Ketika menghadapi pasangannya yang tidak setia, apakah terdapat perbedaan kecemburuan antara yang dihayati wanita dan pria? Beberapa data memperlihatkan bahwa wanita dan pria memiliki focus yang berbeda terhadap ketidaksetiaan tersebut. Wanita lebih berfokus pada aspek emosional sedangkan pria lebih berfokus pada aspek seksual. Menurut perspektif evolusioner, perbedaan tersebut muncul karena perbedaan peran antara kedua jenis kelamin. Namun aliran social dan budaya memberikan dasar penjelasan alternative yang berbeda.
Karya Charles Darwin yang luar biasa mengenai evolusi secara langsung berpengaruh terhadap para pelopor psikologi kepribadian, termasuk Pavlop, Freud, Watson, dan Eysensck. Sejak awal, teori evolusioner telah memberikan implikasi ang jelas dan dramatis untuk memahami perbedaan wanita dan pria dan relasi pria-wanita. Hal ini disebebkan karena keberhasilan perkawinan secara jelas merupakan hal yang sentral bagi keberhasilan reproduksi (menybarluaskan gen-gennya). Meskipun konsep evolusioner telah beralih kelatar belakang seiring berkembangnya psikologi kepribadian selama sepuluh abad, belakangan ini minat terhadap topic-topik tersebut bangkit kembali.
David Buss dan para koleganya secara langsung berfokus pada perbedaan pria-wanita dalam hal kecemburuan (Buss dkk, 1992). Pria (dan hewan mamalia jantan lainnya) menghadapi persoalan evolusioner yang menyangkut tidak adanya kepastian paternitas, artinya, pria tidak dapat yakin 100 persen bahwa anak pasangannya adalah anaknya sendiri. Seorang pria yang isterinya tidak setia, meluangkan usaha dan sumber daya (waktu, uang dan proteksi) namun tidak memperoleh imbalan genetic yang diakibatkan oleh ketidaksetiaan pasangannya tersebut. Maka argument pun tersu berlangsung, dan pria yang mudah mengembangkan tingkat kecemburuan social yang tinggi, mudah menjadi berang ketika mendengar berita pasangannya mungkin terlibat secara seksual dengan pria lain. Disisi lain, wanita tidak yakin dengan maternitasnya, namun menghadapi resiko yang berbeda. Wanita menghadapi resiko dan ancaman dengan keturunannya seandainya pasangannya meninggalkan dirinya dan beralih kewanita lain. Demikian argument terus berlangsung, dan wanita yang mengembangkan tingkat kecemburua yang tinggi, mudah memiliki kecemasan dalam hal kelekatan emosional.
Buss dan para koleganya telah mengumpulkan sejumlah data yang mengesankan, yang mendukung prediksi bahwa pria lebih tertekan karena berpikir bahwa pasangannya mungkin menikmati relasi seksual yang bergairah dengan pria lain.; sementara wanita lebih tertekan karena pasangannya jatuh cinta secara mendalam dengan wanita lain. Meskipun demikian, ada banyak pendapat dan studi yang relevan yang gagal memberikan konfirmasi mengenai sudut pandang tersebut.
Salah satu masalah yang diyakini oleh kebanyakan di antara kita, adalah bahwa bahkan sebelum ada data sama sekali, pria dan wanita secara jelas memiliki orientasi yang berbeda terhadap cinta dan seks. Kiranya bukan berita lagi bawah rata-rata pria yang berusia 20 tahun relative lebih banyak berpikir megenai seks; sedangkan rata-rata wanita yang berusia 20 tahun lebih banyak yang berpikir mengenai perkawinan. Pertanyaannya adalah, mengapa ini terjadi? Beberapa studi gagal memberikan konfirmasi terhadap penejelasan-penjelasan yang dihipotesiskan, dan menemukan fakta dasar saja, seperti fakta bahwa pria lebh bereaksi terhadap bayangan seksual dibandingkan bayangan emosional, bahkan ketika factor ketidaksetiaan dilibatkan (Harris, 2000). Peneliti lain menemukan bahwa pria dan wanita memiliki pemahaman dan interpretasi yang berbeda mengenai pengertian bercumbu dengan pasangannya, dibandingkan dengan perbedaan kecemburuan biologis yang sudah berkembang (DeSteno & Salovey, 1996).
Dengan perpektif lain, banyak psikolog yang menyatakan bahwa teori-teori sosiobudaya memberikan alternative terhadap penjelasan psikologi evolusioner mengenai perbedaan pria-wanita dalam hal kecemburua (juga dalam banyak domain lain). (Wood & Eagly, 2000). Sehubungan dengan ini, benarkah beberapa perbedaan kepribadian antara pria dan wanita secara langsung berkembang dari isu-isu mengenai ketidaksetiaan pasangannya versus kehilangan sumber daya pasangannya? Sebagaimana telah kita lihat, kebanyakan perilaku manusia, khususnya yang berkaitan dengan hal-hal yang menyangkut kecemburuan seksual, merupakan hal yang kompleks; oleh karena itulah kebutuhan akan adanya pendekatan dari berbagai perspektif perlu dipikirkan secara cermat.
Sumber: Kepribadian, Teor Klasik dan Riset Modern, Edisi ketiga, Jilid 2 (Howard S. Friedman & Miriam W. Schustack….edisi terjemahan: Erlangga:2006)
Tags
Psikologi Gender