Pengaruh Budaya dan Kematangan pada Bayi

Budaya sangat berpengaruh pada proses pertumbuhan dan perkembangan pada bayi. Walaupun bayi diseluruh dunia berkembang menurut urutan kematangan yang sama (dari segi fisik), banyak aspek perkembangan mereka yang bergantung pada kebiasaan dan budaya yang mengendalikan cara orang tua mereka memegang, menyentuh, memberi makan dan berbicara kepada mereka (Rogoff, 2003).

Di Amerika, Kanada dan Jerman, serta kebanyakan negara Eropa lainnya, bayi diharapkan tidur selama delapan jam tanpa jeda saat berusia 4 atau 5 bulan. Criteria ini dianggap sebagai kematangan neurologis, walaupun banyak bayi yang menangis saat orang tua menempatkan mereka di buaian saat malam hari, dan kemudian meninggalkan kamar. Namun, pada suku Indian-Maya, masyarakat di daerah pinggiran Italia, suku-suku di perkampungan Afrika, penduduk Rajput di India dan daerah perkotaan di Jepang, kejadian menangis dimalam hari ini jarang terjadi karena bayi yang  biasanya tidur dengan ibu mereka selama beberapa tahun pertama kehidupan mereka, dengan orang tua yang selalu bangun dan menyusui setiap empat jam sekali.

Perbedaan dalam mengatur jam tidur bayi mencerminkan nilai budaya dan pengasuhan. Ibu di komunitas bercocok tanam yang memiliki hubungan yang erat antar anggotanya percaya bahwa tidur dengan bayi adalah hal yang penting demi menciptakan keintiman yang kuat dengan bayi. Sebaliknya, bagi orang tua di Amerika dan beberapa negara di Eropa percaya bahwa menumbuhkan kemandirian sedini mungkin adalah hal yang penting pada bayi (Keller dkk, 2005).

Pengaruh budaya ini sangat mempengaruhi perkembangan anak, selain stereotip budaya yang melekat dengan gaya pengasuhan tersebut. Beberapa negara di Eropa misalnya, tidur dengan bayi adalah sebuah hal yang tabuh bahkan melanggar hukum, di beberapa negara di Asia dan Afrika, tidur dengan bayi merupakan hal yang umum bahkan sebuah “keharusan” untuk memastikan bayi tetap baik-baik saja.

Referensi:

Carol Wide & Tavris. 2007. Psikologi. Jakarta: Erlangga