Marhaban ya Ramadhan…, tamu yang mulia membesuk kembali. Semoga kita dapat menjadi tuan rumah yang baik. Tamu yang memberikan berkah lahir dan batin. Ramadhan adalah bulan yang syumul, bulan mulia penuh berkah dan kebaikan. Dari sisi kesehatan, bulan ini dapat menjadi terapi. Kita sering mendengar, berpuasalah, niscaya kamu sehat. Tapi sisi kesehatan yang biasa di ulas selama ini hanya sisi kesehatan fisik saja. Tahukah anda, bahwa berpuasa juga dapat menyehatkan jiwa kita?
Berpuasa adalah menahan diri makan dan hawa nafsu. Dari sini saja, kita sudah tahu, bahwa puasa adalah sebuah terapi, terapi untuk kesehatan lahir dan batin, fisik dan psikis. Bagaimana puasa bisa bermamfaat sebagai media terapi?
Puasa Membentuk Respon Tingkah laku yang Tepat
Tubuh kita adalah ibarat moster yang rakus, mau enaknya saja. Bisa dibayangkan jika, seluruh keinginan kita harus dipenuhi, hasilnya adalah kehancuran, merugikan diri sendiri maupun orang lain. Dengan berpuasa, kita akan membiasakan jiwa kita, bagaimana sebuah tingkah laku akan kita munculkan pada situasinya yang tepat. Ini adalah sebuah latihan bagaimana respon tingkah laku kita terhadap stimulus-stimulus yang datang diseleksi dan memberikan respon yang tepat sesuai dengan tempat dan waktu yang tepat pula. Jika seseorang sedang marah kepada anda, anda tidak langsung juga marah kepadanya, tetapi menahan dulu (kan puasa…) dan berpikir mengapa dia marah. Proses berpikir ini adalah proses dalam pembentukan respon tingkah laku yang tepat.
Biasanya, tingkah laku abnormal muncul karena kurangnya kita memproses stimulus yang datang atau kata lainnya “kurang pertimbangan”. Respon yang kita munculkan adalah respon tingkah laku refleks. Padahal, kita tahu bahwa tingkahlaku refleks, tidak bisa dijelaskan system kerjanya secara rasional. Bisa jadi tingkah laku yang dimunculkan adalah tingkah laku primiitif (kehewanan). Jika ada yang memukul anda, jangan langsung balas memukul, boleh jadi orang orang memukul anda adalah pertanda sayang, tetapi jika refleks anda jalan (langsung memukul) respon yang anda berikan sudah jelas salah, karena anda memukul dengan rasa benci. Tingkah laku yang sehat adalah tingkah laku yang yang sesuai antara stimulus dan respon.
Dengan berpuasa, kita akan melatih diri kita, bagaimana sebuah stimulus dari lingkungan, diproses terlebih dahulu kemudian memunculkan respon tingkah laku. Menahan sebuah stimulus adalah sebuah proses yang membutuhkan waktu dan kesabaran. Karena boleh jadi stimulus itu menyakitkan atau terlalu menggoda. Sungguh berat…
Puasa sebagai Regulasi Tungkah Laku
Regulasi, atau perbaikan atau renovasi tingkah laku. Mungkin selama ini kita berbuat tanpa memperhatikan dan berpikir bagaimana dampak perilaku kita. Seperti yang dijelaskan di atas, bahwa mungkin kita selama ini, selalu reaktif/refleks, sehingga tingkah laku kita selalu abnormal. Dengan berpuasa, tingkah laku kita diarahkan, sehingga akan membentuk tingkah laku yang bisa diterima, baik itu sesuai dengan Agama, adat atau norma kesusilaan.
Sebenarnya, tingkahlaku yang sudah mengalami regulasi, bisa dimunculkan recara refleks, tapi membutuhkan waktu untuk menundukkan tingkahlaku yang merusak. Perlu latihan. Kata Freud, ada dua arah tingkah laku manusia, yaitu eros (kehidupan), dan thanathos (kematian). Arah tingkah laku manusia ini adalah sebuah insting, artinya semua manusia mempunyai insting mati atau hidup. Jika insting mati jarang atau tidak pernah kita munculkan, otomatis insting hidup akan mendominasi. Jika insting hidup sudah mendominasi, artinya respon tingkahlaku refleks kita adalah kebaikan.
Kesimpulannya adalah, bahwa puasa dapat mengubah tingkahlaku. Puasa melatih kita bagaimana menerima stimulus, memproses dan memberikan reaksi berupa tingkah laku. Puasa adalah terapi bagi siapa saja. Jika anda jahat selama ini, puasa akan memperbaiki tingkah laku anda dengan menahan stimulus yang datang, memproses, dan kemudian memberikan respon, hasilnya adalah tingkah laku normal. Jika anda adalah orang ‘alim, puasa sebagai regulasi, untuk memperkuat insting hidup tetap mendomasi tingkahlaku.
