Darimana rasa agama pada remaja muncul? Ide-ide agama, dasar-dasar keyakinan dan pokok-pokok ajaran agama pada dasarnya telah diterima oleh seorang anak pada masa anak-anak. Apa yang telah diterima dan tumbuh dari kecil itulah yang menjadi keyakinan individu pada masa remaja melalui pengalaman-pengalaman yang dirasakannya (Zakiyyah Darajat, 2003: 85-85).
Apakah yang diterima anak tentang masalah agama sejak kecil akan tumbuh dan berkembang subur?
Belum tentu, disebabkan karena: Menurut W. Stabuck, pertumbuhan dan perkembangan agama dan tindak lanjut keagamaan remaja sangat berkaitan dengan:
1. Pertumbuhan dan Pikiran Mental
Pertumbuhan pengertian tentang ide-ide agama sejalan dengan pertumbuhan kecerdasan (Zakiyah Darajat, 2003: 86). Menurut Peaget ”Perkembangan kognitif usia remaja bergerak dari cara berpikir yang konkrit menuju cara berpikir yang proporsional”. Berdasarkan pendapat ini, Ronald Goldman menerapkannya dalam bidang agama dengan membuat sebuha kecimpulan: “Pertumbuhan kognitif memberi kemungkinan terjadi perpindahan/transisi dari agama yang lahiriyah menuju agma yang batiniah”.
Jadi, perkembangan kognitif memberi kemungkinan remaja untuk meninggalkan agama anak-anak yang diperoleh dari lingkungan dan mulai memikirkan konsep serta bergerak menuju agama “iman” yang sifatnya sungguh-sungguh personal (Sururin. 2004:67).
Agama berkaitan dengan hal-hal yang abstrak seperti tentang hari akhirat, syurga, neraka, dll. Pengertian tentang hal-hal yang abstrak itu baru dapat diterima apabila pertumbuhan kecerdasan individu telah memungkinkan untuk itu.
Kapan itu terjadi? Menurut Alfred Binet “Kemampuan untuk mengerti masalah-masalah yang abstrak tidak sempurna perkembangannya sebelum mencapai usia 12 tahun. Kemungkinan untuk mengambil kesimpulan yang abstrak dari fakta-fakta yang ada baru tampak pada usia 14 tahun”.
Pada masa remaja perkembangan mental dan pemikirannya berkembang kearah berpikir logis. Apa dampaknya terhadap pandangan dan kepercayaannya pada Tuhan? Dampaknya: “Remaja tidak dapat melupakan Tuhan dari segala peristiwa yang terjadi dialam ini, sehingga segala apapun yang terjadi dialam, baik peristiwa alamiah maupun peristiwa sosial dilimpahkan tanggungjawabnya kepada Tuhan”. Misalnya:
- Ketika remaja melihat adanya kekacauan, kerusuhan, ketidakadilan dalam masyarakat, maka mereka akan merasa kecewa terhadap Tuhan, padahal Tuhan Maha Kuasa.
- Sebaliknya, ketika remaja melihat keindahan alam, keharmonisan dalam segala sesuatu, maka mereka akan menjadi yakin kepada Tuhan, bahwa Tuhan Maha Bijaksana.
Apa dampak dari perkembangan mental/kecerdasarn pada masa remaja terhadap agama?
ü Ide dan dasar keyakinan yang diterima remaja dari masa kanak-kanak sudah tidak begitu menarik lagi.
ü Remaja sudah mulai kritis terhadap ajaran agama, dengan cara dapat menolak saran-saran yang tidak dapat dimengertinya atau mengkritik pendapat-pendapat yang berlawanan dengan kesimpulan yang diambilnya.
ü Remaja menjadi bimbang beragama (efek kecerdasan).
ü Remaja menerima ide-ide atau pengertian-pengartian yang abstrak dari tanpa pengertian menjadi menerima dengan penganalisaan.
Apakah dengan perkembangan mental/kecerdasan itu akan mengantarkan remaja kepada bimbang beragama?
Belum tentu. Jika:
a. Bimbang beragama: jika anak/remaja mendapat pendidikan agama dengan cara yang memungkinkan mereka untuk berpikir bebas dan boleh mengkritik hal yang berkaitan dengan agama.
b. Tidak bimbang beragama: jika anak/remaja mendapat pendidikan agama dengan cara yang tidak memungkinkan mereka untuk berpikir bebas dan boleh mengkritik hal yang berkaitan dengan agama
2. Perasaaan Beragama
Apakah perasaan remaja pada agama itu stabil?
