Asam asetil salisilat (Aspirin) merupakan agen anti trombosit yang telah
dievaluasi untuk pengobatan stroke iskemik akut. Aspirin bekerja dengan
menghambat enzim siklooksigenase yang berperanan penting pada metabolisme asam arakhidonat.
Hambatan pada enzim siklooksigenase ini terjadi pada sel trombosit maupun pada
dinding pembuluh darah sehingga pembentukan prostasiklin (PGI2) dan tromboksan
A2 akan terganggu. Mekanisme penghambatan enzim siklooksigenase oleh aspirin
terjadi secara asetilase.
Karena Asam asetil salisilat (Aspirin) menghambat pembentukan baik
prostasiklin maupun tromboksan A2, maka aspirin mempunyai dua macam efek yang
berlawanan terhadap agregasi trombosit. Tetapi karena siklooksigenase trombosit
lebih peka terhadap blokade aspirin dibandingkan siklooksigenase dinding pembuluh
darah, maka pemberian aspirin pada dosis rendah akan menghambat siklooksigenase
trombosit secara selektif sehingga menhambat pembentukan tromboksan A2 tetapi
tidak atau kurang menghambat siklooksigenase dinding pembuluh darah sehingga
prostasiklin akan tetap terbentuk. Dengan demikian pada dosis rendah aspirin
akan mempunyai efek antiagregrasi trombosit, sebaliknya pada dosis tinggi tidak
hanya menghambat pembentukan tromboksan A2 tetapi juga menghambat pembentukan
prostasiklin sehingga tidak mempunyai efek antiagregasi.
Oleh karena trombosit selama hidupnya mensinstesa sedikit protein, maka penghambatan
pada enzim siklooksigenase berlangsung selama trombosit itu hidup. Jadi satu
dosis tunggal terapeutik akan mengakibatkan kerusakan trombosit selama satu
minggu.
Selama beberapa dekade, terapi antiagregasi trombosit terfokus pada jalur
tromboksan, dan jalur ini dihambat oleh aspirin. Dosis yang sering digunakan
adalah 75-325 mg/hari, karena dosis ini dinilai cukup efektif dan mempunyai
efek samping perdarahan yang lebih kecil dibandingkan dosis yang lebih tinggi.
Dua uji klinis utama yang
meneliti manfaat dan risiko dari aspirin dalam penanganan stroke iskemik akut
yaitu:
- Studi dari International Stroke Trial (IST), pasien yang menerima aspirin (300 mg) dalam 48 jam pertama dari onset gejala stroke iskemik akut mengalami penurunan bermakna rekurensi stroke iskemik dalam 14 hari (2,8 versus 3,9%) dan dalam hasil akhir stroke nonfatal atau kematian (11,3 versus 12,4%).
- Studi dari Chinese Acute Stroke Trial (CAST) terhadap 21.100 pasien yang dirandomisasi dengan 160 mg aspirin perhari atau plasebo, juga dalam 48 jam dari onset stroke iskemik akut. Pasien-pasien yang diberikan aspirin mengalami penurunan 14% mortalitas pada 4 minggu (3,3 versus 3,9%).
Kedua studi di atas menggambarkan bahwa terapi aspirin pada stroke iskemik
akut menyebabkan penurunan 11 stroke nonfatal atau kematian per 1000 pasien
dalam minggu-minggu pertama tetapi menyebabkan 2 stroke hemoragik. Kemudian,
kira-kira 9 stroke nonfatal atau kematian dicegah untuk setiap 1000 pasien yang
diobati dini. Review Cochrane terhadap terapi anti trombosit untuk stroke
iskemik akut mencakup 9 penelitian terhadap 41.399 pasien. Para peninjau
resensi menyimpulkan bahwa terapi anti trombosit dengan aspirin, 160-300 mg yang
diberikan secara oral (atau per rektum pada pasien yang tidak dapat menelan
obat), dan dimulai dalam 48 jam dari onset stroke iskemik, menurunkan risiko
stroke iskemik rekuren tanpa risiko komplikasi hemoragik dan meningkatkan hasil
akhir jangka panjang.
Menurut rekomendasi American Heart Association/American Stroke Association
2011 bahwa aspirin dengan dosis 75 mg/hari hingga 325 mg/hari dapat digunakan
sebagai monoterapi dengan Level of evidence A, Class I. Untuk pasien stroke
iskemik yang sementara minum aspirin, tidak terdapat bukti bahwa meningkatkan dosis
aspirin memberikan manfaat tambahan.
Pada studi BB Weksler dkk (1985) yang menilai efek aspirin 40 mg terhadap
fungsi trombosit pada pasien-pasien iskemia serebral mendapatkan bahwa
agregrasi trombosit menunjukkan respon penuh terhadap stimuli arakidonat, ADP,
kolagen, epinefrin dan endoperoksidase. Rata-rata skor Universitas Sumatera
Utaraagregrasi trombosit adalah 15,6 ± 2,5 dan setelah diberikan aspirin 40 mg/hari
selama 7 hari, skor rata-rata turun menjadi 4,9 ± 1,1. Tidak ada perbedaan skor
agregrasi trombosit antara laki-laki dan perempuan pada garis dasar studi
dengan sesudah pemberian aspirin.
Satu studi yang membandingkan aspirin dosis 300 mg/hari dan 1000 mg/hari
pada pasien-pasien dengan iskemia cerebral. Hasil studi ini mengindikasikan
bahwa dosis tinggi aspirin memberikan lebih banyak efek samping daripada dosis
rendah. Tidak ada data yang menyakinkan bahwa dosis obat yang satu adalah lebih
atau kurang efektif dari yang lainnya.
Studi-studi yang ada menyokong penggunaan dosis aspirin sehari sebanyak
75-100 mg untuk pencegahan jangka panjang kejadian vaskular pada pasien yang
beresiko tinggi. Sedangkan pada kasus yang membutuhkan efek antitrombotik yang
segera (seperti pada sindroma koroner akut atau stroke iskemik akut) maka dosis
pembebanan adalah 160-200 mg harus diberikan pada saat diagnosis untuk menjamin
inhibisi yang cepat dan lengkap dari agregasi trombosit yang tergantung
tromboksan.
Aspirin jangka panjang setiap hari adalah bermanfaat dalam pencegahan
terhadap kejadian vaskular serius dari stroke iskemik, penurunan angka
rata-rata rekurensi dan meningkatkan survival. Efek antitrombosit dari aspirin
bermanfaat dalam menurunkan mikroagregrat trombosit dan vasokonstriksi yang
ditimbulkan oleh trombosit seperti tromboksan A2. Hal tersebut pada gilirannya
akan meningkatkan aliran darah ke mikrosirkulasi cerebral dan dengan demikian
akan menurunkan jejas iskemik.
Tags
Gizi dan Nutrisi