Dengan semakin majunya penelitian dibidang rekayasa genetika, sel, dan strukturnya, sehingga semakin mempermudah manusia dalam menangani masalah, baik kesehatan, reproduksi, peningkatan kualitas hidup dan lain-lain. Tetapi kemajuan ini, terkadang membuat manusia mengesampingkan etika, dan sifat kealamiannya.
Salah satu contohnya adalah “cloning”. Sudah menjadi perdebatan dan pertentangan mengenai cloning, jika cloning pada manusia diterapkan. Tetapi tidak bisa dipungkiri, tetap ada saja yang menggunakan cloning manusia untuk mencapai keinginan.
Dengan teknologi cloning sel, seorang perempuan bisa mempunyai anak dengan menjadi ayah biologis sekaligus. Cloning adalah menggunakan sel induk (soma/tubuh) untuk ditanam dalam rahim (embrio). Kita tahu bahwa, tuhuh (soma) manusia mengandung sel X dan Y.
Bagaimana dengan pasangan homoseksual lesbian? Ya, kemungkinan untuk mendapatkan anak secara biologis genetic, itu sudah memungkinkan dengan teknologi cloning ini. Sel tubuh pasangan diambil untuk dicangkokkan pada rahim pasangannya.
Pada budaya Timur, penerimaan akan perilaku homoseksual masih sangat tabu, apalagi mendapatkan anak dari proses cloning sel. Penolakan pada praktek ini, adalah sesuatu yang sangat tidak bisa diterima, baik budaya maupun agama di timur, dengan alasan merendahkan derajat manusia, dan akan mengaburkan identitas keluarga, baik pasangan lesbian maupun anak hasil keturunannya yang didapat melalui proses cloning.
Salah satu contoh kasus nyata permasalahan cloning manusia (sosiologis), bisa anda baca disini…!!!
Tags
Homoseksual