Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa: "warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus" (Pasal 5; ayat 4). Di samping itu juga dikatakan bahwa "setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya" (pasal 12; ayat 1b). Hal ini merupakan berita yang menggembirakan bagi warga negara yang memiliki bakat khusus dan tingkat kecerdasan yang istimewa untuk mendapat pelayanan pendidikan sebaik-baiknya. Anak berbakat adalah anak yang memiliki kecerdasan atau kelebihan yang luar biasa jika dibandingkan dengan anak-anak seusianya.
DEFINISI
ANAK BERBAKAT
Anak
berbakat adalah mereka yang memiliki kemampuan-kemampuan yang unggul dan mampu
memberikan prestasi yang tinggi. Anak berbakat memerlukan pelayanan pendidikan
khusus untuk membantu mereka mencapai prestasi sesuai dengan bakat-bakat mereka
yang unggul. Bakat” (aptitude) pada umumnya diartikan sebagai kemampuan bawaan,
sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud.
Berbeda dengan bakat, “kemampuan” merupakan daya untuk melakukan suatu tindakan
sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Kemampuan menunjukkan bahwa suatu
tindakan (performance) dapat dilakukan sekarang. Sedangkan bakat memerlukan
latihan dan pendidikan agar suatu tindakan dapat dilakukan dimasa yang akan
datang. Bakat dan kemampuan menentukan “prestasi” seseorang. Jadi prestasi
itulah yang merupakan perwujudan dari bakat dan kemampuan.
CIRI-CIRI
ANAK BERBAKAT
Ciri-ciri anak berbakat menurut Martinson (1974) adalah sebagai berikut:
- Gemar membaca pada usia lebih muda
- Membaca lebih cepat dan lebih banyak
- Memiliki perbendaharaan kata yang luas
- Mempunyai rasa ingin tahu yang kuat
- Mempunyai minat yang luas, juga terhadap masalah “dewasa”
- Mempunyai inisiatif, dapat bekerja sendiri
- Menunjukkan keaslian (orisinalitas) dalam ungkapan verbal
- Memberi jawaban-jawaban yang baik
- Dapat memberikan banyak gagasan
- Luwes dalam berpikir
- Terbuka terhadap rangsangan-rangsangan dari lingkungan
- Mempunyai pengamatan yang tajam
- Dapat berkonsentrasi untuk jangka waktu panjang, terutama terhadap tugas atau bidang yang diminati
- Berpikir kritis, juga terhadap diri sendiri
- Senang mencoba hal-hal baru
- Mempunyai daya abstraksi, konseptualisasi, dan sintesis yang tinggi
- Senang terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan masalah
- Cepat menangkap hubungan-hubungan (sebab akibat)
- Berperilaku terarah kepada tujuan
- Mempunyai daya imajinasi yang kuat
- Mempunyai banyak kegemaran (hobi)
- Mempunyai daya ingat yang kuat
- Tidak cepat puas dengan prestasinya
- Peka (sensitif) dan menggunakan firasat (intuisi)
- Menginginkan kebebasan dalam gerakan dan tindakan.
Anak-anak berbakat biasanya ditandai pula dengan:
- Kemampuan inteligensi umum yang sangat tinggi; biasanya ditunjukkan dengan perolehan tes inteligensi yang sangat tinggi, misal IQ diatas 120.
- Bakat istimewa dalam bidang tertentu; misalnya bidang bahasa, matematika, seni, dan lain-lain. Hal ini biasanya ditunjukkan dengan prestasi istimewa dalam bidang-bidang tersebut.
- Kreativitas yang tinggi dalam berpikir; yaitu kemampuan untuk menemukan ide-ide baru.
- Kemampuan memimpin yang menonjol; yaitu kemampuan untuk mengarahkan dan mempengaruhi orang lain untuk bertindak sesuai dengan harapan kelompok.
- Prestas-prestasi istimewa dalam bidang seni atau bidang lain; misalnya dalam seni musik, drama, tari, lukis, dan lain-lain.
