Politik memang tidak bisa dipisahkan dengan kekuasaan, dia adalah alat untuk mencapai kekuasaan. Tetapi arti kekuasaan berbeda-beda untuk setiap orang. Dari perbedaan pengertian kekuasaan inilah akan terlihat bagaimana politisi bisa di cap sebagai politisi busuk.
Politik diartikan sebagai manajerial. Kekuasaan adalah alat untuk mengatur orang-orang yang memberikan kuasa dan legitimasi kepada aktor politik. Politisi yang mengartikan kekuasaan sebagai manajerial, akan selalu memperhatikan aspirasi dari bawah, sebagai sumber masukan dan komponen manajemen itu sendiri. Masyarakat adalah satu kesatuan yang utuh, tidak bisa dipisahkan dengan penyelenggara kekuasaan. Jika masyarakat merasa jauh dan tidak masuk sebagai bagian dari manajerial, akan berakibat pada jatuhnya legitimasi pemegang kuasa. Ini artinya politisi yang memegang kuasa tidak lagi mempunyai power dan hak untuk memanajemen suatu kelompok masyarakat. Dalam negera demokrasi, legitimasi suatu kekuasaan ditentukan pada mayoritas suara. Memang, manusia itu unik, sehingga tidak memungkinkan seluruh orang harus setuju, yang menjadi patokan adalah suara mayoritas.
Pilitik adalah “alat untuk menguasai”. Maksudnya, politik di gunakan untuk mencapai suatu kekuasaan dalam menguasai orang lain. Seperti sudah saya jelaskan sebelumnya bahwa, politik menguasai orang lain lebih banyak diterapkan pada Negara-negara monarki absolute dan otoriter. Yang menjadi sumber kuasa dan aspirasi adalah adalah aktor politik itu sendiri. Keberadaan antara aktor politik dan masyarakat pemberi kuasa terdapat jarak yang memisahkan, politisi berada disatu sisi, dan masyarakat berada disisi lain. Kelanggengan suatu kekuasan dengan politik menguasai adalah semu,, penuh dengan kebohongan. Untuk mempertahankan suatu kekuasaan, mereka akan selalu “mengatasnamakan rakyat”, menyingkirkan lawan-lawan politik, dan terkadang represif, dan pencitraan penuh pada pemimpin. Sehingga. Politisi seperti ini akan membentuk pemerintahan rezim.
Politik untuk menguasai orang lain, akan mengarah pada filosofi Machievelli. Masyarakat diarahkan ke sebuah hutan belantara, sehingga suara mereka seperti suara burung terbang, yang berlalu dan tidak akan pernah di dengar. Dan terkadang masyarakat ketakutan akan bahaya mengancam, ada serigala akan menerkam, jika dia banyak berkoar-koar dalam hutan. Homo homini lupus (Kata Hobbes), manusia adalah serigala bagi sesamanya.
Indonesia sebagai sebuah Negara demokrasi besar, dengan keterbukaan informasi, dan kebebasan yang penuh pada warga Negara, memang patut kita syukuri, dengan berjalannya reformasi beberapa tahun lalu. Tetapi intrik-intrik politisi busuk tetap mengancam. Ini di buktikan dari tingkat kepercayaan masyarakat terhadap politisi penyelenggara Negara, katakan saja misalnya, DPR dan Presiden yang sudah dipilih langsung menurut beberapa survey sangat anjlok. Bagaimana bisa, orang yang dipilih langsung oleh rakyat untuk duduk di suatu lembaga terhormat, menjadikan lembaga itu menjadi lembaga yang “tidak bisa di percaya”. Ini tidak lain karena keberafdaan politisi-politisi busuk.
Politisi kita lebih sibuk dengan pencitraan, klaim akan “kebersihan” dan kejujuran, padahal sumber borok sudah tercium oleh masyarakat luas. Ini adalah cara-cara mempertahankan kekuasaan dengan cara licik, bukan dengan memperlihatkan kinerja yang sesungguhnya.
Politik pencintraan adalah sebuah politik kebohongan.....
Tags
Psikologi Politik
artikel2 yg bermutu.maju terus n jgn lupa knjung balik ke http://www.auratmu.blogspot.comartikel2 yg bermutu.maju terus n jgn lupa knjung balik ke http://www.auratmu.blogspot.com
BalasHapusmaju terus
BalasHapussetuju gan,memang di negara ini sekarang lagi ruwed.
BalasHapussekarang politik di indonesia bener bener udah edan,rakyat yang jadi korban politik busuknya.
BalasHapusartikel yang sangat bagus tuh gan.
BalasHapusyah semoga saja para pejabat negara pada sadar bahwa menerapkan politik busuk itu dosa besar.
BalasHapusyg namanya 'politik' dimana2 kotor,busuk ! berbohong dibalik kebohongan.....dunia politik dunianya hura2 para binatang [ost.iwan fals]
BalasHapus