Keterbelakangan mental (mental retardation) atau ketidakmampuan intelektual, adalah hasil dari diagnosis psikologis yang didapatkan dari hasil pengukuran psikologis. Diagnosis ketidakmampuan intelektual mempengaruhi berbagai keputusan yang berhubungan dengan pemilihan dan klasifikasi, baik dalam bidang pendidikan dan pekerjaan, tunjangan keamanan sosial, pemenuhan syarat akan pengenaan hukuman dan kebijakan-kebijakan publik yang berhungan dengan kemampuan inttelektual.
American Psychiatric Association (APA) pada tahun 1994, mensyaratkan tiga diagnosis keterbelakangan mental, yaaitu:
a. Fungsi intelektual secara signifikan dibawah rata-rata: IQ sekitar 70 atau kurang menurut tes IQ yang diadakan secara individu.
b. Ketidakmampuan atau kelemahan yang terjadi bersamaan dengan fungsi adaptasi saat ini (yakni efektivitas seseorang dalam memenuhi standar yang diharapkan pada usianya dengan kelompok budayanya) setidaknya dalam bidang berikut ini: yaitu komunikasi, perhatian diri sendiri, kehidupan rumah tangga, keterampilan sosial-interpersonal, penggunaan sumber dalam komunitas, self dierection, keterampilan akademik fungsional, pekerjaan, waktu luang, kesehatan dan keamanan.
c. Terjadi sebeum berusia 18 tahun.
Tingkatan keterbelakangan mental menurut APA, diklasifikasikan menjadi mild retardation (tingkat IQ 50 atau 55 sampai sekitar 70), moderate mental retardation (tingkat IQ 35 atau 40 sampai 50 atau 55), severe mental retardation (tingkat IQ 20 atau 25 sampai 35 atau 40), dan profound mental retardation (tingkat IQ dibawah 20 atau 25).
Dibawah ini sekilas tentang perubahan perilaku terkait usia pada anak dengan keterbelakangan mental:
Keterbelakangan Mental Ringan (IQ = 50 -70)
a. Anak prasekolah (0 – 5 tahun): lebih lambat daripada rata-rata dalam berjalan, makan sendiri, dan berbicara, namun pengamat sambil lalu tidak melihat keterbelakangan ini.
b. Usia sekolah (6 – 21 tahun): Belajar keterampilan motorik-pemahaman dan kognisi (membaca dan arithmatic) di kelas tiga sampai kelas enam oleh remaja tahap ini, dapat belajar untuk menyesuaikan diri secara sosial.
c. Dewasa (21 tahun keatas): Biasanya mencapai keterampilan sosial dan kejuruan yang diperlukan untuk merawat diri, membutuhkan bimbingan dan bantuan ketika berada pada kondisi ekonomi sulit atau stress sosial.
Keterbelakangan Mental menengah (IQ = 35 - 49)
a. Anak prasekolah (0 – 5 tahun): sebagian besar perkembangan kelihatan dengan jelas terlambat.
b. Usia sekolah (6 – 21 tahun): belajar berkomunikasi dan merawat kesehatan dasar dan kebutuhan keamanan.
c. Dewasa (21 tahun keatas): melakukan tugas tanpa keterampilan atau semi terampil sederhana pada kondisi yang diawasi, berpartisipasi pada permainan sederhana dan melakukan perjalanan sendiri di tempat yang dikenal, mampu merawat diri sendiri.
Keterbelakangan Mental Berat (IQ = 20 - 34)
a. Anak prasekolah (0 – 5 tahun): perkembangan motorik sangat tertunda, sedikit atau tidak berbicara, mendapat mamfaat dari pelatihan mengerjakan sendiri (misalnya makan sendiri).
b. Usia sekolah (6 – 21 tahun): biasanya berjalan kecuali jika terdapat ketidakmampuan motorik, dapat memahami dan merespon pembicaraan, dapat mengambil mamfaat dari pelatihan mengenai kesehatan dan kebiasaan lain yang dapat diterima.
c. Dewasa (21 tahun keatas): melakukan kegiatan rutin sehari-hari dan memperbesar perawatan diri sendiri, memerlukan petunjuk dan pengawasan ketat dalam lingkungan yang dapat dikendalikan.
Keterbelakangan Mental Sangat Berat (IQ dibawah 20)
a. Anak prasekolah (0 – 5 tahun): keterbelakangan ekstrem disemua bidang, kemampuan sensorik minimal, membutuhkan bantuan perawatan diri.
b. Usia sekolah (6 – 21 tahun): semua bidang perkembangan tampak jelas tertunda, respon berupa emosi dasar dan mendapatkan mamfaat dari pelatihan dalam penggunaan anggota badan dan mulut, harus diawasi dengan ketat.
c. Dewasa (21 tahun keatas): barangkali dapat berjalan dan berbicara dengan cara primitive, mendapatkan mamfaat dari aktivitas fisik regular, tidak dapat merawat diri sendiri, tetapi membutuhkan bantuan perawatan diri.