TANDA-TANDA
UMUM ANAK BERBAKAT
Sejak
usia dini sudah dapat dilihat kemungkinan ada atau tidaknya bakat tertentu dari
anak. Sebagai contoh: “anak yang baru berumur dua tahun tetapi lebih suka
memilih alat-alat mainan untuk anak berumur 6-7 tahun; atau anak usia tiga
tahun tetapi sudah mampu membaca buku-buku yang diperuntukkan bagi anak usia 7-8
tahun. Mereka akan sangat senang jika mendapat pelayanan seperti yang mereka
harapkan.”
Anak
yang memiliki bakat istimewa sering kali memiliki tahap perkembangan yang tidak
serentak. Ia dapat hidup dalam berbagai usia perkembangan, misalnya: anak
berusia tiga tahun, jika sedang bermain ia terlihat seperti anak seusianya,
tetapi jika sedang membaca ia menampilkan sikap seperti anak berusia 10 tahun,
jika mengerjakan soal matematika ia seperti anak berusia 12 tahun, dan jika
berbicara seperti anak berusia lima tahun.
Yang
perlu dipahami adalah bahwa anak berbakat umumnya tidak hanya belajar lebih
cepat, tetapi juga sering menggunakan cara yang berbeda dari teman-teman
seusianya. Hal ini tidak jarang membuat guru di sekolah mengalami kewalahan,
bahkan sering merasa terganggu dengan anak-anak seperti itu. Di samping itu
anak berbakat istimewa biasanya memiliki kemampuan menerima informasi dalam
jumlah yang besar sekaligus. Jika ia hanya mendapat sedikit informasi maka ia
akan cepat menjadi "kehausan" akan informasi.
Di
kelas Taman Kanak-Kanak atau Sekolah Dasar. Anak-anak berbakat sering tidak
menunjukkan prestasi yang menonjol. Sebaliknya justru menunjukkan perilaku yang
kurang menyenangkan, misalnya: tulsiannya tidak teratur, mudah bosan dengan
cara guru mengajar, terlalu cepat menyelesaikan tugas tetapi kurang teliti, dan
sebagainya. Yang menjadi minat dan perhatiannya kadang-kadang justru hal-hal
yang tidak diajarkan di kelas. Tulisan anak berbakat sering kurang teratur
karena ada perbedaan perkembangan antara perkembangan kognitif (pemahaman,
pikiran) dan perkembangan motorik, dalam hal ini gerakan tangan dan jari untuk
menulis. Perkembangan pikirannya jauh lebih cepat daripada perkembangan
motoriknya. Demikian juga seringkali ada perbedaan antara perkembangan kognitif
dan perkembangan bahasanya, sehingga dia menjadi berbicara agak gagap karena
pikirannya lebih cepat daripada alat-alat bicara di mulutnya. Tapi itu tidak
terjadi pada semua anak berbakat, hanya beberapa dari mereka saja.
TUJUAN
DARI PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT
Tujuan
pendidikan anak berbakat adalah agar mereka menguasai sistem konseptual yang
penting sesuai dengan kemampuannya, memiliki keterampilan yang menjadikannya
mandiri dan kreatif, serta mengembangkan kesenangan dan kegairahan belajar
untuk berprestasi.
KEBUTUHAN
DAN PELAYANAN BAGI ANAK BERBAKAT
Kebutuhan
pendidikan anak berbakat ditinjau dari kepentingan anak berbakat itu sendiri,
yaitu yang berhubungan dengan pengembangan potensinya yang hebat. Untuk
mewujudkan potensi yang hebat itu, anak berbakat membutuhkan peluang untuk
mencapai aktualisasi potensi yang dimilikinya melalui penggunaan fungsi otak,
peluang untuk berinteraksi, dan pengembangan kreativitas dan motivasi internal
untuk belajar berprestasi. Dari segi kepentingan masyarakat, anak berbakat
membutuhkan kepedulian, pengakomodasian, perwujudan lingkungan yang kaya dengan
pengalaman, dan kesempatan anak berbakat untuk berlatih secara nyata.
Selanjutnya
dalam menentukan jenis layanan bagi anak berbakat perlu memperhatikan beberapa komponen.
