Pada dasarnya, tingkah laku dikendalikan oleh sistem organik di otak. Kerusakan pada otak dan strukturnya akan menyebabkan abnormalitas pada tingkah laku seseorang. Kendall dan Hammen (1998) menyebutkan dua faktor utama yang menyebabkan abnormalitas, yaitu struktur otak dan komunikasi antar struktur otak.
- Trauma, yaitu luka yang disebabkan kecelakaan dengan efek yang bervariasi. Geger otak umumnya gangguan fungsi yang besifat sementara. Memar yang disebabkan berubahnya posisi normal otak ditekan sehingga menjauh dari tulang tengkorak; menyebabkan kondisi koma dan delirium. Robek pada otak (laceration), yang menyebabkan hancur dan rusaknya jaringan otak.
- Vascular accident, yaitu tersumbat atau rusaknya pembuluh darah otak. Akibat yang ditimbulkan antara lain kerusakan dalam kemampua berbahasa (aphasia), ketidakmampun melakukan gerakan yang disengaja (apraxia), dan kerusakan dalam persepsi sensori (agnosia).
- Tumor, baik didalam maupun diluar otak. Akibat yang ditimbulkan antara lain ingatan yang buru, masalah emosional, dan koordinasi motorik.
- Penyebab degeratif, seperti penyakit Huntington, Parkinson, dan Alzheimer yang umumnya muncul pada usia 40-60 tahun. Akibatnya berupa gangguan motorik yang cukup berat, meliputi antara lain hambatan motorik, berbicara, berbahasa, ingatan, dan penilaian.
- Kekurangan gizi. Kekurangan gizi juga mempengerahui abnormalitas kerja otak. Hal ini diperparah jika kekuangan gizi pada awal-awal pertumbuhan (bayi dan anak-anak), yang akan mempengaruhi proses terbentuk dan berkembangnya fisik otak.
- Keracunan, yang diakibatkan oleh logam, racun, gs, bahkan tumbuhan, yang diserap melalui kulit dan umumnya menyebabkan delirium.
Tags
Psikologi Faal