Secara Geografis, suku melayu mendiami semananjung Malaya, Pulau Sumatera serta beberapa gugusan pulau yang berada di Selat Malaka. Beberapa abad yang lalu, suku melayu pernah berjaya membentuk sebuah negeri yang besar, kerajaan yang disegani di zamannya. Sebut saja kerajaan Sriwijaya (Palembang), kerajaan Malaka (Malaysia), Kerajaan Johor (Malaysia), Kerajaan Lingga (Kepulauan Riau), Kerajaan Pattani (Pattani - Thailand) dan Kerajaan Siak (Riau).
Identitas kemelayuan mempunyai ciri khas yang tidak bisa di pisahkan dengan identitas keislaman. Maklum, kepulauan Sumatera dan Malaya adalah pintu gerbang pusat perdagangan di Asia Tenggara di masa lalu, yang menghubungkan antara Cina dan India, Cina dan Timur Tengah melalui rute perjalanan laut. Jadi tidak heran jika perkembangan Islam lebih awal jika dibandingkan dengan daerah-daeral lain di nusantara.
Kerajaan pertama yang terbentuk dan Berjaya karena rute perdangan setelah masuk Islam di Nusantara adalah Kerajaan Malaka. Karena serangan Portugis pada tahun 1511, sehingga Kerajaan Melayu Malaka hancur, dan pusat Kerajaan Melayu berpindah Ke Johor (Malaysia). Hanya berselang beberapa tahun, Kerajaan Johor pecah karena perebutan kekuasaan, hingga terbentuk Kerajaan baru di Kerajaan Melayu Lingga (Kepulauan Riau), dan Kerajaan Siak (Riau). Kita akan memusatkan pembicaraan seputar perkembangan Kerajaan Melayu Lingga, yang merupakan pusat kebudayaan melayu yang terbesar dan masih tersisa hingga kini.
Kerajaan Melayu Lingga terletak di Kepulauan Riau, tepatnya di Pulau Penyengat. Pulau ini adalah sebuah pulau kecil yang terletak sekitar 5 menit perjalanan laut dari pelabuhan Tanjung Pinang. Jika anda dari Batam, anda harus keluar melalui pelabuhan Punggur Batam, naik speed boat yang harganya relatif murah (Rp 40.000,-) untuk sekali jalan, dengan lama perjalanan sekitar 1 jam menuju Pelabuhan Tanjung Pinang, dari situ anda sudah bisa melihat Pulau Penyengat secara langsung berada didepan mata. Tinggal naik perahu nelayan yang banyak disewakan dengan harga Rp 5.000,- perorang menuju Pulau Penyengat.
Lebar pulau Penyengat tidak terlalu luas. Di sini, anda tidak akan mendapatkan mobil, karena memang lebar pulau sangat kecil. Jalanan bagus terbuat dari semen yang bisa dilewati oleh kendaraan bermotor, yang menghubungkan setiap situs-situs sejarah yang ada dipulau tersebut. Jika berjalan kaki anda bisa tempuh sekitar satu jam, anda sudah bisa mengelilingi pulau ini. Atau anda bisa mengelilingi pulau dengan naik ojek, yang harganya relatif murah untuk mengunjungi situs-situs bersejarah pusat peninggalan Kerajaan Melayu.
Apa yang ada di Pulau Penyengat? Pulau penyengat sangat indah. Karena struktur alamnya yang dikelilingi laut dan strategis, sehingga tidak heran jika Pusat Kerajaan Melayu Lingga berada disini, karena pertimbangan keamanan dimasa itu. Disini anda dapat menyaksikan secara langsung bangunan-bangunan peninggalan yang masih berdiri kokoh, baik itu Istana Kerajaan, benteng petahanan, beberapa meriam yang berhadapan langsung dengan laut, mesjid kerajaan yang masih di pakai hingga sekarang, serta beberapa bangunan lainnya yang harus anda kunjungi, seperti makam raja-raja Penyengat, situs kebudayaan melayu dan lain-lain. Mesjid kerajaan terletak pas di depan dermaga, seakan-akan dia yang akan menyambut kedatangan anda. Mesjid ini strukturnya sangat kokoh, dengan lebar semua dindingnya setebal sekitar 30 cm. konon menurut sejarah, mesjid ini terbuat dari kuning telur sebagai perekat (maklum pada saat itu belum ada semen). Mesjid inilah, salah satu bangunan yang masih terpakai hingga sekarang.
Tapi sayang, bangunan-bangunan yang menyimpan beribu sejarah perkembangan kebudayaan melayu kelihatan tidak terurus. Beberapa bangunan dibiarkan ditumbuhi rumput menjalar dan hancur begitu saja. Bahkan beberapa situs bangunan tinggal puing-puing saja. Ada yang roboh dimakan usia, tidak ada usaha perbaikan dari pihak terkait. Tetapi walaupun begitu, anda akan melihat keperkasaan dan kemegahan Kebudayaan Melayu Lingga pada situs-situs yang masih berdiri kokoh, seperti Istana, benteng pertahanan, tempat tinggal kaum bangsawan, meriam, kuburan raja-raja, mesjid dan lain-lain.