Komponen persiapan penentunan jenis layanan seperti: Mengidentifikasi anak
berbakat merupakan hal yang tidak mudah, karena banyak anak berbakat yang tidak
menampakkan keberbakatannya dan tidak dipupuk. Untuk mengidentifikasi anak
berbakat, perlu menentukan alasan atau sebab mencari mereka sehingga dapat
menentukan alat indentifikasi yang sesuai dengan kebutuhan tersebut. Misalnya:
jika memilih kelompok Matematika, maka pendekatannya harus mengarah pada
penelusuran bakat matematika.
Selanjutnya
komponen alternatif implementasi layanan meliputi: ciri khas layanan, strategi
pembelajaran dan evaluasi. Hal-hal yang diperhatikan dalam ciri khas layanan
adalah adaptasi lingkungan belajar seperti usaha pengorganisasian tempat
belajar (sekolah unggulan, kelas khusus, guru konsultan, ruang sumber, dll).
Selain itu ada adaptasi program seperti: usaha pengayaan, percepatan,
pencanggihan, dan pembaharuan program, serta modifikasi kurikulum (kurikulum
plus, dan berdiferensiasi).
Berkaitan
dengan strategi pembelajaran bahwa strtategi pembelajaran yang dipilih harus
dapat mengembangkan kemampuan intetelektual dan non intelektual serta dapat
mendorong cara belajar anak berbakat. Karena itu anak berbakat membutuhkan
model layanan khusus seperti bidang kognitif-afektif, moral, nilai,
kreativitas, dan bidang-bidang khusus. Evaluasi pembelajaran anak berbakat
menekankan pada pengukuran dengan acuan kriteria dan pengukuran acuan norma.
Pemberian
program khusus untuk pendidikan anak berbakat ini dibuat karena anak-anak berbakat
mempunyai kebutuhan pendidikan khusus. Anak-anak ini telah menguasai banyak
konsep ketika mereka ditempatkan di satu kelas tertentu, sehingga sebagian
besar waktu sekolah mereka akan terbuang percuma. Mereka mempunyai kebutuhan
yang sama dengan siswa-siswa lainnya, yaitu kesempatan yang konsisten untuk
belajar bahan baru dan untuk mengembangkan perilaku yang memungkinkan mereka
mengatasi tantangan dan perjuangan dalam belajar sesuatu yang baru. Akan sangat
sulit bagi anak-anak berbakat ini memenuhi kebutuhan tersebut bila mereka
ditempatkan dalam kelas yang heterogen.(Winebrenner & Devlin, 1996).
Anak berbakat adalah anak yang memiliki kemampuan dan minat yang berbeda dari kebanyakan anak-anak sebayanya, maka agak sulit jika anak berbakat dimasukkan pada sekolah tradisional, bercampur dengan anak-anak lainnya. Di kelas-kelas seperti itu anak-anak berbakat akan mendapatkan dua kerugian, yaitu: (1) anak berbakat akan frustrasi karena tidak mendapat pelayanan yang dibutuhkan, (2) guru dan teman-teman kelasnya akan bisa sangat terganggu oleh perilaku anak berbakat tadi.
Beberapa
pelayanan yang dapat diberikan pada anak berbakat adalah:
Menyelenggarakan
program akselerasi khusus untuk anak-anak berbakat.
Program akselerasi ini yaitu dengan cara "lompat kelas", artinya,
anak dari Taman Kanak-Kanak misalnya tidak harus melalui kelas I Sekolah Dasar,
tetapi langsung ke kelas II, atau bahkan ke kelas III Sekolah Dasar. Demikian
juga dari kelas III Sekolah Dasar bisa saja langsung ke kelas V jika memang
anaknya sudah matang untuk menempuhnya. Jadi program akselerasi dapat dilakukan
untuk seluruh mata pelajaran (akselerasi kelas atau akselerasi untuk beberapa
mata pelajaran saja). Dalam program akselerasi untuk seluruh mata pelajaran
berarti anak tidak perlu menempuh kelas secara berturutan, tetapi dapat
melompati kelas tertentu, misalnya anak kelas I Sekolah Dasar langsung naik ke
kelas III. Dapat juga program akselerasi hanya diberlakukan untuk mata
pelajaran yang luar biasa saja. Misalnya saja anak kelas I Sekolah Dasar yang
berbakat istimewa dalam bidang matematika, maka ia diperkenankan menempuh
pelajaran matematika di kelas III, tetapi pelajaran lain tetap di kelas I.
