src="http://pagead2.googlesyndication.com/pagead/show_ads.js">
Pukul 06.00 pagi. Di sebuah taman kecil di Mumbai, India, sekelompok orang berkumpul membentuk lingkaran. Tak berselang lama terdengar tawa bergemuruh dari kelompok itu. Kemudian hening, kemudian tertawa lagi. Lebih seru.
Kelompok itu bukan sekumpulan orang gila. Itu kelompok yang menamakan dirinya Klub Tawa, Sekelompok orang yang ingin mencari kesehatan dengan cara tertawa. DR. Madan Kataria, pendiri Klub Tawa ini menyatakan bahwa di zaman serba rumit sekarang ini, orang telah tidak ingat lagi bagaimana cara tertawa. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Dr. Michael Titze, psikolog asal Jerman, di tahun 1950-an orang biasa tertawa 18 menit sehari, tetapi kini orang tertawa tak lebih dari enam menit perhari.
Dulu ketika masih anak-anak, kita tertawa 300-400 kali sehari, tetapi sekarang, frekuensi ini menurun menjadi hanya 15 kali sehari. Semenyedihkan itukah hidup kita sehingga kita hanya tertawa 15 kali sehari? Saya pikir tidak juga. Masalahnya sebenarnya terletak pada diri kita yang selalu memandang segala sesuatunya secara serius dan rumit. Bahwa tertawa itu mahal dan harus beralasan. Banyak syarat yang harus dilengkapi sebelum tertawa, demi gengsi dan demi menjaga penampilan kita menjauhkan diri dari manfaat berlipat ganda nikmat Allah yang indah ini.
KITA HANYA DAPAT TERTAWA BAHAGIA DENGAN MUDAH DAN SERING JIKA KITA MEMILIKI HATI KANAK-KANAK YANG PENUH CINTA DAN KEPOLOSAN
Selama lebih dari dua dekade terakhir telah dilakukan penelitian mendalam di seluruh dunia yang membuktikan bahwa tawa berdampak positif bagi berbagai sistem di tubuh kita. Tawa adalah semacam antivirus yang ampuh membasmi virus yang merupakan pembunuh nomor satu di dunia dewasa ini, apalagi kalau bukan stres. Lebih dari 70% penyakit, seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung, kecemasan, depresi, batuk-batuk-batuk dan flu, gangguan percernaan, insomnia, berbagai alergi, asma, gangguan haid, sakit kepala, sakit perut, dan bahkan kangker, mempunya hubungan dengan stres.
Penyakit-penyakit di atas biasanya diawali dengan gejala-gejala berikut: nyeri kronis di tengkuk, sering sakit kepala, lemas dan selalu letih, sering batuk dan flu, rasa tidak enak pada perut, mual-mual dan gangguan pencernaan, pegal-pegal disertai sakit punggung dan leher, gangguan irama tidur, sesak nafas, pusing-pusing, nafsu makan bertambah/berkurang, hilangnya dorongan seks, moody, perasaan diasingkan, kurang harga diri, sering lupa, mudah tersinggung, agresif, dan sulit berkonsentrasi (yang pernah nyusun skripsi pasti tau J). Penelitian Dr. Lee S. Berk dari Universitas Loma Linda menunjukkan bahwa gelak tawa mampu mengurangi hormon stres di dalam tubuh dan juga meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Jadi, lagu Bang Rhoma bolehlah kita gubah sedikit, “Stres obatnya iman takwa dan tawa..” J
Bagaimana cara kita tertawa sesering mungkin?
Ada banyak caranya, meski kebanyakan dari kita lupa. Klub Tawa yang didirikan oleh DR. Madan di atas agaknya adalah cara terbaik bagi kita mengembalikan ingatan kita untuk tertawa. Hingga kini klub ini sudah mencapai 2000 klub di seluruh dunia. Tapi sayangnya, di kota saya klub ini belum ada. Saya tidak tahu di kota anda. Okelah, yang jelas seperti ini. Tulisan ini hanya sebuah kucekan di rambut yang berbunyi ‘Ayo kawan.. Hidup ini tak sepahit cerita orang. Mungkin benar jalan yang kita lalui tak semulus jalan orang lain, tapi itu bukanlah satu alasan menghentikan langkah lalu ambil tali gantung diri. Syukuri apa yang kau miliki, tertawakan apa yang menyakiti, niscaya energi positif akan menyelimuti. Well, tertawalah sebelum tertawa itu dikenakan PPN 10%. J.