Masa remaja adalah masa bergejolaknya bermacam-macam perasaan yang kadang-kadang bertentangan satu sama lain. Kondisi ini menyebabkan terjadinya perubahan emosi yang begitu cepat dalam diri remaja. Ketidakstabilan perasaan remaja kepada Tuhan/Agama.
Misalnya: Kebutuhan remaja akan Allah kadang-kadang tidak terasa ketika remaja dalam keadaan tenang, aman, dan tentram. Sebaliknya Allah sangat dibutuhkan apabila remaja dalam keadaan gelisah, ketika ada ancaman, takut akan kegelapan, ketika merasa berdosa.
Jadi: gelombang kuatnya rasa agama bagi remaja adalah merupakan usaha-usaha remaja untuk menenangkan kegoncangan jiwa yang sewaktu-waktu muncul. Remaja akan melakukan kegiatan beragama pada saat ingin mengurangkan kesedihan, ketakutan, dan rasa penyesalan.
Kesimpulan: Perasaan remaja pada agama adalah ambivalensi. Kadang-kadang sangat cinta dan percaya pada Tuhan, tetapi sering pula berubah menjadi acuh tak acuh dan menentang (Zakiyah Darajat, 2003:96-96 dan Sururin, 2002:70).
3. Pertimbangan Sosial
Bagaimana pertimbangan sosial ini mempengaruhi kehidupan agama remaja?
Dalam kehidupan keagamaan, remaja cenderung dihadapkan pada konflik antara pertimbangan moral dan materil. Terhadap konflik ini remaja cenderung bingung untuk menentukan pilihan. Kondisi ini menyebabkan remaja menjadi cenderung pada pertimbangan lingkungan sosialnya.
a. Jika remaja hidup dan dipengaruhi oleh lingkungan yang lebih mementingkan kehidupan duniawi/materialitas, maka remaja akan menjadi cenderung jiwanya untuk menjadi materialistis dan jauh dari agama.
b. Sebaliknya, jika remaja hidup dan dipengaruhi oleh lingkungan yang lebih mementingkan kehidupan yang religious/moralis, maka remaja akan cenderung jiwanya untuk menjadi religious/moralis (Jalaluddin, 2002:75).
4. Perkembangan Moral
Pertumbuhan dan perkembangan moral terjadi melalui pengalaman-pengalaman dan pembiasaan yang ditanamkan sejak kecil oleh orang tua. Perkembangannya baru dapat dikatakan mencapai kematangan pada usia remaja (Zakiyah Darajat, 2003: 97).
Bagaimana perkembangan moral ini mempengaruhi agama remaja?
Pada masa remaja perkembangan moral bertitik tolak dari rasa bersalah dan usaha untuk mencari proteksi. Pada masa remaja Tuhan lebih menonjol sebagai penolong moral. Pada masa remaja, dorongan seksual bangkit dalam bentuk yang lebih jelas. Kondisi ini merupakan bahaya yang mengancam nila-nilai/norma yang dipatuhi remaja selama ini. Dari sini timbul pada diri remaja perasaan tidak berdaya dalam menghadapi dorongan yang belum diketahui dalam hidupnya dulu. Untuk mengatasi dorongan-dorongan naluri itu disatu sisi dan disisi lain adanya keinginan untuk mengurangkan hubungannya dengan orangtuanya dalam menghadapi kenyataan hidup menyebabkan remaja berusaha mencari pertolongan Allah (Zakiyah Darajat, 2003:100).
Bagaimana tipe moral remaja berkaitan dengan jaran agama?
- Self-Directive: taat pada agama berdasarkan pertimbangn pribadi.
- Submissive: Remaja merasakan adanya keraguan terhadap ajaran agama/moral.
- Un adjusted: Remaja belum meyakini akan kebnaran ajaran agama/moral.
- Deviant: remaja menolak dasar dan hukum keagamaan serta tatanam moral masyarakat (Jalaluddin, 2002:76).
5. Sikap dan Minta
Pada masa remaja sikap dan minat remaja terhadap masalah keagamaan sangat kecil, namun hal ini masih sangat tergantung pada kebiasaan masa kecil dan lingkungan agama yang mempengaruhi mereka.
6. Ibadah
Perkembangan remaja dalam bidang agama juga dipengaruhi oleh pandangan mereka terhadap ibadah.
Dari analisis diatas, silahkan berikan analisis anda pertanyaan dibawah ini:
1. Mengapa saat-saat ini kecenderungan remaja jauh dari nilai-nilai agama?
2. Apakah remaja yang tinggal di pondok pesantren atau biara (Santri atau Frater) lebih religious dibanding remaja yang tidak mengenyam pendidikan agama yang berkelanjutan?
Silahkan anda analisis pertanyaan diatas berdasarkan analisis yang sudah diberikan...
Tags
Psikologi Agama