Demikian juga kalau ada anak kelas II Sekolah Dasar yang sangat maju dalam
bidang bahasa Inggris, ia boleh mengikuti pelajaran bahasa Inggris di kelas V
atau VI.
Home-schooling
(pendidikan non formal di luar sekolah). Cara lain yang dapat
ditempuh selain model akselerasi adalah memberikan pendidikan tambahan di rumah
atau di luar sekolah, yang sering disebut home-schooling. Dalam home-schooling
orang tua atau tenaga ahli yang ditunjuk bisa membuat program khusus yang
sesuai dengan bakat istimewa anak yang bersangkutan. Pada suatu ketika jika
anak sudah siap kembali ke sekolah, maka ia bisa saja dikembalikan ke sekolah
pada kelas tertentu yang cocok dengan tingkat perkembangannya.
Menyelenggarakan
kelas-kelas tradisional dengan pendekatan individual. Dalam
model ini biasanya jumlah anak per kelas harus sangat terbatas sehingga
perhatian guru terhadap perbedaan individual masih bisa cukup memadai, misalnya
maksimum 20 anak. Masing-masing anak didorong untuk belajar menurut ritmenya
masing-masing. Anak yang sudah sangat maju diberi tugas dan materi yang lebih
banyak dan lebih mendalam daripada anak lainnya; sebaliknya anak yang agak
lamban diberi materi dan tugas yang sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Demikian pula guru harus siap dengan berbagai bahan yang mungkin akan dipilih
oleh anak untuk dipelajari. Guru dalam hal ini menjadi sangat sibuk dengan memberikan
perhatian individual kepada anak yang berbeda-beda tingkat perkembangan dan
ritme belajarnya.
Membangun
kelas khusus untuk anak berbakat. Dalam hal ini anak-anak yang
memiliki bakat/kemampuan yang kurang lebih sama dikumpulkan dan diberi pendidikan
khusus yang berbeda dari kelas-kelas tradisional bagi anak-anak seusianya.
Kelas seperti ini pun harus merupakan kelas kecil di mana pendekatan individual
lebih diutamakan daripada pendekatan klasikal. Kelas khusus anak berbakat harus
memiliki kurikulum khusus yang dirancang tersendiri sesuai dengan kebutuhan
anak-anak berbakat. Sistem evaluasi dan pembelajarannyapun harus dibuat yang
sesuai dengan kebutuhan mereka.
Kemampuan
dasar atau bakat yang luar biasa yang dimiliki seorang anak memerlukan serangkaian
perangsangan (stimulasi) yang sistematis, terencana dan terjadwal agar apa yang
dimiliki, menjadi actual dan berfungsi sebaik-baiknya. Membiarkan seorang anak
berkembang sesuai dengan azas kematangan saja akan menyebabkan perkembangan
menjadi tidak sempurna dan bakat-bakat yang luar biasa yang sebenarnya
mempunyai potensi untuk bisa diperkembangkan menjadi tidak berfungsi.
Tanpa
pendidikan khusus yang meliputi pengasuhan yang baik, pembinaan yang terencana
dan perangsangan yang tepat, mustahil seorang anak akan bisa begitu saja
mengembangkan bakat-bakatnya yang baik dan mencapai prestasi yang luar biasa.
Tanpa pendidikan khusus, bakat-bakat yang dimiliki akan terpendam (latent) atau
hanya muncul begitu saja dan tidak berfungsi optimal.
Faktor
yang perlu diperhatikan agar mencapai hasil yang diharapkan yakni:
Faktor
yang ada pada anak itu sendiri, yaitu perlunya mengenal anak.
Mengenal dalam arti mengetahui semua ciri khusus yang ada pada anak secara
obyektif.
