Teori
behaviorisme adalah salah satu teori yang berusaha menjelaskan fenomena alam
yang bersifat empiris, termasuk dalam perkembangan bahasa. Hingga akhir tahun
1960-an, proses pembelajaran bahasa masih banyak diwarnai oleh pandangan teori
pembelajaran bahasa secara umum. Setidak-tidaknya terdapat dua pandangan
mengenai pemerolehan bahasa kedua. Pertama, pemerolehan bahasa kedua yang
didasarkan pada bahasa yang dihasilkan oleh pembelajar. Yang kedua, pandangan
yang mencoba menguji proses pemerulehan bahasa kedua secara empiris. Kasus
pemerolehan bahasa menyangkut teori dan empiriknya, orang banyak menyoroti dua
teori yang saling bertentangan, yaitu teori behaviorisme dan teori mentalisme
(Tolla, 1990).
Teori
ini (behaviorisme) dipelopori oleh Skinner (1957). Teori ini lahir dari suatu
percobaan yang dilakukan oleh Skinner terhadap seekor tikus.ke dalam sangkar
yang di dalamnya diletakkan dua tongkat pengungkit. Di atas punggung sangkar
diletakkan dua buah mangkuk, yang satu berisi makanan dan lainnya berisi bedak
gatal. Jika tikus itu menginjak tongkat pengungkit yang pertama sepotong
makanan akan jatuh ke dalam sangkar itu. namun jika tikus itu menginjak tongkat
pengungkit yang kedua, maka bedak gatal akan tertumpah ke dalam sangkar
tersebut. Ternyata tikus mampu belajar dari pengalamannya setelah kedua tongkat
itu pernah diinjak. Tikus itu selalu menginjak tongkat pengungkit pertama,
karena dengan demikian ia akan mendapatkan makanan (Hamid, 1987).
Dari
hasil percobaan, Skinner memanipulasi pengalamannya ke dalam teori belajar
bahasa. Menurut Skinner tingkah laku bahasa dapat dilakukan dengan cara
penguatan. Penguatan itu terjadi melalui dua proses, yaitu stimuli dan respons.
Dengan demikian, yang paling penting adalah, mengulang-ulang stimuli dalam
bentuk respons. Oleh karenanya, teori ini dikenal dengan nama teori
behaviorisme (Tolla,1990).
Kaum penganut psikologi behavioris
menjelaskan tingkah laku dengan mengamati peranan respons. Perbedaan stimuli
ternyata menghasilkan perbedaan respons dari pembelajar bahasa atau belajar apa
saja. Respons itu dapat dalam bentuk acak atau teratur (Ellis,1986).
Kaum behaviorisme meyakini bahwa
respons akan menjadi penguatan dan dengan demikian telah menjadi kebiasaan,
yang menurut kaum behaviorisme mempunyai dua karakteristik, yaitu:
- Kebiasaan yang dapat diamati
- Kebiasaan yang telah berubah menjadi sesuatu yang otomatis (Ellis,1986)