Pada masa remaja berbagai cara dilakukan mereka untuk mengekspresikan jiwa keagamaan itu sangat dipengaruhi oleh pengalaman beragama yang dilaluinya. Ekspresi dan pengalaman beragama remaja itu dapat dilihat oleh sikap keberagamaannya, yang meliputi:
1. Percaya Ikuta-Ikutan
Sifat beragama yang ikut-ikutan ini biasanya hanya terjadi pada usia diantara 13-16 tahun, dan akan hilang jika pemikiran kritis remaja sudah berkembang. Seperti apa karakteristik percaya ikut-ikutan ini?
- Bersikap apatis dalam mengekspresikan ajaran/tindakan agama.
- Tidak ada perhatian untuk meningkatkan penghayatan agamanya.
- Tidak mau terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan agama.
Jadi secara umum dapat dikatakan remaja yang sikap keberagamaannya masih percaya ikut-ikutan dalam kelaksanakan ibadah dan ajaran agama sekedar hanya mengikuti suasana lingkungan dimana dia hidup.
Apa factor yang menyebabkan munculnya sikap remaja beragama, percaya ikut-ikutan?
- Jika semenjak kecil diberikan pendidikan agama dengan cara yang menyenangkan, yang jauh dari pengalaman-pengalaman pahit.
- Pada saat remaja, mereka tidak mengalami peristiwa-peristiwa atau hal yang menggoncangkan jiwanya.
Kedua factor ini menyebabkan remaja tidak perlu meninjau kembali ajaran/tindakan keagamaan yang diterima dimasa kanak-kanak, sehingga cara beragama yang bersifat kekanak-kanakan masih terus berjalan.
2. Percaya dengan Kesadaran
Sifat beragama remaja yang percaya dengan kesadaran ini biasanya dimulai sekitar usia 16 tahun. Apa yang menyebabkan munculnya sikap beragama remaja yang percaya dengan kesadaran?
- Meredanya kegoncangan yang dialami remaja sebagai dampak dari perubahan jasmani yang begitu cepat.
- Hampir selesainya pertumbuhan jasmani.
- Kemampuan berpikir yang sudah semakin matang.
- Bertambahnya pengetahuan remaja.
Semua kondisi itu mendorong remaja untuk lebih memikirkan dirinya sendiri, ingin mengambil tempat dan menonjol dalam masyarakat, perhatiannya pada ilmu pengetahuan, agama dan masalah sosial semakin bertambah.
Seperti apa karakteristik remaja yang percaya dengan kesaradan?
- Dalam diri remaja muncul semangat keagamaan yang dimulai dari munculnya kecenderungan remaja untuk meninjau kembali cara beragama yang diterima masa kecil dulu.
- Remaja punya keinginan untuk menjadikan agama sebagai suatu lapangan baru untuk membuktikan kepribadiannya.
- Semangat remaja sebagai dampak adanya kepercayaan dengan kesadaran ini muncul dalam 2 bentuk:
a. Semangat agama dalam bentuk positif
Cirinya:
- Remaja berusaha melihat agama dengan pandangan yang kritis.
- Remaja tidak mau lagi menerima hal-hal yang tidak masuk akal dalam masalah agama.
- Remaja tidak mau mencampuradukkan agama dengan hal-hal yang bersifat khurafat/tahayyul.
- Remaja menjauhkan bid’ah dalam masalah agama
- Remaja akan menyerang adat kebiasan yang dipandang tidak masuk akan dan kurang sesuai dengan agama.
- Remaja melontarkan kritik kepada pemimpin agama, yang mereka anggap kolot dan tidak mengikuti perkembangan zaman.
Intinya: Remaja ingin membersihkan agama dari segala yang mengurangi kemurnian agama.
Seperti apa tindakan/sikap keagamaan remaja yang memiliki semangat keagamaan dalam bentuk positif ini?
Tindakan dan sikap keagamaan remaja yang memiliki semangat yang positif ini akan terlihat berbeda satu sama lainnya. Hal ini sesuai dengan kecenderungan kepribadian yang dimiliki oleh remaja bersangkutan.
- Bagi remaja yang berkepribadian ekstrovert/terbuka. Cenderung menunjukkan aktivitas agamanya keluar, seperti: Melakukan kegiatan keagamaan yang brsifat sosial, Melakukan perbaikan-perbaikan sosial dalam bidang agama, Cenderung bisa bergaul erat dengan orang yang berbeda agama atau aliran.
- Bagi remaja yang berkepribadian introvert/suka meynyendiri/tertutup. Cenderung untuk mencari kepuasan dalam do’a, sholat dan ibadah lainnya. Tidak senang melakukan aktivitas agama yang besifat keluar/sosial
b. Semangat agama dalam bentuk negative
Cirinya:
- Cenderung mengambil unsur-unsur luar yang tercampur dalam agama, seperti: khurafat/tahayyl, bid’ah dan lain-lain.
- Senang pergi dan percaya pada dukun, tempat-tempat tertentu atau jimat.
- Menjadikan ayat-ayat sebagai jimat penangkal bahaya.
Tindakan dan sikap keagamaan remaja yang memiliki semangat yang negatif juga berbeda antara remaja yang berkepribadian introvert dengan remaja yang berkepribadian ekstrovert.
