Jika mendengar kata KKN, kita langsung teringat dengan tikus-tikus busuk di luar sana. Orang yang tidak punya hati, yang sebenarnya mayat hidup yang terbungkus dengan jas dan dasi yang luar biasa mahal. Yang menukar kehidupan akhirat dengan kehidupan duniawi. Yang menganggap kehidupan mereka akan kekal selamanya di Dunia.
Tapi jangan dulu, KKN yang kami maksud disini adalah Kuliah Kerja Nyata. Yang oleh Universitas, sudah berganti nama menjadi KUKERTA. Tapi akronim ini tidak sepopuler dengan KKN, sehingga tahun ini diganti namanya lagi dengan KKN tapi dengan cara baca yang berbeda “K dua N”, sama aja, yang beda hanya nama, kata pepatah apalah arti sebuah nama. Tapi maaf, bagi kami, nama itulah adalah segalanya, nama adalah identitas kami yang “agung”.
Jika ditanya secara pribadi, suka nama yang mana, KUKERTA, KKN, atau K 2 N? Saya akan jawab tetap nama KKN. Kenapa? Karena kita sudah kemalingan, ngalah lagi, sungguh tidak berarti hidup kita. Mempertahankan identitas adalah sebuah kehormatan, dan seorang muslim wajib menjaga kehormatan. Janganlah mau mengalah dengan perampok-perampok ulung diluar sana (maaf tidak disebutkan namanya, karena jangan sampai Bapak, atau keluarga Bapak namanya tercantum didalam, kan tidak enak). Biarlah mereka yang ganti nama. Nama yang saya sarankan “Musuh dalam kolor”. Kenapa? Karena kalau musuh dalam selimut, biasanya musuhnya tidak kita ketahui, tatapi musuh dalam kolor, musuhnya jelas, hanya kita takut menyebutnya musuh, karena berbagai alasan yang bersifat pribadi.
Terkhusus lagi dengan KKN di Kabupaten Natuna, pulau yang indah yang berada dibagian utara Indonesia, khususnya dilaut Cina Selatan, yang kata mantan Bupati Natuna Daeng Kusnadi, Natuna adalah Hawaii kedua buat Amerika. Dilihat dari segi geografis, daerah Natuna memang cocok untuk daerah pertahanan, karena letaknya yang sangat strategis. Pulau ini kaya akan sumber daya alam, baik laut maupun migas yang belum terolah dengan baik.
Tahu tidak saudara bahwa APBD Kabupaten Natuna periode tahun ini melebihi APBD Provinsinya sendiri Provinsi Kepulauan Riau? Jika saudara berkunjung ke Natuna, saudara akan melihat sendiri bagaimana kehidupan masyarakat Natuna akhir-akhir ini, walaupun dengan jumlah APBD yang sebesar itu. Saya sempat terkesima melihat gedung Bupati yang berada di atas bukit, sungguh sangat mewah (fotonya bisa dilihat dibawah). Mesjid Agung, sungguh sangat agung dengan kemewahannya, tapi sangat miskin dengan jemaahnya yang hanya beberapa orang. Jika saudara perhatikan sisi kanan atau kiri, depan belakang mesjid, bisa diprediksi 2 tahun lagi mesjid itu akan dikelilingi oleh semak belukar (tidak terawat). Apa yang bisa diambil kesimpulan dari sana bahwa, sosiologis masyarakat Natuna belum siap menerima gedung-gedung sebesar itu. Seharusnya yang dibangun terlebih dahulu adalah Sumber Daya Manusianya. Ini hanya dua contoh bangunan fisik aja. Jika anda berkeliling Natuna, anda akan melihat beberapa gedung yang dibangung pemerintah kabupaten yang sudah menjadi sarang nyamuk, hancur sebelum terpakai. Gedung-gedung yang dibangun hanya untuk menghabiskan dana proyek dari APBD yang luar biasa besar.
Satu kabar lagu saudara, jika saya berbicara ini di Natuna, maka saya langsung di “……”. Dan jika saya yang berbicara ini orang Natuna atau mahasiswa Natuna, maka saya langsung di “Diskualifikasi/dicap”. Mahasiswa Natuna adalah mahasiswa yang paling penakut dengan pemerintahnya yang “korup”. Akhir-akhir ini terjadi kegemparan mahasiswa Natuna, setelah keluar pengumuman “Pemerintah tidak Menerima Tenaga Honorer selama Lima Tahun Mendatang”. Sebagian besar mahasiswa Natuna pusing tujuh keliling? Apa yang salah dengan system pendidikan yang ada di Natuna, dengan menghasilkan pola pikir yang demikian terhadap generasi barunya?
Sudah menjadi rahasia umum, bagaimana pelaku korupsi beraksi di Natuna. Sebut aja Pak Daeng yang sudah bergelar “terda’wa” dan dipindahkan dari istananya di natuna ke Istana yang lebih “terhormat”. Dan menurut beberapa pejabat sendiri di Natuna (tidak etis disebutkan nama), jika KPK betul-betul bekerja serius di Natuna, maka hampir seluruh pejabat itu akan di Pindahkan ke “Istana yang baru” yang saya rasa lebih pantas untuk mereka. Tapi itu hanyalah anggapan orang-orang Natuna sendiri, perlu pembuktian secara hukum.
Walaupun saya bukan “orang awak” (istilah untuk orang-orang Natuna/Putra Daerah), tapi kita bersama adalah sama-sama anak negeri ini yang Kita Cintai, Indonesia. Saya turut prihatin akan sakitnya yang diderita Natuna. Saya hanya bisa mendiagnosis penyakit dan mengatakannya kepada orang-orang, dan yang bisa mengobati atau obat yang paling ampuh adalah generasi Muda Natuna sendiri. Jangan menjadi Mahasiwa yang mandul dan pragmatis. Bisa dibayangkan, jika kondisi ini berlanjut, sakit kronis bisa membuat lumpuh dan “the End”. Generasi muda adalah harapan baru, mahasiswa adalah pelopor.
Perubahan terletak di pundak pemuda. Memang diakui perubahaan membutuhkan perjuangan, dan perjuangan membutuhkan pengorbanan, yang entah apa yang akan kita korbankan demi perubahan itu, bahkan akan meminta nyawa sekalipun. Allah bersama orang-orang yang berjuang di jalannya. “Katakanlah yang Haq itu Haq dan yang Bathil itu Bathil”
Suadaraku, generasi muda Natuna, salam mahasiswa, bangkitlah!!!
Foto-foto ini aku persembahkan buat teman-temanku KKN UIN Angkatan Ke-XXXIX tahun 2010, yang mengambil tempat di Natuna sebagai KKN Mandiri. Mereka ditempatkan ditiga tempat, yaitu Desa Pulau Tiga dan Desa Sabang Mawang Barat Kecamatan Pulau Tiga, dan Desa Limau Manis Kecamatan Bunguran Timur Laut.
Terkhsus teman-teman posko Limau manis (M. Sykron K, Muhammad Ardi, Muhammad Khairin, Ari Mahajana Putra, Erwandi, Raja Muhammad Agus Sutrisno, Affan, Raini, Puji Astutik, Irhayani) terimah kasih kami ucapkan sebesar-besarnya atas kerja sama kita selama sekitar dua bulan. Disini saya mohon maaf jika terdapat salah dan khilaf dalam pergaulan, dan ucapan saya selama itu. Teman-teman adalah orang-orang yang luar bisa yang pernah saya kenal, jangan pernah berhenti berjuang
“Perubahan adalah suatu keniscayaan”
Tags
Yaaa...Foto - Foto