Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa komunikasi
interpersonal dikatakan efektif apabila memenuhi tiga persyaratan utama, yaitu
pesan yang dapat diterima dan dipahami oleh komunikan sebagaimana dimaksud oleh
komunikator, ditindak-lanjuti dengan perbuatan secara sukarela, dan meningkatkan
kualitas hubungan antar pribadi.
Pengertian yang sama
terhadap makna pesan
Salah satu indikator yang dapat digunakan sebagai ukuran komunikasi
dikatakan efektif, adalah apabila makna pesan yang dikirim oleh komunikator
sama dengan makna pesan yang diterima oleh komunikan.
Pada tataran empiris, seringkali terjadi mis komunikasi yang
disebabkan oleh karena komunikan memahami makna pesan tidak sesuai dengan yang
dimaksudkan oleh komunikator.
Melaksanakan pesan
secara suka rela
Indikator komunikasi interpersonal yang efektif berikutnya adalah
bahwa komunikan menindak lanjuti pesan
tersebut dengan perbuatan dan dilakukan secara suka rela, tidak karena dipaksa.
Hal ini mengindikasikan bahwa dalam proses komunikasi interpersonal,
komunikator dan komunikan memiliki peluang untuk memperoleh keuntungan.
Komunikasi interpersonal yang baik dan berlangsung dalam kedudukan yang setara
(tidak superior-inferior) sangat diperlukan agar kedua belah pihak menceritakan
dan mengungkapkan isi pikirannya secara suka rela, jujur, tanpa merasa takut.
Komunikasi interpersonal yang efektif mampu mempengaruhi emosi pihak-pihak yang
terlibat dalam komunikasi itu kedalam suasana yang nyaman, harmonis, dan bukan
sebagai suasana yang tertekan. Dengan demikian seberapa baik seseorang
melakukan komunikasi dan interaksi antarpersona dengan orang lain, dapat
dilihat dari bagaian dia mampu mencapai tujuan komunikasi secara sehat dan
adil, bagaimana ia memberdayakan orang lain, dan bagaimana ia mampu menjaga
perasaan dan harga diri orang lain.
Meningkatkan
kualitas hubungan antarpribadi
Efektivitas dalam komunikasi interpersonal akan mendorong
terjadinya hubungan yang positif terhadap rekan, keluarga, dan kolega. Hal ini
disebabkan pihak-pihak yang saling berkomunikasi merasakan memperoleh manfaat
dari komunikasi itu, sehingga merasa perlu untuk memelihara hubungan
antarpribadi. Seringkali orang tidak menyadari pentingnya masalah interaksi
antarmanusia, karena sebagian orang beranggapan bahwa yang terpenting adalah
modal kekuasaan dan modal material. Kalau dua modal itu berada ditangan,
dikiranya segala urusan menjadi lancar dan berpihak kepadanya.
Padahal kecakapan dalam komunikasi interpersonal merupakan aset
yang penting dalam hubungan bermasyarakat. Banyak orang yang menjadi sukses
karena mereka memiliki hubungan yang sangat baik dengan orang lain. Mereka
menanamkan identitas yang positif kepada orang lain sehingga mereka memiliki image yang baik dimata masyarakat.
Dengan demikian, mereka memiliki kesempatan lebih untuk mendapatkan kepercayaan
dari orang lain dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki kemampuan
komunikasi interpersonal yang baik.
Menurut Suranto (2011) Komunikasi interpersonal dianggap efektif,
jika komunikan memahami pesan
komunikator dengan benar, dan memberikan respon sesuai dengan yang komunikator
inginkan.
Komunikasi interpersonal yang efektif
berfungsi:
- Membentuk dan menjaga hubungan baik antar individu
- Menyampaikan pengetahuan atau informasi
- Mengubah sikap dan perilaku
- Pemecahan masalah hubungan antar manusia
- Citra diri menjadi lebih baik
- Jalan menuju sukses.
Dalam semua aktivitas tersebut, esensi komunikasi interpersonal
yang berhasil adalah proses saling berbagi (sharing) informasi yang
menguntungkan kedua belah pihak.
Keefektifan komunikasi interpersonal dapat juga dijelaskan dari
perspektif The 5 Inevitable Laws of
Effective Communication (Lima Hukum Komunikasi Efektif) melalui ajimahendra.blogspot.com dalam Suranto
(2011:80). Lima hukum tersebut yaitu Respect,
Empathy, Audible, Clarity, dan Humble disingkat REACH yang berarti meraih. Hal ini relevan dengan prinsip
komunikasi interpersonal, yakni sebagai upaya bagaimana meraih perhatian,
pengakuan, cinta kasih, simpati, maupun respon positif dari orang lain.
