Janin, pada usia tertentu (sekitar 2 bulan kehamilan terakhir) sudah bisa mendengar suara-suara dari luar seperti suara musik, suara ibunya dan suara-suara lain (Kisilevsky, 2005). Sedangkan menurut Kaplan, pada usia 18-20 minggu janin sudah dapat mendengar serta bereaksi terhadap suara dengan memberi respon berupa kontraksi otot, pergerakan dan perubahan denyut jantung.
Suara-suara yang biasa didengar oleh janin seperti suara aliran darah yang melalui plasenta, suara denyut jantung ibu, suara udara dalam usus, suara pembicaraan ibu, suara yang keras dari luar, musik dan suara-suara lain. Suara-suara ini akan direspon oleh janin melalui gerakan-gerakan yang bisa dirasakan oleh sang ibu.
Suara yang bisa membuat janin kaget, bising dan membuat tidak enak bagi janin, dapat membuat stress bagi janin, sehingga janin dapat beraksi marah seperti gelisah, menendang perut ibu, memukul. Reaksi yang keras (janin gelisah) diberikan oleh janin merupakan pertanda protes terhadap suara yang tidak mengenakkan.
Janin bahkan sudah bisa mengenal dan membedakan suara, antara suara ibu dengan suara-suara lainnya. Pada sebuah penelitian eksperimen menunjukkan bahwa, bayi yang baru lahir, lebih suka dan akan terlihat tenang jika diperdengarkan rekaman suara ibunya daripada suara-suara wanita lain. Penelitian lain menunjukkan bahwa, sebuah cerita yang selalu diberikan (dibacakan oleh ibu) pada masa janin, bayi akan suka mendengarkan cerita tersebut daripada cerita-cerita lain.
Referensi:
Santrock, John. Perkembangan Anak. 2007. Jakarta: Erlangga