Mungkin anda juga sering mendengar, “melayu negeri seribu pantun”. Memang melayu identik dengan pantun. Jika anda mempunyai waktu, anda bisa melihat dan mempelajari lebih dalam sumber-sumber pantun secara langsung. Dari sejarah, kita tidak bisa melepaskan satu nama besar yang memelopori perkembangan kebudayaan melayu terkenal ke Nusantara, dunia, hingga ke Timur Tengah saat itu, bahkan kebudayaan baik bangunan dan syair-syair pantun masih bisa dilihat dan terdengar hingga sekarang. Nama iu adalah Raja Ali Haji. Raja Ali Haji, merupakan keturunan bangsawan asal Bugis. Dia merupakan seorang raja, dan juga budayawan. Hasil karyanya yang monumental hingga saat ini masih bisa dinikmati adalah “Gurindam Dua belas” dan Pengenalan Aksara Jawi (tulisan arab melayu). Gurindam Dua Belas adalah syair-syair pantun yang berisikan nasihat-nasihat yang kental dengan nuansa Islami. Anda bisa membaca Gurindam Dua Belas diperpustakaan-perpustakaan yang ada. Aksara Jawi (Tulisan Arab Melayu) adalah hasil karyanya yang masih bertahan hingga sekarang dan masih diajarkan sebagai muatan lokal di sekolah-sekolah di Riau Daratan dan Kepulauan Riau. Aksara ini menggunakan aksara arab yang di ubah sedemikian rupa hingga bisa membunyikan huruf sesuai dengan bahasa melayu, karena aksara jawi ini berbahasa melayu. Selintas kita akan melihat tulisan ini adalah tulisan arab, tapi bahasa yang dipakai adalah bahasa melayu. Sehingga syarat untuk bisa membacanya adalah mengetahui aksara arab dan menguasai bahasa melayu. Gurindam Dua Belas yang aslipun menggunakan aksara jawi ini.
Sungguh sangat disayangkan, pusat dan peninggalan Kebudayaan Melayu seakan hilang dan ditelan zaman. Jangankan mengembangkan, menjaganyapun seakan kita tidak sanggup. Akankah dia hilang terkubur waktu. Syair-syair pantun yang syarat dengan hikmah keteladanan, kebijaksanaan, pendidikan dan lain-lain seakan sebuah barang yang asing bagi kita.
Kejayaan masa lalu, merupakan sumber inspirasi mengejar kejayaan yang diimpikan…~~~
Identitas kemelayuan mempunyai ciri khas yang tidak bisa di pisahkan dengan identitas keislaman. Maklum, kepulauan Sumatera dan Malaya adalah pintu gerbang pusat perdagangan di Asia Tenggara di masa lalu, yang menghubungkan antara Cina dan India, Cina dan Timur Tengah melalui rute perjalanan laut. Jadi tidak heran jika perkembangan Islam lebih awal jika dibandingkan dengan daerah-daeral lain di nusantara.
Kerajaan pertama yang terbentuk dan Berjaya karena rute perdangan setelah masuk Islam di Nusantara adalah Kerajaan Malaka. Karena serangan Portugis pada tahun 1511, sehingga Kerajaan Melayu Malaka hancur, dan pusat Kerajaan Melayu berpindah Ke Johor (Malaysia). Hanya berselang beberapa tahun, Kerajaan Johor pecah karena perebutan kekuasaan, hingga terbentuk Kerajaan baru di Kerajaan Melayu Lingga (Kepulauan Riau), dan Kerajaan Siak (Riau). Kita akan memusatkan pembicaraan seputar perkembangan Kerajaan Melayu Lingga, yang merupakan pusat kebudayaan melayu yang terbesar dan masih tersisa hingga kini.
Kerajaan Melayu Lingga terletak di Kepulauan Riau, tepatnya di Pulau Penyengat. Pulau ini adalah sebuah pulau kecil yang terletak sekitar 5 menit perjalanan laut dari pelabuhan Tanjung Pinang. Jika anda dari Batam, anda harus keluar melalui pelabuhan Punggur Batam, naik speed boat yang harganya relatif murah (Rp 40.000,-) untuk sekali jalan, dengan lama perjalanan sekitar 1 jam menuju Pelabuhan Tanjung Pinang, dari situ anda sudah bisa melihat Pulau Penyengat secara langsung berada didepan mata. Tinggal naik perahu nelayan yang banyak disewakan dengan harga Rp 5.000,- perorang menuju Pulau Penyengat.
