Anak genius dan anak berbakat adalah anak-anak yang memiliki potensi dan kemampun yang tinggi dalam bidang akademik, dengan membuat kreasi yang unik, kreatif, dan mengangungkan. Anak-anak genius dan berbakat juga membutuhkan pendekatan khusus dalam pengajaran dan pembelajaran untuk menghindarinya dari rasa bosan terhadap mata pelajaran dan guru yang monoton. Mereka sering salah dianggap sebagai murid yang nakal karena tidak menunjukkan perhatian pada pelajaran dalam kelas, padahal mereka memahami dan menguasai dengan baik semua pelajaran yang diberikan kepadanya.
Sistem pendidikan yang “tradisional”, yang menekankan bahwa guru adalah sumber segalanya, dan anak-anak harus mengikuti arahan guru, akan menghambat perkembangan anak yang genius dan berbakat ini. Mereka sebenarnya butuh tempat yang sesuai dengan tingkat kegeniusannya, sehingga tidak cocok pada sekolah-sekolah anak-anak normal pada umumnya. Biasanya anak genius dan berbakat ini, terkadang terlihat bodoh dan nakal dalam kelas, karena mereka tidak menyukai dan bahkan sudah menguasai pelajaran yang hendak diberikan kepadanya.
Anak genius dan berbakat membutuhkan tantangan yang lebih besar dibandingkan dengan anak yang biasanya. Anak genius dan berbakat berada “diluar kurva normal”, tetapi keberadaanya berada disebelah kanan kurva, sedangkan anak yang mengalami retardasi mental berada disebelah kiri kurva normal. Karena anak genius adalah anak yang “tidak normal” sehingga membutuhkan perlakuan khusus yang harus diberikan kepadanya.
Salah satu program pendidikan yang menunjang perkembangan anak genius dan berbakat ini adalah dengan disediakannya program kelas ekselerasi, dimana anak diberikan kebebasan untuk mempelajari pelajaran yang sebenarnya untuk umur diatasnya. Tidak heran, jika seorang anak yang genius dan berbakat dalam bidang akademik, bisa menyelesaikan pendidikan sekolah dasarnya dan sekolah menengahnya lebih cepat dibandingkan dengan anak-anak yang normal.
Untuk membantu anak yang dengan tingkat kegeniusan dan keberbakatan yang tinggi, perlu identifikasi sejak dini oleh orang dan guru, agar anak dapat menyesuaikan diri dengan tantangan yang seharusnya dihadapi dengan tingkat intelegensinya.
tapi kenyataan di lapangan berbeda gan... hehehe
BalasHapus