Aliran
kedua (Fungsionalisme), aliran ini berkembang di Amerika Serikat dengan tokoh
utamanya adalah William James. Aliran fungsionalisme dengan strukturalisme
mempunyai pandangan yang bertolak belakang dalam menganalisis perilaku. Jika
aliran strukturalisme menyatakan bahwa perilaku harus dikaji dalam setiap
elemen-elemennya, aliran gunsionalisme berpendapat bahwa, tidak perlu mengkaji
elemen-element mengapa seorang berperilaku, tetapi yang perlu dikaji adalah
tujuan dari perilaku tersebut. Dikemudian hari aliran ini pun lenyap, tetapi
pengaruhnya masih ada pada aliran-aliran dalam psikologi selanjutnya.
Aliran
ketiga adalah pikoanalisis. Aliran ini, pada awal perkembangan psikologi adalah
sebuah aliran yang berjaya, apalagi dalam menangani kasus-kasus klinis. Tetapi
dasar ilmiah dari aliran ini masih dipertanyakan sampai sekarang. Walaupun
keberadaan aliran ini masih eksis hingga saat ini, tetapi mulai terdesak oleh
perkembangan aliran-aliran baru yang berkembang, yang jelas lebih ilmiah.
Di bawah
ini dijelaskan secara singkat, ketiga aliran tersebut diatas:
Strukturalisme
Di
Amerika, ide-ide Wundt dipopulerkan dengan cara yang sudah dimodifikasi
sedemikian rupa oleh salah satu muridnya, E.B. Titchener (1867-1927) yang
menyebut pendekatan Wundt dengan nama strukturalisme. Seperti Wundt, pada
strukturalis berharap dapat menganalisis berbagai sensasi, gambaran, dan
perasaan kedalam elemen-elemen dasar. Sebagai contoh, ketika seseorang diminta
mendengarkan bunyi metronom dan melaporkan secara tepat apa yang mereka dengar.
Kebanyakan orang menyatakan bahwa mereka menangkap sebuah pola (seperti KLIK
klik klik KLIK klik klik), meskipun semua bunyi klik dari sebuah metronom tersebut
pada kenyataannya sama. Atau seseorang juga bisa diminta menguraikan semua
komponen cita rasa yang berbeda-beda ketika menggigit sebuah jeruk (manis,
asam, basah, dan sebagainya).
Terlepas
dari program penelitian yang intensif, strukturalisme mengalami nasib yang sama
seperti kisah dinasourus. Setelah anda menemukan struktur-struktur pembangun
sensasi atau imaji dan bagaimana mereka saling berkaitan, lalu bagaimana? Bertahun-tahun
kemudian, setelah strukturalisme mati, Wolfgang Kohler (1959) teringat kembali
tentang bagaimana ia dan para rekan merespon hal itu ketika masih menjadi
mahasiswa ”apa yang dulu menunggu kami
adalah”….dampaknya, bahwa kehidupan manusia yang tampaknya begitu berwarna
dan sangat dinamis, ternyata hanyalah sesuatu yang membosankan.
Kepercayaan
strukturalisme pada introspeksi yang dilakukan oleh para partisipan juga
menimbulkan masalah bagi mereka. Terlepas dari pelatihan yang telah diperoleh,
para partisipan yang melakukan introspeksi itu kerap memberikan laporan-laporan
yang saling bertentangan antara satu sama lain. Ketika ditanyai gambaran apa
yang muncul benaknya ketika mendengar kata segitiga,
kebanyakan responden menjawab bahwa mereka membayangkan suatu bentuk visual
yang mempunyai sudut-sudut yang sama; sedangkan responden lainnya mengatakan
melihat bentuk warna yang melingkar dengan satu sudut lebih besar daripada
sudut yang lainnya. Sejumlah orang bahkan mengaku bahwa mereka bisa memikirkan
segitiga tanpa sama sekali membentuk bayangan visual. Karena itu, sulit untuk
mengetahui atribut mental apakah yang mendasar bagi sebuah segitiga.
Fungsionalisme
Aliran
fungsionalisme merupakan aliran psikologi yang pernah sangat dominan pada masanya,
dan merupakan hal penting yang patut dibahas dalam mempelajari psikologi. Pendekatan
fungsionalisme berlawanan dengan pendahulunya, yaitu strukturalisme. Aliran fungsionalisme
juga keluar dari pragmatism sebagai sebuah filsafat.
Aliran
fungsionalisme berbeda dengan psikoanalisa, maupun psikologi analytis, yang berpusat
kepada seorang tokoh. Fungsionalisme memiliki macam-macam tokoh antara lain Willian
James, John Dewey, J.R.Anggell dan James Mc.Keen Cattell.
Fungsionalisme
memandang bahwa pikiran, proses mental, persepsi indrawi, dan emosi adalah
adaptasi organisme biologis.