- Bagi remaja yang introvert, aktivitas tersebut hanya dirinya sendiri.
- Bagi remaja yang ekstrovert, aktivitas tersebut selain untuk dirinya sendiri, juga berusaha mengajak orang lain untuk mengerjakannya.
3. Percaya tapi Agak Ragu/Bimbang
Puncak kebimbangan remaja pada agama terjadi antara usia 17-20 tahun. Bagaimana karakteristik remaja yang bimbang pada agamanya?
Disatu sisi remaja ingin tetap dalam kepercayaannya, tetapi disisi lain dalam dirinya timbul pertanyaan-pertanyaan sekitar agama yang tidak terjawab olehnya.
Faktor apa yang menyebabkan remaja bimbang pada ajaran agamanya?
a. Keadaan jiwa remaja yang bersangkutan. Kebimbangan remaja itu mungkin disebabkan oleh kebebasan berpikir sehingga agama menjadi sasaran dari arus sekularisme.
b. Keadaan sosial serta kebudayaanyang melingkupi remaja tersebut. Kebimbangan remaja pada agama itu mungkin disebabkan oleh keadaan masyarakat yang dipenuhi oleh penderitaan, kemorosotan moral dan kekacauan.
c. Adanya kontradiksi antara kenyataan yang dilihat remaja dengan apa yang diyakinya. Kontradiksi itu meliputi:
· Kontradiksi antara ajaran agama dengan ilmu pengetahuan
· Kontradiksi antara nilai-nilai moral dengan tingkah laku manusia dalam kenyataan hidup.
· Kontradiksi antara nilai-nilai agama dengan tindakan para tokoh agama, guru, pimpinan, orang tua, dan lain-lain.
Apa dampak dari kebimbangan/keraguan ini?
Menurut Hurlock, dampak dari kebimbangan itu antara lain:
- Bagi sekelompok remaja menjadi tidak taat beragama
- Bagi sekelompok remaja yang lain berusaha untuk mencari kepercayaan/agama lain yang dapat memenuhi kebutuhannya dari pada kepercayaan yang dianut keluarganya.
- Bagi remaja yang tidak menemukan jalan keluar untuk menghilangkan keraguannya sesuai dengan ajaran agamanya, mereka akan cenderung menjadi ateistik/tidak percaya pada Tuhan/Agama.
Apa yang harus dilakukan agar remaja terhindar dari dampak negatif akibat dari kebimbangan tersebut?
- Menciptakan hubungan dengan penuh kasih sayang antara remaja dengan orang tua atau dengan orang-orang yang dicintainya.
- Kelompok/Masyarakat harus mampu menciptakan kondisi yang mencerminkan ketekunan dalam menjalankan syariat agama. Hal ini akan menjauhkan remaja dari keingkaran karena merasa terikat oleh tata tertib/aturan masyarakat.
- Remaja bersangkutan harus berjuang untuk mengatasi perasaan kebimbangan yang muncul terhadap Tuhan/Sifat-sifat Tuhan/Agama.
Catatan: Tidak semua remaja yang mengalami kebimbangan itu berakhir dengan keingkaran.
4. Tidak Percaya pada Tuhan atau Cenderung Ateis
Ketidakpercayaan remaja pada Tuhan, pada remaja dibawah usia 20 tahun terwujud dalam bentuk: Protes atau tidak puas terhadap Tuhan
Apa yang menyebabkan sikap tidak percaya pada Tuhan dimasa remaja?
a. Bersumber dari pengalaman pahit anak semasa kecil
Yaitu: apabila seseorang anak merasa tertekan oleh kekuasaan atau kezaliman orang tua kepadanya. Kondisi ini menyebabkan timbulnya sikap mendendam dan menentang terhadap kekuasaan orang tua dan kekuasaan siapapun. Setelah usia remaja sikap menentang itu dialihkan kepada Tuhan.
b. Keadaan dan peristiwa-peristiwa yang dialami remaja, terutama kebudayaan dan filsafat yang leingkupinya.
Seperti:
- Dalam masyarakat ada ide-ide dan keyakinan yang baru yang dapat menggantikan ide dan keyakinan remaja.
- Temuan-temuan baru dalam bidang pengetahuan yang bertentangan dengan ide dan keyakinan remaja.
- Temuan-temuan baru dalam bidang pengetahuan yang bertentangan dengan ide dan keyakinan agama yang dianutnya.
Catatan: Semakin bertambah kemampuan orang untuk mengetahui sebab akibat sesuatu, maka semakin berkurang orang akan kembali kepada Tuhan untuk menerangkan sesuatu yang tidak diketahuinya.
c. Dorongan seksual yang dirasakan remaja
Dorongan seksual yang tidak terpenuhi itu menyebabkan remaja menjadi kecewa. Apabila kekecewaannya berulang-ulang dan bertumpuk, maka akan tumbuh dalam dirinya rasa pesimis dan putus asa dalam hidup. Dalam kondisi seperti itu, lambat laun akan benci/marah kepada agama, kebiasaan dan nilai-nilai akhlak, karena agama, kebiasaan-kebiasaan dan nilai-nilai akhlak menghalanginya untuk mencapai kepuasan seksual (Zakiyah Darajat, 2003:106-122, Sururin,2004:72-78).
Tags
Psikologi Agama