Respect
Hukum pertama dalam mengembangkan
komunikasi interpersonal yang efektif adalah respect, ialah sikap menghargai setiap individu yang menjadi
sasaran pesan yang kita sampaikan. Rasa hormat dan saling menghargai merupakan
hukum yang pertama dalam kita berkomunikasi dengan orang lain. Ingatlah bahwa
pada prinsipnya manusia ingin dihargai dan dianggap penting. Jika kita bahkan
harus mengkritik atau memarahi seseorang, lakukan dengan penuh respek terhadap
harga diri dan kebanggaan seseorang. Jika kita membangun komunikasi dengan rasa
dan sikap saling menghargai dan menghormati, maka kita dapat membangun kerja
sama yang menghasilkan sinergi yang akan meningkatkan kualitas hubungan antar
manusia.
Empathy
Empathy (empati) adalah kemampuan kita
untuk menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang
lain. Salah satu prasyarat utama dalam memiliki sikap empati adalah kemampuan
kita untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dahulu sebelum didengarkan atau
dimengerti oleh orang lain. Komunikasi empatik dilakukan dengan memahami dan
mendengar orang lain terlebih dahulu, kita dapat membangun keterbukaan dan
kepercayaan yang kita perlukan dalam membangun kerjasama atau sinergi dengan
orang lain. Rasa empati akan meningkatkan kemampuan kita untuk dapat
menyampaikan pesan dengan cara dan sikap yang akan memudahkan penerima atau
komunikan menerimanya.
Oleh karena itu memahami perilaku
komunikan merupakan keharusan. Dengan memahami perilaku komunikan, maka kita
dapat empati dengan apa yang menjadi kebutuhan, keinginan, minat, harapan, dan
kesenangan dari komunikan. Jadi sebelum kita membangun komunikasi atau
mengirimkan pesan, kita perlu mengerti dan memahami dengan empati calon
penerima pesan kita. Sehingga nantinya pesan kita akan dapat tersampaikan tanpa
ada halangan psikologis atau penolakan dari penerima.
Audible
Makna dari audible antara lain : dapat didengarkan atau dimengerti dengan
baik. Jika empati berarti kita harus mendengar terlebih dahulu ataupun mampu
menerima umpan balik dengan baik, maka audible
berarti pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh penerima pesan.
Clarity
Selain bahwa pesan harus dapat dimengerti
dengan baik, maka hukum keempat yang terkait dengan itu adalah kejelasan dari
pesan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai
penafsiran yang berlainan. Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan
transparansi. Dalam berkomunikasi interpersonal kita perlu mengembangkan sikap
terbuka (tidak ada yang ditutup-tutupi atau disembunyikan), sehingga dapat
menimbulkan rasa percaya (trust) dari penerima pesan.
Humble
Hukum kelima dalam membangun komunikasi
interpersonal yang efektif adalah sikap rendah hati. Sikap ini merupakan unsur
yang terkait dengan hukum pertama untuk membangun rasa menghargai orang lain,
biasanya didasari oleh sikap rendh hati yang kita miliki. Sikap rendah hati
pada intinya antara lain : sikap melayani, sikap menghargai, mau mendengar, dan
menerima kritik, tidak sombong, dan memandang rendah orang lain, berani
mengakui keslalahan, rela memaafkan, lemah lembut, dan penuh pengendalian diri,
serta mengutamakan kepentingan yang lebih besar.
Jika komunikasi yang kita bangun
didasarkan pada lima hukum pokok komunikasi yang efektif ini, maka kita dapat
menjadi seorang komunikator yang handal, dapat menyampaikan pesan dengan cara
yang sesuai dengan keadaan komunikan. Komunikasi interpersonal yang tidak
mempertimbangkan keadaan komunikan, akan menghasilkan komunikasi yang arogan,
satu arah, dan seringkali menjengkelkan orang lain.