Faktor
kurikulum yang meliputi:
Isi
dan cara pelaksanaan yang disesuaikan dengan keadaan anak (child centered).
Kurikulum pada pendidikan khusus tidak terlepas dari kurikulum dasar yang
diberikan untuk anak lain. Kurikulum khusus diarahkan agar
perangsangan-perangsangan yang diberikan mempunyai pengaruh untuk menambah atau
memperkaya program dan tidak semata-mata untuk mempercepat berfungsinya sesuatu
bakat luar biasa yang dimiliki. Isi kurikulum harus mengarah pada perkembangan
kemampuan anak yang berorientasi inovatif dan tidak reproduktif serta
berorientasi untuk mencapai sesuatu yang tidak hanya sekedar memunculkan apa
yang dimiliki tanpa dilatih menjadi kreatif. Hal lain yang penting adalah
tersedianya faktor lingkungan yang berfungsi menunjang. Tujuan institusional
dan instruksional serta isi kurikulum yang disusun secara khusus bagi anak
berbakat membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai.
Guru
yang melaksanakan tugas-tugas kurikuler yang telah digariskan mempunyai peranan
yang penting agar apa yang akan diajarkan bisa merangsang perkembangan seluruh
potensi yang dimiliki serta berhasil melatih setiap aspek yang berkembang
memperlihatkan fungsi-fungsi kreatif dan produktif.
Mengenai
pelaksanaan pendidikan khusus untuk anak berbakat pada umumnya dikelompokkan
dalam tiga bentuk:
“Pemerkayaan” yaitu
pembinaan bakat dengan penyediaan kesempatan dan fasilitas belajar tambahan
yang bersifat pendalaman kepada anak berbakat setelah yang bersangkutan
menyelesaikan tugas-tugas yang diprogramkan untuk anak pada umumnya
(independent study, projects, dan sebagainya).
“Percepatan” yaitu
cara penanganan anak berbakat dengan memperbolehkan anak naik kelas secara
melompat, atau menyelesaikan program reguler di dalam jangka waktu yang lebih
singkat. Variasi bentuk-bentuk percepatan adalah antara lain early admission,
advanced placement, advanced courses.
“Pengelompokan
Khusus” dilakukan secara penuh atau sebagian, yaitu
bila sejumlah anak berbakat dikumpulkan dan diberi kesempatan untuk secara
khusus memperoleh pengalaman belajar yang sesuai dengan potensinya.
Selain
bentuk-bentuk pembinaan tersebut di atas, ada pula cara-cara pembinaan yang
lebih bersifat informal, misalnya dengan pemberian kesempatan meninjau
lembaga-lembaga penelitian-pengembangan yang relevan, atau pengadaan
perlombaan-perlombaan.
Penyiapan
Guru Untuk Anak Berbakat
Kualifikasi
guru untuk anak berbakat dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
Kualifikasi
profesi; Persyaratan profesional / pendidikan antara
lain meliputi: Sudah berpengalaman mengajar, Menguasai berbagai teknik dan model
belajar mengajar, bijaksana dan kreatif mencari berbagai akal dan cara,
mempunyai kemampuan mengelola kegiatan belajar secara individual dan kelompok,
menguasai teknik dan model penilaian, mempunyai kegemaran membaca dan belajar.
Kualifikasi
kepribadian, Persyaratan kepribadian antara lain: bersikap
terbuka terhadap hal-hal baru, peka terhadap perkembangan anak, mempunyai
pertimbangan luas dan dalam, penuh pengertian, mempunyai sikap toleransi,
mempunyai kreativitas yang tinggi, bersikap ingin tahu.
Kualifikasi
hubungan social; persyaratan hubungan sosial antara lain:
dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, mudah bergaul dan mampu memahami
dengan cepat tingkah laku orang lain (S.C.U. Munandar, 1981)
Implikasi bagi guru anak berbakat disimpulkan oleh Barbie dan Renzulli (1975) sebagai berikut:
- Guru perlu memahami diri sendiri, karena anak yang belajar tidak hanya dipengaruhi oleh apa yang dilakukan guru, tetapi juga bagaimana guru melakukannya.
