Pengetian peran gender menurut Myers
(1996), adalah set tingkah laku yang diharapkan (berupa norma) untuk pria dan
wanita. Menurut Baron & Byrne (2004), gender merujuk pada segala sesutau
yang berhubungan dengan jenis kelamin individu, termasuk atribut, tingkah laku,
karakteristik kepribadian dan harapan yang berhubungan dengan jenis kelamin biologis
seseorang dalam budaya yang berlaku. Selajan dengan itu Bem (1981), mendefinisikan
gender merupakan karakteristik kepribadian, seseorang yang dipengaruhi oleh
peran gender yang dimilikinya dan dikelompokkan menjadi klasifikasi yaitu maskulin, feminin,
androgini dan undifferentiated. Konsep gender dan peran gender merupakan dua
konsep yang berbeda, gender merupakan istilah biologis, orang-orang dilihat
sebagai pria atau wanita tergantung dari organ-organ dan gen-gen jenis kelamin
mereka.
Sebaliknya menurut Basow (1992), peran
gender merupakan istilah psikologis dan kultural, diartikan sebagai perasaan
subjektif seseorang mengenai ke-pria-an (maleness) atau kewanitaan
(femaleness). Brigham (1986) lebih menekankan terhadap konsep stereotipe di
dalam membahas mengenai peran gender, dan menyebutkan bahwa peran gender merupakan
karakteristik status, yang dapat digunakan untuk mendukung diskriminasi sama
seperti yang digunakan untuk mendukung diskriminasi sama seperti yang digunakan
terhadap status-status yang lain seperti ras, kepercayaan, dan usia.
Sementara peran gender sebagai sebuah karakteristik
memiliki determinan lingkungan yang kuat dan berkaitan dengan dimensi maskulin
versus feminine (Stewart & Lykes dalam Saks dan Krupat, 1998). Ketika
berbicara mengenai gender, beberapa konsep berikut ini turut terlibat di
dalamnya:
- Gender role (peran gender), merupakan definisi atau preskripsi yang berakar pada kultur terhadap tingkah laku pria atau wanita.
- Gender identity (identitas gender), yaitu bagaimana seseorang mempersepsi dirinya sendiri dengan memperhatikan jenis kelamin dan peran gender.
- Serta sex role ideology (ideologi peran-jenis kelamin), termasuk di antaranya stereotipe-stereotipe gender, sikap pemerintah dalam kaitan antara kedua jenis kelamin dan status-status relatifnya (Segall, Dasen, Berry, & Poortinga, 1990). Kepentingan di dalam membedakan antara jenis kelamin dan peran gender berangkat dari pentingnya untuk membedakan antara aspek-aspek biologi dengan aspek-aspek sosial di dalam menjadi pria atau wanita. Bahkan yang paling sering terjadi adalah bahwa orang-orang mengasumsikan kalau perbedaan kepribadian dan sikap yang tampak antara pria dan wanita sangat berkaitan dengan perbedaan jenis kelamin (Basow, 1992).
Jika kita menyamakan antara gender dan
peran gender dapat mengarahkan keyakinan bahwa perbedaan trait-trait dan
tingkah laku antara pria dan wanita mengarah langsung kepada perbedaan secara
biologis. Sementara jika kita membedakan konsep gender dan peran gender akan
membantu kita untuk menganalisa keterkaitan yang kompleks antara gender dan peran
gender secara umum. Ini yang membuat sangat penting untuk membedakan antara
gender dengan peran gender. Unger (dalam Basow, 1992) menyebutkan bahwa dalam
psikologi baru mengenai gender dan peran gender, ke-pria-an dan ke-wanita-an
dilihat lebih sebagai konstruk sosial yang dikonfirmasikan melalui gaya
karakteristik gender dalam penampilan diri dan distribusi antara pria dan
wanita ke dalam peran-peran dan status sosial yang berbeda, dan dipertahankan
oleh kebutuhan-kebutuhan intrapsikis terhadap konsistensi diri dan kebutuhan
untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai sosial.
Oleh karena itu, peran gender
dikonstruksikan oleh manusia lain. Bukan secara biologi, dan konstruksi ini
dibentuk oleh proses-proses sejarah, budaya, dan psikologis (Basow, 1992). Kini
lebih banyak digunakan istilah peran gender daripada gender di dalam
mempelajari tingkah laku pria dan wanita di dalam suatu konteks sosial.
Peran gender adalah pola tingkah laku
yang diangap sesuai untuk masingmasing gender yang didasarkan pada harapan
masyarakat. Menurut Myers (1996), peran gender merupakan suatu set tingkah laku
yang diharapkan (berupa norma) untuk pria dan wanita. Hal ini meliputi sikap
dan juga pola tingkah laku yang dianggap cocok untuk pria dan wanita, dikaitkan
dengan ciri-ciri feminin dan maskulin sesuai dengan yang diharapkan dalam
masyarakat.
Tags
Psikologi Gender