Semua orang dapat berubah dengan puasa….~~~
Berpuasa adalah menahan diri makan dan hawa nafsu. Dari sini saja, kita sudah tahu, bahwa puasa adalah sebuah terapi, terapi untuk kesehatan lahir dan batin, fisik dan psikis. Bagaimana puasa bisa bermamfaat sebagai media terapi?
Puasa Membentuk Respon Tingkah laku yang Tepat
Tubuh kita adalah ibarat moster yang rakus, mau enaknya saja. Bisa dibayangkan jika, seluruh keinginan kita harus dipenuhi, hasilnya adalah kehancuran, merugikan diri sendiri maupun orang lain. Dengan berpuasa, kita akan membiasakan jiwa kita, bagaimana sebuah tingkah laku akan kita munculkan pada situasinya yang tepat. Ini adalah sebuah latihan bagaimana respon tingkah laku kita terhadap stimulus-stimulus yang datang diseleksi dan memberikan respon yang tepat sesuai dengan tempat dan waktu yang tepat pula. Jika seseorang sedang marah kepada anda, anda tidak langsung juga marah kepadanya, tetapi menahan dulu (kan puasa…) dan berpikir mengapa dia marah. Proses berpikir ini adalah proses dalam pembentukan respon tingkah laku yang tepat.
Biasanya, tingkah laku abnormal muncul karena kurangnya kita memproses stimulus yang datang atau kata lainnya “kurang pertimbangan”. Respon yang kita munculkan adalah respon tingkah laku refleks. Padahal, kita tahu bahwa tingkahlaku refleks, tidak bisa dijelaskan system kerjanya secara rasional. Bisa jadi tingkah laku yang dimunculkan adalah tingkah laku primiitif (kehewanan). Jika ada yang memukul anda, jangan langsung balas memukul, boleh jadi orang orang memukul anda adalah pertanda sayang, tetapi jika refleks anda jalan (langsung memukul) respon yang anda berikan sudah jelas salah, karena anda memukul dengan rasa benci. Tingkah laku yang sehat adalah tingkah laku yang yang sesuai antara stimulus dan respon.
Dengan berpuasa, kita akan melatih diri kita, bagaimana sebuah stimulus dari lingkungan, diproses terlebih dahulu kemudian memunculkan respon tingkah laku. Menahan sebuah stimulus adalah sebuah proses yang membutuhkan waktu dan kesabaran. Karena boleh jadi stimulus itu menyakitkan atau terlalu menggoda. Sungguh berat…
Puasa sebagai Regulasi Tungkah Laku
Regulasi, atau perbaikan atau renovasi tingkah laku. Mungkin selama ini kita berbuat tanpa memperhatikan dan berpikir bagaimana dampak perilaku kita. Seperti yang dijelaskan di atas, bahwa mungkin kita selama ini, selalu reaktif/refleks, sehingga tingkah laku kita selalu abnormal. Dengan berpuasa, tingkah laku kita diarahkan, sehingga akan membentuk tingkah laku yang bisa diterima, baik itu sesuai dengan Agama, adat atau norma kesusilaan.
Sebenarnya, tingkahlaku yang sudah mengalami regulasi, bisa dimunculkan recara refleks, tapi membutuhkan waktu untuk menundukkan tingkahlaku yang merusak. Perlu latihan. Kata Freud, ada dua arah tingkah laku manusia, yaitu eros (kehidupan), dan thanathos (kematian). Arah tingkah laku manusia ini adalah sebuah insting, artinya semua manusia mempunyai insting mati atau hidup. Jika insting mati jarang atau tidak pernah kita munculkan, otomatis insting hidup akan mendominasi. Jika insting hidup sudah mendominasi, artinya respon tingkahlaku refleks kita adalah kebaikan.
Kesimpulannya adalah, bahwa puasa dapat mengubah tingkahlaku. Puasa melatih kita bagaimana menerima stimulus, memproses dan memberikan reaksi berupa tingkah laku. Puasa adalah terapi bagi siapa saja. Jika anda jahat selama ini, puasa akan memperbaiki tingkah laku anda dengan menahan stimulus yang datang, memproses, dan kemudian memberikan respon, hasilnya adalah tingkah laku normal. Jika anda adalah orang ‘alim, puasa sebagai regulasi, untuk memperkuat insting hidup tetap mendomasi tingkahlaku.
Semua orang dapat berubah dengan puasa….~~~
setuju, setuju! emang puasa akan membuat jiwa akan lebih tenang karena semakin dekat dengan tuhan dan sebagai buktinya puasa akan membuat tubuh lebih sehat, tidak ada orang yang sakit krn puasa sebulan penuh
BalasHapus