- Guru perlu memiliki pengertian tentang keterbakatan
- Guru hendaknya mengusahakan suatu lingkungan belajar sesuai dengan perkembangan yang unggul dari kemampuan-kemampuan anak.
- Guru memberikan tantangan daripada tekanan
- Guru tidak hanya memperhatikan produk atau hasil belajar siswa, tetapi lebih-lebih proses belajar.
- Guru lebih baik memberikan umpan balik daripada penilaian
- Guru harus menyediakan beberapa alternatif strategi belajar
- Guru hendaknya dapat menciptakan suasana di dalam kelas yang menunjang rasa harga diri anak serta dimana anak merasa aman dan berani mengambil resiko dalam menentukan pendapat dan keputusan.
Peran
Orang Tua Dalam Memupuk Bakat Dan Kreativitas Anak
Orang
tua yang bijaksana dapat membedakan antara memberi perhatian terlalu banyak
atau terlalu sedikit, antara memberi kesempatan kepada anak untuk mengembangkan
bakat dan minatnya dan memberi tekanan untuk berprestasi semaksimal mungkin.
Ada beberapa hal yang memudahkan orang tua agar lebih mantap dalam menghadapi dan membina anak berbakat (Ginsberg dan Harrison, 1977; Vernon, 1977) diantaranya adalah:
- Anak berbakat itu tetap anak dengan kebutuhan seorang anak. Jika ada anak-anak lain dalam keluarga, janganlah membandingkan anak berbakat dengan kakak-adiknya atau sebaliknya.
- Sempatkan diri untuk mendengarkan dan menjawab pertanyaan-pertanyaannya
- Berilah kesempatan seluas-luasnya untuk memuaskan rasa ingin tahunnya dengan menjajaki macam-macam bidang, namun jangan memaksakan minat-minat tertentu.
- Berilah kesempatan jika anak ingin mendalami suatu bidang, karena belum tentu kesempatan itu ada di sekolah.
Kerjasama
Antara Keluarga, Sekolah Dan Masyarakat
Pendidikan
merupakan tanggung jawab bersama keluarga (orang tua), sekolah, dan masyarakat.
Keluarga dan sekolah dapat bersama-sama mengusahakan pelayanan pendidikan bagi
anak berbakat, misalnya dalam memandu dan memupuk minat anak. Tokoh-tokoh dalam
masyarakat dapat menjadi “tutor” untuk anak berbakat yang mempunyai minat yang
sama.
PERGAULAN
ANAK BERBAKAT
Anak
berbakat akan lebih suka bergaul dengan anak-anak yang lebih tua dari segi
usia, khususnya mereka yang memiliki keunggulan dalam bidang yang diminati.
Misalnya saja ada anak kelas II Sekolah Dasar yang sangat suka bermain catur
dengan orang-orang dewasa, karena jika ia bermain dengan teman sebayanya
rasanya kurang berimbang. Dalam hal ini para orang tua dan guru harus
memakluminya dan membiarkannya sejauh itu tidak merugikan perkembangan yang
lain.
Di
dalam keluarga, orangtua mencarikan teman yang cocok bagi anak-anak berbakat
sehingga ia tidak merasa kesepian dalam hidupnya. Jika ia tidak mendapat teman
yang cocok, maka tidak jarang orang tua dan keluarga, menjadi teman pergaulan
mereka. Umumnya anak berbakat lebih suka bertanya jawab hal-hal yang mendalam
daripada hal-hal yang kecil dan remeh. Kesanggupan orang tua dan keluarga untuk
bergaul dengan anak berbakat akan sangat membantu perkembangan dirinya.
FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI TERWUJUDNYA BAKAT SESEORANG
Banyak faktor-faktor yang menentukan sejauh mana bakat seseorang dapat terwujud.
- Keadaan lingkungan seseorang, seperti: kesempatan, sarana dan prasarana yang tersedia, sejauh mana dukungan dan dorongan orang tua, taraf sosial ekonomi orang tua, tempat tinggal, di daerah perkotaan atau di pedesaan, dan sebagainya.
