhi dan membentuk sebuah tingkah laku yang sesuai dengan komunitas yang ada dalam budaya tersebut.
Beberapa orang ahli mencoba meneliti pengaruh budaya terhadap kepribadian, dengan melibatkan budaya sebagai unsur dasar yang penting dipertimbangkan. Setiap orang tumbuh dan berkembang ditengah-tengah suatu budaya. Dan budaya pasti merupakan bagian dari apa yang artinya menjadi seorang pribadi – tidak ada orang yang lepas dari pengaruh budaya. Oleh karena itu, menggabungkan budaya kedalam teori kepribadian dan riset kepribadaian merupakan suatu yang sangat masuk akal.
Ketika G. Allport (1954) mempelajari prasangka, ia melihat bahwa menempatkan prasangka sepenuhnya kedalam kepribadian individu merupakan sebuah kekeliruan. Kondisi-kondisi sosial budaya mana yang mendukung prasangka? Allport mengajukan gabungan antara faktor-faktor sosial, ekonomi, historis, dan komunikasi sebagai faktor-faktor yang melengkapi dinamika kepribadian yang bersifat internal. Sebagai contoh, prasangka cenderung lebih banyak terjadi pada masa perubahan sosial, ketika terdapat persaingan ekonomi (misalnya untuk memperoleh pekerjaan), bila pemerintah menghukum pencemaran nama baik, mencari kambing hitam, ketika tradisi masyarakat mendukung permusuhan, dan ketika masyarakat memiliki sikap yang tidak menguntungkan terjadinya asimilasi dan pluralism.
Dalam abad ini, kondisi semacam ini terjadi ketika Perang Dunia I menghilagkan pembagian sosial ekonomi dan geografis dari abad sebelumnya, dan kemudian ketika zaman depresi (1929) menghasilkan penderitaan dan kekacauan di seluruh dunia. Memang, kekuatan dan popularitas fasisme berkembang pada tahun 1930-an, khususnya dinegara-negara yang tidak memiliki sejarah yang panjang dalam demokrasi dan kebebasan.
Ini menunjukkan bahwa, terkadang sebuah perilaku sangat dipengaruhi oleh budaya karena adanya situasi yang mendukung, seperti ketimpangan ekonomi, persaingan, kesempatan, dan situasi lain yang tidak terkontrol. Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah karena pengaruh budaya yang terlalu kuat ini yang mengakibatkan seseorang selalu berpikir stereotip, dan menganggap orang lain yang berasal dari budaya yang berbeda lebih rendah dari budayanya sendiri?
iya kebanyakan,,, yang tradisional ditinggalkan ...
BalasHapussalam karimalamin.blogspot.com