Lebar pulau Penyengat tidak terlalu luas. Di sini, anda tidak akan mendapatkan mobil, karena memang lebar pulau sangat kecil. Jalanan bagus terbuat dari semen yang bisa dilewati oleh kendaraan bermotor, yang menghubungkan setiap situs-situs sejarah yang ada dipulau tersebut. Jika berjalan kaki anda bisa tempuh sekitar satu jam, anda sudah bisa mengelilingi pulau ini. Atau anda bisa mengelilingi pulau dengan naik ojek, yang harganya relatif murah untuk mengunjungi situs-situs bersejarah pusat peninggalan Kerajaan Melayu.
Apa yang ada di Pulau Penyengat? Pulau penyengat sangat indah. Karena struktur alamnya yang dikelilingi laut dan strategis, sehingga tidak heran jika Pusat Kerajaan Melayu Lingga berada disini, karena pertimbangan keamanan dimasa itu. Disini anda dapat menyaksikan secara langsung bangunan-bangunan peninggalan yang masih berdiri kokoh, baik itu Istana Kerajaan, benteng petahanan, beberapa meriam yang berhadapan langsung dengan laut, mesjid kerajaan yang masih di pakai hingga sekarang, serta beberapa bangunan lainnya yang harus anda kunjungi, seperti makam raja-raja Penyengat, situs kebudayaan melayu dan lain-lain. Mesjid kerajaan terletak pas di depan dermaga, seakan-akan dia yang akan menyambut kedatangan anda. Mesjid ini strukturnya sangat kokoh, dengan lebar semua dindingnya setebal sekitar 30 cm. konon menurut sejarah, mesjid ini terbuat dari kuning telur sebagai perekat (maklum pada saat itu belum ada semen). Mesjid inilah, salah satu bangunan yang masih terpakai hingga sekarang.
Tapi sayang, bangunan-bangunan yang menyimpan beribu sejarah perkembangan kebudayaan melayu kelihatan tidak terurus. Beberapa bangunan dibiarkan ditumbuhi rumput menjalar dan hancur begitu saja. Bahkan beberapa situs bangunan tinggal puing-puing saja. Ada yang roboh dimakan usia, tidak ada usaha perbaikan dari pihak terkait. Tetapi walaupun begitu, anda akan melihat keperkasaan dan kemegahan Kebudayaan Melayu Lingga pada situs-situs yang masih berdiri kokoh, seperti Istana, benteng pertahanan, tempat tinggal kaum bangsawan, meriam, kuburan raja-raja, mesjid dan lain-lain.
Mungkin anda juga sering mendengar, “melayu negeri seribu pantun”. Memang melayu identik dengan pantun. Jika anda mempunyai waktu, anda bisa melihat dan mempelajari lebih dalam sumber-sumber pantun secara langsung. Dari sejarah, kita tidak bisa melepaskan satu nama besar yang memelopori perkembangan kebudayaan melayu terkenal ke Nusantara, dunia, hingga ke Timur Tengah saat itu, bahkan kebudayaan baik bangunan dan syair-syair pantun masih bisa dilihat dan terdengar hingga sekarang. Nama iu adalah Raja Ali Haji. Raja Ali Haji, merupakan keturunan bangsawan asal Bugis. Dia merupakan seorang raja, dan juga budayawan. Hasil karyanya yang monumental hingga saat ini masih bisa dinikmati adalah “Gurindam Dua belas” dan Pengenalan Aksara Jawi (tulisan arab melayu). Gurindam Dua Belas adalah syair-syair pantun yang berisikan nasihat-nasihat yang kental dengan nuansa Islami. Anda bisa membaca Gurindam Dua Belas diperpustakaan-perpustakaan yang ada. Aksara Jawi (Tulisan Arab Melayu) adalah hasil karyanya yang masih bertahan hingga sekarang dan masih diajarkan sebagai muatan lokal di sekolah-sekolah di Riau Daratan dan Kepulauan Riau. Aksara ini menggunakan aksara arab yang di ubah sedemikian rupa hingga bisa membunyikan huruf sesuai dengan bahasa melayu, karena aksara jawi ini berbahasa melayu. Selintas kita akan melihat tulisan ini adalah tulisan arab, tapi bahasa yang dipakai adalah bahasa melayu. Sehingga syarat untuk bisa membacanya adalah mengetahui aksara arab dan menguasai bahasa melayu. Gurindam Dua Belas yang aslipun menggunakan aksara jawi ini.
Sungguh sangat disayangkan, pusat dan peninggalan Kebudayaan Melayu seakan hilang dan ditelan zaman. Jangankan mengembangkan, menjaganyapun seakan kita tidak sanggup. Akankah dia hilang terkubur waktu. Syair-syair pantun yang syarat dengan hikmah keteladanan, kebijaksanaan, pendidikan dan lain-lain seakan sebuah barang yang asing bagi kita.
Kejayaan masa lalu, merupakan sumber inspirasi mengejar kejayaan yang diimpikan…~~~
Tags
T..Jelajah