- Keadaan dari diri orang itu sendiri, seperti minatnya terhadap suatu bidang, keinginannya untuk berprestasi, dan keuletannya untuk mengatasi kesulitan atau rintangan yang mungkin timbul.
- Tingkat kecerdasannya (intelegensi). kecerdasan ditentukan baik oleh bakat bawaan (berdasarkan gen yang diturunkan dari orang tuanya) maupun oleh faktor lingkungan (termasuk semua pengalaman dan pendidikan yang pernah diperoleh seseorang; terutama tahun-tahun pertama dari kehidupan mempunyai dampak terhadap kecerdasan seseorang).
PELAYANAN
ANAK BERBAKAT INTELEKTUAL DI MASA YANG AKAN DATANG
Menurut Sidi (2004), model layanan pendidikan lain perlu dikembangkan oleh pemerintah guna memfasilitasi berbagai macam bidang keberbakatan, seperti:
- Akselerasi Bidang Studi: akselerasi untuk satu mata pelajaran yang menonjol dan sangat dikuasai siswa
- Mentorship: melayani berapa pun jumlah siswa yang mampu mengikuti akselerasi, meskipun hanya satu siswa, harus tetap dilayani dengan metode mentorship atau self paced instruction.
- Sistem Kredit: menggunakan pelayanan akselerasi dengan sistem kredit.
- Pengayaan Materi pada Mata Pelajaran Tertentu: (full out program) untuk mata pelajaran atau pada hari tertentu saja sehingga anak bisa tetap bersama dalam kelas dengan anak-anak lainnya.
- Kelas Super Saturday: pelayanan belajar di mana pengayaan materi dilakukan setiap hari sabtu dalam berbagai bidang di luar mata pelajaran sekolah, seperti astronomi, psikologi, kelautan dsb. Kerja sama dengan pihak dari berbagai disiplin dapat membantu memfasilitasi berbagai jenis keberbakatan.
- Pendirian Pusat Keberbakatan: untuk mewadahi dan memberikan pelayanan terhadap anak berbakat kesenian, kebudayaan, olah raga dan lain-lain.
- Sertifikasi bagi Guru Pengajar Gifted: sertifikasi ini penting untuk menjaga kualitas layanan pendidikan anak berbakat dan guru harus dipacu untuk terus belajar, bahkan sampai gelar strata 3 (Doktor).
Tantangan
Pelayanan Pendidikan Anak Berbakat di Masa Depan
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan sebagai tantangan pelayanan pendidikan anak berbakat di masa depan (Sidi, 2004) antara lain adalah:
- Dukungan finansial di Indonesia yang belum memadai sehingga sangat diperlukan sumber dana baik dari luar negeri maupun dari APBN.
- Perlunya pengembangan organisasi pemerintah yang mewadahi masalah keberbakatan di Indonesia. Contohnya, menjadikan masalah keberbakatan menjadi salah satu tugas pokok dan fungsi direktorat jenderal sehingga ada direktorat yang membawahi masalah seleksi, pelatihan, kurikulum, program dan personalia.
Strategi Pengembangan di Masa yang Akan Datang
- Strategi pengembangan pelayanan pendidikan anak berbakat (Sidi, 2004) meliputi hal-hal berikut:
- Penyediaan, pengadaan dan peningkatan kemampuan SDM yang berkualitas.
- Proses pembelajaran yang berkualitas
- Adanya frekuensi penelitian yang cukup dan berkualitas
- Sosialisasi ke mancanegara (tingkat internasional).
DAFTAR
PUSTAKA
Didi
Tarsidi - Dosen Universitas Pendidikan Indonesia/Yayasan Mitra Netra (Jaringan
Mitra Netra @yahoo.com)
S.C.U.
Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, Jakarta: PT.
Gramedia Widiasarana Indonesia, 1992.
Prof. Dr.
Ir. Andi Hakim Nasution, dkk., Anak-Anak Berbakat Pembinaan dan Pendidikannya,
Jakarta: CV. Rajawali, 1982.