Fungsionalisme lebih menekankan pada fungsi-fungsi dan bukan hanya
fakta-fakta dari fenomena mental, atau berusaha menafsirkan fenomena mental
dalam kaitan dengan peranan yang dimainkannya dalam kehidupan.
Fungsionalisme
juga memandang bahwa psikologi tak cukup hanya mempersoalkan apa dan mengapa
terjadi sesuatu (strukturalisme) tetapi juga mengapa dan untuk apa (fungsi) suatu tingkah laku tersebut terjadi.
Fungsionalisme lebih menekankan pada aksi dari gejala psikis dan jiwa seseorang
yang diperlukan untuk melangsungkan kehidupan dan berfungsi untuk penyesuaian diri psikis dan sosial.
Aliran fungsionalisme
memiliki beberapa ciri khas, sebagai berikut:
- Menekankan pada fungsi mental dibandingkan dengan elemen-elemen metal.
- Fungsi-fungsi psikologis adalah adaptasi terhadap lingkungan sebagaimana adaptasi biologis Darwin. Kemampuan individu untuk berubah sesuai tuntutan dalam hubungannya dengan lingkungan adalah sesuatu yang terpenting.
- Sangat memandang penting aspek terapan atau fungsi dari psikologi itu sendiri bagi berbagai bidang dan kelompok manusia.
- Aktivitas mental tidak dapat dipisahkan dari aktivitas fisik, maka stimulus dan respons adalah suatu kesatuan.
- Psikologi sangat berkaitan dengan biologi dan merupakan cabang yang berkembang dari biologi. Maka pemahaman tentang anatomi dan fungsi fisiologis akan sangat membantu pemahaman tentang fungsi mental.
- Menerima berbagai metode dalam mempelajari aktivitas mental manusia, meskipun sebagian besar riset dilakukan di Univ. Chicago ( pusat perkembangan fungsionalisme) menggunakn metode eksperimen, pada dasarnya aliran fungsionalisme tidak berpegang pada satu metode inti. Metode yang digunakan sangat tergantung dari permasalahan yang dihadapi.
Psikoanalisis
Aliran
ini menyatakan bahwa struktur dasar kepribadian manusia sudah terbentuk pada
usia lima tahun. Freud membagi struktur kepribadian dalam tiga komponen, yaitu
id, ego, dan superego. Perilaku seseorang merupakan hasil interaksi antara
ketiga komponen tersebut. Id merupakan sumber dari insting kehidupan (makan,
minum, tidur) dan insting agresif yang menggerakkan tingkah laku. Id
berorientasi pada prinsip kesenangan. Ego sebagai sistem kepribadian yang
terorganisasi, rasional, dan berorientasi pada prinsip realitas. Superego
merupakan komponen moral kepribadian yang terkait dengan norma di masyarakat
mengenai baik-buruk atau benar-salah. Superego berfungsi untuk merintangi
dorongan id, terutama dorongan seksual dan sifat agresif, juga mendorong ego
untuk menggantikan tujuan realistik dengan tujuan moralistik, serta mengejar
kesempurnaan.
Tesis-tesis
tentang hakikat manusia dari aliran Psikoanalisis adalah bahwa: Perilaku pada
masa dewasa berakar pada pengalaman masa kanak-kanak,- Sebagaian besar perilaku
terintegrasi melalui proses mental yang tidak disadari,- Pada dasarnya manusia
memiliki kecenderungan yang sudah diperoleh sejak lahir, terutama kecenderungan
mengembangkan diri melalui dorongan libido dan agresifitasnya,- Secara umum
perilaku manusia bertujuan dan mengarah pada tujuan untuk meredakan ketegangan,
menolak kesakitan dan mencari kenikmatan,- Kegagalan dalam pemenuhan kebutuhan
seksual mengarah pada perilaku neurosis,- Pembentukan simpton merupakan bentuk
defensive,- Pengalaman tunggal hanya dipahami dengan melihat keseluruhan
pengalaman seseorang,- Latihan pengalaman dimasa kanak-kanak berpengaruh
penting pada perilaku masa dewasa dan diulangi pada transferensi selama proses
perilaku.
Pandangan
psikoanalisis memberi implikasi yang sangat luas terhadap konseling dan
psikoterapi, khususnya dalam aspek tujuan yang hendak dicapai serta prosedur
yang dapat dikembangkan.
Referensi:
Boeree, C.
Geroge. 2007. Sejarah Psikologi : Dari
Masa Kelahiran Sampai Modern. Jakarta: Primasophie
Brennan,
James F. 2006. Sejarah dan Sistem
Psikologi. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada
Lundin.1991. Theories
and Systems of Psychology. 4 rd Ed. Toronto: D.C. Heath and Company.
Wade,
Carole. 2007. Psikologi. Jakarta: Penerbit Erlangga
Tags
Psikologi Umum