Menurut Devito (2011), mengemukakan lima
sikap positif yang perlu dipertimbangkan ketika seseorang merencanakan
komunikasi interpersonal. Lima sikap positif tersebut, meliputi:
Keterbukaan (openness)
Keterbukaan ialah sikap dapat menerima
masukan dari orang lain, serta berkenan menyampaikan informasi penting kepada
orang lain. Hal ini tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan
semua riwayat hidupnya, tetapi rela membuka diri ketika orang lain menginginkan
informasi yang diketahuinya. Dengan kata lain, keterbukaan ialah kesediaan
untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan
pengungkapan informasi ini tidak bertentangan dengan asas kepatutan. Sikap
keterbukaan ditandai dengan adanya kejujuran dalam merespon segala stimuli
komunikasi. Tidak berkata bohong, dan tidak menyembunyikan informasi yang
sebenarnya. Dalam proses komunikasi interpersonal, keterbukaan menjadi salah
satu sikap yang positif. Hal ini disebabkan, dengan keterbukaan, maka
komunikasi interpersonal akan berlangsung secara adil, transparan, dua arah,
dan dapat diterima oleh semua pihak yang berkomunikasi.
Empati (empathy)
Empati ialah kemampuan seseorang untuk
merasakan kalau seandainya menjadi orang lain, dapat memahami sesuatu yang
sedang dialami orang lain, dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain, dan
dapat memahami sesuatu persoalan dari sudut pandang orang lain, melalui
kacamata orang lain.
Orang yang berempati mampu memahami
motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan
dan keinginan mereka. Ambil contoh...
Dengan demikian empati akan menjadi
filter agar kita tidak mudah menyalahkan orang lain. Namun kita biasakan untuk
dapat memahami esensi setiap keadaan tidak semata-mata berdasarkan cara pandang
kita sendiri, melainkan juga menggunakan sudut pandang orang lain. Hakikat
empati adalah:
- Usaha masing-masing pihak untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain;
- Dapat memahami pendapat, sikap dan perilaku orang lain.
Sikap mendukung (supportiveness)
Hubungan interpersonal yang efektif
adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung (supportiveness). Artinya
masing-masing pihak yang berkomunikasi memiliki komitmen untuk mendukung
terselenggaranya interaksi secara terbuka. Oleh karena itu respon yang relevan
adalah respon yang bersifat spontan dan lugas, bukan respon yang bertahan dan
berkelit. Pemaparan gagasan bersifat deskriptif naratif, bukan bersifat
evaluatif. Sedangkan pola pengambilan keputusan bersifat akomodatif, bukan
intervensi yang disebabkan rasa percaya diri yang berlebihan.
Sikap positif (positiveness)
Sikap positif (positiveness) ditunjukkan
dalam bentuk sikap dan perilaku. Dalam bentuk sikap, maksudnya adalah bahwa
pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi interpersonal harus memiliki
perasaan dan pikiran positif, bukan prasangka dan curiga. Dalam bentuk
perilaku, artinya bahwa tindakan yang dipilih adalah yang relevan dengan tujuan
komunikasi interpersonal, yaitu secara nyata melakukan aktivitas untuk
terjalinnya kerjasama. Misalnya secara nyata membantu partner komunikasi untuk
memahami pesan komunikasi, yaitu kita memberikan penjelasan yang memadai sesuai
dengan karakteristik mereka.
Sikap positif dapat ditunjukkan dengan
berbagai macam perilaku dan sikap, antara lain:
- Menghargai orang lain
- Berpikiran positif terhadap orang lain
- Tidak menaruh curiga secara berlebihan
- Meyakini pentingnya orang laine.
- Memberikan pujian dan penghargaan
- Komitmen menjalin kerjasama
Kesetaraan (equality)
Kesetaraan (equality) ialah pengakuan bahwa kedua belah pihak
memiliki kepentingan, kedua belah pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan
saling memerlukan. Memang secara alamiah ketika dua orang berkomunikasi secara
interpersonal, tidak pernah tercapai suatu situasi yang menunjukkan kesetraan
atau kesamaan secara utuh diantara keduanya. Pastilah yang satu lebih kaya,
lebih pintar, lebih muda, lebih berpengalaman, dan sebagainya. Namun kesetaraan
yang dimaksud disini adalah berupa pengakuan atau kesadaran, serta kerelaan
untuk menempatkan diri setara (tidak ada yang superior atau inferior) dengan
partner komunikasi.
Dengan demikian dapat dikemukakan indikator kesetaraan, meliputi:
- Menempatkan diri setara dengan orang lain
- Menyadari akan adanya kepentingan yang berbeda
- Mengakui pentingnya kehadiran orag lain
- Tidak memaksakan kehendak
- Komunikasi dua arah
- Saling memerlukan
- Suasana komunikasi: akrab dan nyaman
Tags
Komunikasi